Rabu, 14 November 2007
MIMPI HASAN BASRI
SUATU ketika hasan Basri dan Ibnu sirin muncul perasaan sentimen. Keduanya tak mau saling menyapa, Setiap kali orang menyambut nama Ibnu sirin, Hasan Basri merasa tidak suka. Jangan sebut nama orang yang berjalan dengan lagak sombong itu di hadapanku, ujarnya .
Suatu malam Hasan Basri bermimpi, seolah olah sedang bertelanjang di kandang binatang sambil membuat sebatang tongkat. Pagi hari ketika bangun, ia merasa bingung dengan mimpinya itu. Tiba tiba ia ingat bahwa Ibnu sirin yang kurang ia sukai, pandai menafsirkan mimpi .
Merasa malu dan gengsi bertemu sendiri, ia memintai tolong seorang teman dekatnya untuk menemui Ibnu sirin. “Temui Ibnu sirin, dan ceritakan mimpiku ini seakan-akan kamu sendiri yang mengalaminya,” pesanya .
Teman dekat hasan basri itu segera menemui Ibnu sirin. Begitu selesai menceritakan mimpi tersebut, Ibnu sirin langsung berkata, “Bilang pada orang yang mengalami mimpi ini, jangan menanyakanya kepada orang yang berjalan dengan lagak sombong. Kalau berani suruh dia datang sendiri kemari.”
Mendengar laporan yang disampaikan temanya ini, Hasan Bashri kesal. Ia bingung, dan merasa tertantang. Setelah berfikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. Ia tidak peduli dengan rasa mala atau gengsinya.
“Antarkan aku kesana,” katanya. Begitu melihat kedatangan Hasan Bashri, Ibnu Sirin menyambutnya dengan baik. Setelah saling mengucapkan salam dan berjabat tangan, masing-masinglalu mengambil tempat dudukyang agak berjauhan.
“Sudahlah, kita tidah usah berbasa-basi. Langsung saja! Aku bingung memikirkan dan menafsirkan mimpiku,” kata Hasan Bashri. Lalu ia menuturkan sekilas tentang mimpinya. “jangan bingung,” kata Ibnu Sirin. “Telanjang dalam mimpimu itu adalah ketelanjangan dunia. Artinya, anda sama sekali tidak bergantung padanya, karena anda memang zuhud. Kandang binatang adlah lambing dunia yang fana itu sendiri. Anda telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sebatang tongkat yang anda buat itu adalah lambing hikmah yang anda katakan, dan mendatangkan manfaat bagi banyak orang.”
Sesaat Hasan Bashri terkesima. Ia kagum pada kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli penafsir mimpi, dan percaya sekali dengan penjelasannya.
“Tetapi bagaimana anda tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu?” Tanya Hasan Bashri.
“Ketika temanmu menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berfikir menurutku hanya engkau yang pantas mengalaminy,” jawab Ibnu Sirin.
Tarmudzi Basyir
Sumber: Wafyat Al-A’yan, Al-Shafadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar