Minggu, 04 November 2007
KESEIMBANGAN ADALAH KEBAHAGIAAN
KUNCI keberhasilan dan kebahagiaan dalam berpasangan adalah terjadinya keseimbangan. Jika berpasang-pasangan itu dilakukan dengan cara menabrak keseimbangan maka hasilnya pun adalah masalah.
Jadi, tidaklah cukup kita hanya menciptakan mekanisme berpasang-pasangan. Karena banyak sekali proses berpasangan itu yang dilakukan dengan mengabaikan persyaratan mendasarnya yaitu keseimbangan.
Secara alamiah, sebenarnya alam ini sudah diciptakan Allah dalam keseimbangan sempurna. Karena itu, jika kita mengikuti mekanisme alamiah saja, sebenarnya kita pasti akan berada dalam keseimbangan sempurna. Ketidak-seimbangan itu justru muncul karena campur tangan manusia yang serakah. Mementingkan diri sendiri.
Berpasang-pasangan dalam keseimbangan, itulah kunci keberhasilan dan kebahagiaan. Di sana akan muncul mekanisme saling memberi dan saling menerima. Tidak ada yang ingin menjatuhkan pasangannya. Karena, menjatuhkan pasangan sama saja dengan menjatuhkan dirinya sendiri. Kehilangan pasangan berarti memunculkan ketidakseimbangan. Dampaknya akan kembali kepada dirinya sendiri.
Jika kita semua memahami mekanisme sederhana ini, sebenarnya kita bakal dengan mudah mencapai keberhasilan dan kebahagiaan...
Ambillah contoh: manusia berpasangan dengan alam. Jika kita menyadari bahwa kita sedang berpasangan dengan alam, maka kita harus siap untuk saling memberi dan menerima.
Kalau kita berpasangan dengan alam tetapi serakah: hanya siap menerima, tidak mau memberi, maka yang muncul bukan kesuksesan dan kebahagiaan. Melainkan ketidakseimbangan yang berujung pada penderitaan dan bencana.
Inilah yang sekarang sedang dialami oleh manusia di seluruh muka Bumi. Ya, kita semua sedang menuai hasil perbuatan kita sendiri. Kerusakan hutan, penambangan liar, industrialiasi yang kebablasan, dan berbagai perusakan lingkungan, maupun ekplorasi sumber daya laut yang tidak terkontrol, adalah cermin betapa kita tidak bisa berbuat seimbang dalam berpasangan dengan alam.
Hasilnya bisa dipastikan, bukan kesuksesan dan kebahagiaan, melainkan bencana. Bukan pada generasi perusaknya, melainkan pada generasi berikutnya. Kita telah mewariskan masalah besar bagi kehidupan anak cucu kita.
Bukan hanya alam. Jika kita berpasangan dengan orang lain dalam berbisnis, kita pun harus bisa menjaga keseimbangan. Jangan berpikir serakah, dan mengekploitasi mitra bisnis kita. Sebab, jika mitra bisnis kita ambruk, kita pun bakal ambruk. Kita harus menjaga mereka supaya bisa memberikan kelangsungan bisnis jangka panjang. Selain menerima, kita harus berupaya untuk memberi kepadanya. Pasangan kita sukses, kita juga bakal sukses.
Dalam hal laki-laki dan wanita sama saja. Jika kita berpasangan dengan lawan jenis kita, maka jangan berpikir untuk mengeksploitasinya. Yang harus kita lakukan adalah menjaganya supaya ia tetap bisa eksis dan bahagia. Sungguh, jika pasangan kita bahagia, ia pun akan memberikan kebahagiaan kepada kita.
‘Memberi’ kebahagiaan adalah kata kunci untuk ‘memperoleh’ kebahagiaan pada giliran berikutnya. Memberikan kesuksesan kepada pasangan kita, adalah kata kunci untuk meraih kesuksesan kita sendiri pada giliran berikutnya.
Sayangnya seringkali kita berpikir sebaliknya. Kita menuntut pasangan kita untuk memenuhi keinginan kita agar kita bahagia. Lantas, sebaliknya, pasangan kita juga menuntut untuk dipenuhi keinginannya agar ia bahagia. Yang terjadi kemudian adalah saling menuntut untuk diberi kebahagiaan. Tanpa pernah memperoleh kebahagiaan itu sendiri.
Kata kuncinya adalah keseimbangan. Dan keseimbangan itu bukan diperoleh dengan cara menuntut, melainkan dengan cara memberikan kontribusi agar tercapai keseimbangan yang dimaksud.
Kembali kepada fitrah, alam semesta sebenarnya sudah didesain oleh Allah dalam keseimbangan sempurna.
QS. Al Mulk (67): 3
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
QS. Al Infithaar (82): 7
Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang,
Jadi, agar tercapai keseimbangan yang harus dilakukan adalah merendahkan ego kita masing-masing. Sebaliknya, meninggikan kepentingan orang lain, atau pasangan kita.
Kita harus bersabar dalam hal ini. Sebagaimana bercocok tanam. Seorang petani tidak bisa langsung menuntut sawah atau kebunnya untuk memberikan hasil panen seperti yang diinginkannya. Dia harus mengolah tanah itu terlebih dahulu, memupuknya, menyiraminya, dan merawatnya dengan baik. Karena ia memberikan perhatian dan usaha kepada sawah atau kebunnya itu, maka ia lantas memperoleh ‘balasan’ atas perhatian dan usaha yang dilakukan kepada pasangannya tersebut, berupa panen. Semakin besar ia ‘memberikan’, maka semakin besar pula ia akan ‘menerima’ hasilnya.
Tidak ada yang gratis di alam semesta ini. Semua kesuksesan dan keberhasilan harus didahului oleh usaha. Semakin besar usaha kita, maka semakin besar pula yang bakal kita terima. Asalkan semua itu dilakukan sesuai dengan fitrah: ‘berpasangan dalam keseimbangan’.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar