(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Jumat, 09 November 2007

PERBEDAAN JIWA DAN RUH


Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas Jiwa, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui perbedaan Jiwa dengan Ruh. Sebab, banyak di antara kita yang merancukan keduanya.

Sebagaimana saya sampaikan di depan, bahwa infomasi tentang Ruh di dalam Al-Qur’an jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jiwa. Dalam jumlah yang sedikit itu pun, kata Ruh digunakan untuk menggambar kan beberapa hal yang berbeda.

Di antaranya adalah untuk menggambarkan ‘sesuatu’ yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda yang tadinya mati, sekaligus 'menularkan' sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Selain itu, kata Ruh juga digunakan untuk menggambarkan malaikat, dalam bentukan kata Ruh al Qudus dan Ruh al Amin. Ayat berikut ini menggambarkan fungsi kehidupan.

QS. As Sjadah (32) : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur

Setidak-tidaknya ada tiga hal yang menyebabkan Ruh dan Jiwa berbeda. Yang pertama, karena substansinya. Yang kedua, karena fungsinya. Dan yang ketiga, karena sifatnya.

Perbedaan yang pertama, pada substansinya. Jiwa dan Ruh berbeda dari segi kualitas ‘dzat’nya. Jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitas: naik dan turun, jelek dan baik,. kotor dan bersih, dan seterusnya. Sedangkan Ruh digambarkan sebagai dzat yang selalu baik dan suci, berkualitas tinggi. Bahkan digambarkan sebagai 'turunan' dari Dzat Ketuhanan.

QS. Al Hijr (15) : 29
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RuhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Tingginya kualitas Ruh itu tergambar dari 2 hal, sebagaimana disebutkan ayat di atas. Yang pertama, ditunjukkan oleh tunduknya malaikat kepada manusia. Dan yang kedua, ditunjukkan oleh penggunakan 'kata ganti' KU, yang menggambarkan bahwa Allah mengakui betapa dekatNya dzat yang bernama Ruh itu dengan Allah.

Kita tahu, malaikat tunduk kepada Adam setelah Allah 'meniupkan' RuhNya kepada Adam. Setelah Allah menyempurnakan kejadian Adam sebagai seorang manusia. Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan umum, bahwa kualitas Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya kualitas seorang manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya.

Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh Ku. Tidak pernah Allah, dalam firmanNya, menggunakan kata ganti kepunyaan 'KU' untuk Jiwa. Misalnya, mengatakan 'JiwaKU'. Tetapi Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan Ruh.

Penggunaan kata Ruh Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari RuhKu, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat Ruh itu.

Dengan Ruh itulah manusia menjadi memiliki kehendak. Dengan Ruh itu pula manusia bisa berilmu pengetahuan. Dengan Ruh itu pula ia menjadi bijaksana, memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, serta berbagai bagai sifat ketuhanan, dalam skala manusia. Ya, Ruh adalah dzat yang menjadi media penyampai Sifat-sifat Ketuhanan di dalam kehidupan manusia.

QS Tahrim (66) : 12
dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta'at.

QS. As Sajdah (32) : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dalam kaitannya dengan fisik, Allah menjelaskan bahwa Ruh tersebutlah yang menjadikan fungsi-fungsi kehidupan seperti penglihatan, pendengaran dan hati seorang manusia bisa dipahami oleh jiwa. Jika tidak karena Ruh, maka fungsi penglihatan, pendengaran dan 'hati' tidak menghasilkan kefahaman sebagaimana seorang manusia. Melainkan, bagaikan seekor binatang saja. Hal ini dikemukakan oleh Allah dalam firmanNya.

QS. Al A'raaf (7) : 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Jadi kita bisa merasakan betapa istimewanya Ruh. Ruh lah yang menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya, yang 'menularkan' Sifat-sifat Allah yang Serba Sempurna dalam skala kehidupan manusia. Karena demikian tingginya kualitas Ruh itu, maka di ayat lain, Allah menegaskan bahwa Ruh adalah urusan Allah.

QS. Al Israa' (17) : 85
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit

Perbedaan yang kedua, antara Jiwa dan Ruh adalah pada fungsinya. Jiwa digambarkan sebagai ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiaannya. Bukan Ruh yang bertanggung jawab atas segala perbuatan manusia, melainkan Jiwa.
Ruh adalah dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya Hawa Nafsu adalah dzat yang berkualitas rendah dan selalu mengajak kepada keburukan. Sedangkan Jiwa adalah dzat yang bisa memilih kebaikan atau keburukan tersebut. Maka, Jiwa harus bertanggung jawab terhadap pilihannya itu.

Setiap Jiwa akan menerima konsekuensi atau balasan dari perbuatan jeleknya atau perbuatan baiknya. la terkena dosa dan pahala. Sedangkan Ruh, selalu ‘mengajak’ kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah Ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Malaikat adalah agent kebaikan. Lawan dari Iblis dan setan sebagai agent kejahatan.

QS. Al Mursalat (77) : 1
Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,

QS. Fathiir (35) : 5
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.

Dan yang ketiga, Perbedaan itu ada pada sifatnya. Jiwa bisa merasakan kesedihan, kekecewaan, kegembiraan, kebahagiaan, ketentraman, ketemngan, dan kedamaian. Sedangkan Ruh bersifat stabil dalam 'kebaikan' tanpa mengenal perbandingan. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan. Sebagai lawan dari sifat setan yang negatif.

Dalam kalimat yang berbeda, Ruh juga digambarkan bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari dunia kegelapan hawa nafsu. Seiring dengan substansi malaikat yang terbuat dari cahaya.

Sedangkan Jiwa adalah sosok yang 'bergerak' dan kualitasnya berubah terus di antara 'kutub cahaya' sang Ruh dengan 'kutub kegelapan' badan manusia yang terbuat dari tanah. Antara 'kutub malaikat' dan 'kutub setan'.
Jadi kalau digambarkan secara ringkas, Allah menciptakan badan manusia dari material tanah dan kemudian 'meniupkan' sebagian Ruh Nya kepada badan itu. Maka, hiduplah' bahan organik tanah' menjadi badan manusia, disebabkan oleh adanya Ruh. Dan akibat dari bersatunya Badan dan Ruh, sejak saat itu pula mulai aktiflah Jiwa manusianya.

Jadi, Jiwa adalah akibat. Bukan penyebab. Penyebab utama adalah masuknya Ruh ke dalam badan, kemudian muncullah Jiwa sebagai interaksi antara Ruh dengan Badan.

Di dalam badan yang sudah ada Ruhnya itulah Jiwa berkembang mencapai bentuknya yang tertinggi. Ada 2 kutub yang saling tarik-menarik di dalam diri kita, yaitu : Ruh dan Badan.

Ruh mewakili sifat-sifat malaikat yang penuh dengan ketaatan, keikhlasan, akal sehat, kesucian, cinta kasih dan kesempurnaan. Sedangkan badan mewakili sifat-sifat iblis dan setan yang menggambarkan kehidupan materialistik, pemenuhan kebutuhan badaniah, keserakahan, kesombongan, pertentangan, kemarahan, dan segala tipu daya kehidupan.

Dalam kalimat berbeda, Ruh menggambarkan Akhirat sebagai kehidupan yang sesungguhnya, sedangkan Badan menggambarkan Dunia sebagai kehidupan sementara yang penuh kepura-puraan dan semu. Ruh adalah adalah Akal Sehat, sedangkan Badan adalah Hawa Nafsu!


ANALOGI ROBOT, MANUSIA TIRUAN

Perumpamaan yang agak mendekati realitas untuk menggambarkan fungsi-fungsi dalam diri manusia, barangkali, adalah Robot. Entah sengaja atau tidak, robot didesain memiliki 3 bagian penyusun ‘kehidupannya’. Yaitu, Badan Robot, Operating system (sistem operasi dan kelistrikan), dan Program Aplikasi.

Badan robot didesain sedemikian rupa sehingga bisa menirukan fungsi-fungsi badan manusia. Mulai dari fungsi-fungsi 'berpikir', menggunakan panca indera alias sensor, merespon rangsangan dari luar lewat suara, sampai pada gerakan motorik.

Untuk itu badan robot dibuat dengan konstruksi tertentu. Misalnya, badannya dibuat dari bahan ringan yang kuat dan lentur, agar bisa mengantisipasi segala kondisi yang dipersyaratkan kepadanya, selama bertugas.

Bahan yang ringan dibutuhkan agar energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan robot tersebut tidak terlalu besar alias efisien. Lentur diperlukan agar badan robot menjadi efektif untuk mengantisipasi berbagai kondisi yang bakal ditemuinya selama 'kehidupannya' beriangsung.

Keluwesan gerak robot bukan hanya ditentukan oleh kelenturan badannya, melainkan juga oleh jumlah sendi dalam struktur badannya. Agar robot bisa bergerak 360 derajat, maka robot harus memiliki sendi-sendi yang dibuat sedemikian rupa sehingga pergerakan badannya menjadi luwes di dalam ruang 3 dimensi (muka belakang, atas bawah, dan kiri kanan).

Struktur badan robot juga dituntut agar bisa bergerak dengan seimbang. Untuk itu dibutuhkan ‘otot-otot’ yang mengendalikan seluruh bagian tulang dan persendiannya, dengan koordinasi yang sangat canggih, sehingga robot bisa bergerak dengan luwes dalam segala medan .

Sebagai contoh, bagaimanakah menjadikan robot bisa menggerakkan lengannya ke segala arah. Tentu, harus dibuatkan sendi sendi 'peluru' di bahu yang bisa berputar ke segala arah, ditambah sendi engsel di siku, dan ditambah lagi sendi-sendi di pergelangan tangan maupun jari jemarinya. Setelah itu, di berbagai sendi itu mesti dirangkai dengan 'otot-otot' sebagal tali penggerak lengan robot secara sempurna.

Jika robot hanya memiliki sendi engsel di bahu, misalnya, maka lengan robot hanya bisa bergerak ke depan dan belakang saja. Atau kalau otot-ototnya tidak dikoordinasikan dengan baik, maka gerakan lengan itu juga bakal kacau, kemana-mana.
Semua gerakan itu dikontrol dari komputer utama yang ada di dalam kepala robot, alias 'otak robot'. Kecepatan pengendalian harus demikian cepatnya, jangan sampai gerakan robot untuk memukul bola, misalnya, selalu meleset karena ketinggalan terus.

Anda bisa membayangkan betapa untuk bisa menciptakan gerakan lengan pada sebuah robot membutuhkan kecanggihan yang sulit dibayangkan. Khususnya, ketika robot itu ingin menirukan gerakan manusia, yang demikian luwes dan sempurna.

Robot juga harus dibekali dengan sensor-sensor. Di antaranya adalah sensor gerakan yang menggunakan kamera. Sensor suara yang menggunakan mikrofon. Sensor pembau yang meniru fungsi hidung, sensor pengecap yang meniru fungsi lidah, dan sensor kasar halus yang sekaligus sensor suhu, meniru fungsi kulit.

Sensor-sensor ini diperlukan untuk memperoleh data atau input dari luar sistem robot tersebut, agar robot bisa melakukan antisipasi atau respon secara benar. Katakanlah sebuah robot yang diciptakan untuk bisa bermain sepak bola, maka robot tersebut harus memiliki sensor gerakan yang cukup canggih. Sehingga ketika ada bola datang mengarah kepadanya, robot itu bisa mengambil keputusan untuk menendangnya.

Bukan hanya harus tepat waktu, ketika menendang, tapi dia juga harus bisa mengarahkan tendangan itu ke arah gawang lawan. Ketepatan waktu menendang, kekerasan tendangan, arah tendangan, dan berbagai variabel proses yang terlibat di dalamnya, semuanya dikendalikan oleh komputer yang ada di 'otak robot' tersebut.

Kalau digambarkan lebih rinci, proses itu berjalan kurang lebih begini. Ketika bola datang ke arah robot, maka bayangan bola itu akan tertangkap kamera, sebagai sensornya. Bayangan yang tertangkap kamera tersebut lantas mengenai layar di bagian dalam kamera. Layar berfungsi untuk mengubah bayangan bola menjadi pulsa-pulsa listrik, yang kemudian diteruskan oleh kabel kabel menuju ke 'otak' robot.

Sesampainya di otak, maka 'bayangan bola' yang sudah berupa sinyal sinyal listrik itu dibandingkan dengan data benda-benda yang dikenal oleh 'otak robot'. Jika bentuknya tidak sesuai misalnya berbentuk kotak barangkali otak komputer bakal memutuskan untuk tidak menendang bola. Dibiarkan saja lewat. Tapi jika, cocok dengan data 'bola' yang ada di otak komputer itu, maka 'otak' akan memutuskan untuk menendang bola.

Namun demikian, keputusan menendang itu tidak serta merta dilakukan dengan ngawur. Robot harus mengetahui dimana gawang lawan berada. Jangan sampai ke gawang sendiri, menjadi gol bunuh diri. Atau, tendangannya malah mengarah ke wasit dan penonton. Dia masih harus melakukan proses pengambitan keputusan untuk menentukan arah tendangan.

Setelah dia tahu kemana arah tendangan, maka dia juga masih harus mengukur, seberapa keras tendangan yang harus dilakukan. Jangan-jangan tidak sampai ke gawang lawan.

Dan seterusnya, dan seterusnya, semua proses pengambilan keputusan itu terjadi hanya dalam orde sepersekian detik saja. Sebab jika proses pengambilan keputusan oleh otak robot itu terlambat, tendangan itu tidak akan pernah terjadi. Ya, bolanya sudah terlanjur lewat, tapi robotnya belum menendang!

Jadi, demikian canggihnya proses yang terjadi dalam sebuah pengambilan keputusan untuk menendang bola, oleh sebuah robot. Dan, untuk mendukung proses keputusan menendang bola itu, robot harus memiliki 'mata' kamera yang canggih agar tendangannya tidak luput. Dan mata kamera itu harus bisa mengikuti gerakan bola secara terus menerus.

Robot juga harus memiliki badan lentur dengan gerakan yang luwes, supaya tendangannya bisa tepat sasaran. Dan yang paling rumit, adalah sistem komputer yang digunakan sebagai otaknya. Termasuk segala sistem perlengkapannya yang sangat canggih.

Bayangkan, bagaimana sebuah komputer harus didesain untuk memiliki kemampuan sedemikian rupa sehingga memiliki kecepatan proses yang sangat tinggi, dan kompleksitas yang demikian rumit.

Kabel-kabel penghubung sensornya, harus memiliki hantaran sinyal-sinyal listrik yang sangat cepat. Misalnya, harus menggunakan serat optik dengan kualitas terbaik. Memori dan hardisknya sangat besar. Dan yang paling penting, komputer itu harus memiliki sistem pemrograman sedemikian rupa sehingga bisa diberi input-input lewat 'pengalaman hidup' si robot.

Misalnya, dia bisa menarik pembelajaran dari sebuah permainan sepak bola, tanpa harus diberikan input oleh operatornya. Dia menjadi tahu dengan sendirinya bahwa benda terbuat dari kulit berbentuk bundar itu adalah bola yang harus ditendang. Dia juga tahu, bahwa gawangnya berbeda dengan gawang lawan. Dan dia juga juga bisa mengenal, siapa kawan siapa lawan. Dan seterusnya, dan seterusanya.

Dalam konteks pembahasan pada bab ini, saya sebenarnya cuma ingin memberikan perumpamaan tentang badan manusia dengan menggunakan robot sebagai contohnya.

Jadi, agar sebuah robot bisa bergerak sesuai yang diinginkan, maka badan robot harus didesain demikian canggih. Mulai dari 'tulang belulangnya' 'daging dan kulitnya 'otot sensor panca indera, susunan kabel-kabel sarafnya, sampai pada komputer ‘otaknya’. Jika desainnya mengalami penyimpangan, maka fungsi robot tersebut juga bakal menyimpang.

Begitulah manusia. Kita diciptakan Allah dengan desain tubuh yang sangat canggih dan sempurna. Jauh lebih canggih dari robot-robot yang sudah pernah dibuat oleh manusia. Bermiliar-miliar kali lebih canggih, karena tubuh kita bisa benar-benar beroperasi secara automaticaly, inheren dan independen. Sedangkan robot tidak.

Manusia mengalami pertumbuhan, sedangkan robot tidak. Kuku, rambut, daging, otot, dan otak beserta kemampuannya, mengalami pertumbuhan dan dinamika sebagai makhluk yang benar-benar hidup. Tapi robot tidak mengalaminya.

Inilah komponen pertama penyusun diri manusia. Badan adalah sosok yang terdiri dari zat-zat biokimiawi, tersusun menjadi sel-sel tubuh manusia. Berbagai macam sel itu kemudian berkolaborasi menjadi jaringan-jaringan otot, daging, otak, jantung, paru dan berbagai macam organ tubuh. Yang akhirnya, semua itu membentuk badan manusia sebagai sosok makhluk hidup dengan segala aktivitasnya...


RUH: SISTEM OPERASI

Sebuah robot tidak bisa 'hidup' jika tidak dialiri listrik. Robot juga tidak bisa beroperasi jika di dalam sistem komputernya tidak diberi program dasar yang mengendalikan seluruh sistem bekerjanya kehidupan robot.

Meskipun ia sudah didesain dan dibangun dengan struktur yang canggih. Bahan baku badannya sudah dipilih yang paling bagus, ringan, kuat dan lentur. Demikian pula, 'otaknya' sudah dipilihkan sebuah komputer yang hebat dari segi kecepatan proses maupun kapasitasnya. Kabel-kabelnya dipilihkan bahan-bahan serat optik yang memiliki kecepatan hantaran sinyal tertinggi yang pernah dibikin manusia. Semua itu tidak akan berfungsi, jika si robot tidak dialiri listrik dan tidak memiliki program dasar operasinya.

Energi listrik dan sistem operasi itulah yang bakal menghidupkan robot, sehingga dia bisa bergerak-gerak. Sehingga dia bisa berjalan, membuka mata, mengayun-ayunkan tangan dan seluruh anggota badannya. Bahkan, lebih esensial lagi, ia bisa berpikir dan merespon rangsangan yang datang dari luar dirinya.

Listrik dan 'sistem operasi' semacam yang dibutuhkan robot itu, juga dibutuhkan manusia untuk menjadikan ia hidup. ‘Listrik’ dan 'sistem operasi' dasar kehidupan itulah Ruh.. Jadi, Ruh sebenarnya adalah energi kehidupan yang mengandung fungsi dasar kehidupan itu sendiri. Badan manusia, secanggih apa pun dan sesempurna apa pun, jika tidak 'dialiri' Ruh, ia adalah benda mati belaka.

Ruh kehidupan menyebabkan seorang manusia bertumbuh dan berkembang biak serta bisa bergerak ke sana kemari. Ruh itu yang menyebabkan jantung terus berdenyut. Dan Ruh itu juga yang menyebabkan ia bernafas, sehingga terjaga kelangsungan hidupnya.
Ruh adalah pemberi energi kehidupan, yang menjadikan sosok badan benda mati bisa hidup dengan segala dinamikanya. Persis bagaikan robot yang tadinya mati, namun ketika dialiri listrik ia menjadi 'hidup' dan berfungsi.

Salah satu 'tugas dasar' Ruh adalah memberikan energi kehidupan kepada manusia, yang 'ditiupkan' oleh Allah kepada cikal bakal badan yang tadinya mati, sehingga ia menjadi hidup dan berfungsi. Bagaikan energi listrik yang dialirkan kepada badan robot.

Namun demikian, energi kehidupan itu bukanlah satu-satunya 'tugas' Ruh. Sebab energi kehidupan itu belum memberikan kemampuan operasional pada 'kesadaran' dan aktivitas manusia.

Fungsi Ruh secara menyeluruh adalah membawa sifat-sifat Allah agar kehidupan manusia berjalan sesuai dengan FitrahNya. Karena Ruh membawa sifat Hayyat (Hidup), maka manusia menjadi hidup. Karena Ruh membawa sifat Rahman dan Rahim (kasih sayang), maka manusia juga memiliki sifat kasih dan sayang. Karena Ruh membawa sifat Jabbar (Perkasa) maka manusia juga ketularan sifat perkasa itu.

Ruh juga membawa sifat Qiyamuhu binafsihi (mandiri), maka manusia pun memiliki kecenderungan untuk bersifat mandiri. Karena Ruh membawa sifat Qudrat & Iradat (berkuasa dan berkehendak), maka manusia pun berkehendak untuk berkuasa. Dan karena, Ruh membawa sifat-sifat Ketuhanan lainnya, maka manusia pun 'ketularan' sifat-sifat tersebut. Namun, tentu saja, dalam skala kemanusiaan yang sangat terbatas.

Jadi Ruh adalah sistem operasi, dimana sifat-sifat manusia bersandar pada sifat-sifat Ruh yang ditiupkan oleh Allah kepada badan manusia. Ruh, sebenarnya memiliki potensi tidak terbatas, namun karena ia ditiupkan ke dalam tubuh manusia, maka ketidakterbatasan Ruh itu sangat dibatasi oleh keterbatasan tubuh manusia.


JIWA : PROGRAM APLIKASI

Pada robot, listrik dan sistem operasinya belum bisa menyebabkan ia memiliki fungsi dan aktivitas yang sempurna. Robot masih membutuhkan software alias program aplikasi yang menyebabkan ia bisa berfungsi sesuai perintah desainemya.

Jika ia robot penyanyi, maka di dalam 'otak' komputernya harus dimasukkan program yang berkaitan dengan fungsi menyanyi itu. Ia harus 'kenal' banyak lagu. la juga mesti paham notasi. Dia mesti tahu irama, harmonisasi, dan banyak hal lagi tentang nyanyian atau sebuah pergelaran musik. Untuk itu, robot harus diisi dengan program-program aplikasi yang menjadikan ia pintar menyanyi. lika tidak, maka dipastikan robot itu hanya 'hidup' tapi tidak pandai menyanyi.

Begitu juga bagi robot yang didesain untuk mampu menyetir mobil. Ke dalam 'otaknya' harus dimasukkan berbagai program aplikasi yang berkaitan dengan mengendarai mobil. Mulai dari tatacara menyetir, rambu rambu lalu lintas, sampai pada harus tahu peta jalan dimana dia beroperasi.

Jadi, program aplikasi sangat diperlukan untuk 'kehidupan' sang robot agar ia bisa 'hidup layak' sesuai dengan fungsinya.

Cara memasukkan program aplikasi itu ada dua. Yang pertama diberikan secara instan oleh programmer Program aplikasi itu bisa dimasukkan sejak awal robot itu dibuat, berdasarkan perkiraan masalah -masalah yang bakal dihadapinya. Misalnya, jika dia robot penyanyi, maka di hardisk komputernya mesti diinstal program tentang nyanyian mulai dari jenis lagu yang akan dibawakan sampai kepada tata cara dia membawakan.

Robot itu tidak bisa menyimpang dari program-program yang diberikan kepadanya. Jika ada permintaan yang tidak dia kenal, maka dia akan menolak permintaan itu. Atau meresponnya secara salah. Kalau dipaksa, komputernya bakal hang. Cara pertama ini memang lebih mudah, tetapi tidak memberikan 'kepintaran' yang cukup baik kepada si robot, sehingga dia tidak akan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan dan banyak hal yang terjadi di sekitarnya.

Cara yang kedua adalah yang lebih canggih. Programmer robot itu memasukkan suatu program aplikasi yang bisa menerima input baru berdasarkan pengalaman robot. Robot menggunakan sistem Hybride.

Programnya adalah program terbuka. Seluruh pengalaman baru yang dialami robot bisa dicatat sebagai data inputan baru. Dengan cara ini, robot semakin lama akan semakin pintar. Misalnya, ia bisa diajari lagu baru.
la bisa diajak melakukan pembelajaran, dan mengingat berbagai data baru di 'otak' komputernya.

Berbagai program aplikasi bisa kita masukkan ke dalam'otak' robot' agar ia menjadi robot yang pintar dan memiliki berbagai macam keahlian. Hanya saja, untuk bisa menciptakan robot yang demikian itu, luar biasa susahnya.

Menciptakan robot dengan satu keahlian saja sudah demikian sulit. Apalagi yang memiliki multiskill alias banyak keahlian. 'Otak' komputer yang tersimpan di dalam kepala robot itu harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga besarnya barangkali akan berjuta-juta kali dibandingkan besarnya kepala sang robot.

Nah, kalau kita bandingkan dengan manusia, maka software alias program aplikasi inilah yang disebut Jiwa. Bandingkan dengan pemahaman kita tentang Ruh. Ruh adalah sistem operasi yang di dalamnya memiliki energi kehidupan, sedangkan Jiwa adalah program aplikasi yang bisa menyebabkan seorang manusia memiliki kemampuan operasional.

Ruh menyebabkan seorang manusia hidup. Badannya bertumbuh, berkembang biak, bisa bernafas, jantungnya berdenyut dan lain sebagainya. Juga, dengan Ruh itu, manusia memiliki sifat-sifat dasar kemanusiaan yang saya sampaikan di depan. Ia memiliki sifat-sifat yang mirip dengan sifat-sifat Tuhan sebagai 'sumber' Ruh kita.

Namun demikian, manusia tidak bisa beraktivitas dengan sempurna di dalam hidupnya kalau Jiwanya tidak tumbuh dan berkembang. Skill atau keahlian yang bersifat fisik maupun psikis semuanya dikendalikan oleh Jiwa. Jiwa bekerja di dalam sistem Ruhani. Jadi, Ruh menghidupi badan dan Jiwa sekaligus. Badan maupun Jiwa tidak bisa bekerja ketika Ruh tidak ada.

Kemampuan menyanyi, misalnya, itu adalah fungsi Jiwa. Kemampuan bermain sepakbola, juga fungsi dari Jiwa. Kemampuan berhitung, berbahasa dan belajar adalah fungsi Jiwa. Demikian pula kemampuan berlogika, menganalisa, berpikir. Termasuk kemampuan berbudaya dan beragama adalah fungsi dari Jiwa. Bukan fungsi Ruh. Juga bukan fungsi badan.

Jiwa adalah fungsi sentral dari eksistensi seorang manusia. Sebagaimana software alias 'program aplikasi' adalah fungsi sentral dari sebuah robot. Keberadaan badan robot dan sistem operasinya ditujukan untuk memfasilitasi software. Demikian pula pada manusia, keberadaan badan dan Ruh adalah untuk memfasilitasi fungsi Jiwanya. Jiwa inilah yang menyebabkan seseorang berfungsi sebagai manusia seutuhnya.

Karena itu, jika seseorang mengalami gangguan Jiwa, ia tidak lagi menjadi subyek dalam kehidupan beragama. Ia tidak dikenai tugas-tugas keagamaan. Seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya.

Agama berfungsi untuk memproses kualitas Jiwa seseorang dari yang bernilai rendah menjadi Jiwa yang berderajat tinggi. Dari Jiwa yang berkualitas 'nafs al amarah' menjadi 'nafs al muthmainnah.

Dari Jiwa yang 'merepotkan' banyak pihak menjadi Jiwa yang 'bermanfaat' buat semua pihak. Dari Jiwa yang 'bodoh' menjadi Jiwa yang 'pintar' dan bisa menyelesaikan beragam persoalan kehidupan.

Dari Jiwa yang egois dan serakah menjadi Jiwa yang sosialis, lantas spiritualis. Dari jiwa yang penakut, pembenci, pendendam dan selalu gelisah, menjadi Jiwa yang pemberani, pemaaf, tenan, tentram, penuh cinta dan kedamaian.

Itulah bidang garap keagamaan yang bertujuan menjadikan sosok manusia menjadi 'Insan Kamil', manusia yang sebenarnya. Manusia yang sempurna. Bukan cuma sekadar badan yang bisa bergerak ke sana kemari, tetapi tidak memiliki kualitas Jiwa dalam kehidupan yang mulia.

Jiwa adalah opened software alias 'program terbuka' dalam kehidupan seorang manusia. Jiwa bisa mengalami penurunan dan peningkatan kualitas. Ia bisa menjadi jelek dan jahat. Tapi, di lain waktu ia bisa berubah menjadi baik dan bermanfaat.

Di suatu waktu boleh jadi ia sangat hina, tapi di lain kesempatan ia bisa berubah menjadi demikian mulia. Semua itu bergantung pada proses pemrograman yang kita lakukan padanya.

QS. Asy Syam : 8 - 9
maka Allah mengilhamkan kepada Jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa itu,

Kalau kita ingin kualitas Jiwa kita jelek, maka masukkanlah program yang jelek-jelek ke dalam Jiwa, maka Jiwa kita pun bakal menjadi jelek dan jahat. Sebaliknya kalau kita ingin baik dan bermanfaat, maka masukkanlah program yang baik dan bermanfaat, Jiwa kita pun bakal baik dan bermanfaat.

Jiwa memiliki kecenderungan ke dua arah, yaitu baik dan buruk. Maka beruntunglah orang-orang yang mengisi Jiwanya dengan program yang baik-baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Kualitas Jiwa terus berkembang sesuai dengan pengalaman kita. Jiwa anak-anak berbeda dengan Jiwa remaja, berbeda dengan Jiwa seorang pemuda, dan berbeda lagi dengan Jiwa yang sudah dewasa.

QS. Al Hajj (22) : 5
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan. Tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampal pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

QS. An Nahl (16) : 78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (bahrul Ulum)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua