(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Jumat, 07 Desember 2007

BEBASKAN DIRI DARI SIFAT YANG MEMBELENGGU



Ada sifat-sifat yang membelenggu kebebasan, ketika kita sedang bergerak berpusar menuju Arsy Allah. Sifat-sifat ini muncul dari dalam diri kita sendiri, sebagai bagian dari sifat kefasikan yang diilhamkan Allah kepada setiap manusia.

Agar kita bisa bergerak cepat menuju pusat pusaran, maka kita harus membebaskan diri dari belenggu itu. Sebab, selain menghabiskan energi, belenggu itu bisa memelantingkan kita. Bukan menuju pusat, tetapi ke arah luar pusaran.

Kalau itu terjadi, kita bakal semakin terjebak oleh keterbatasan dimensi-dimensi ruang, waktu, materi, energi, dan informasi. Kita tidak menjadi universal, tetapi parsial. Terkotak-kotak dalam sempitnya kehidupan dunia. Dalam ego pribadi kita. Dalam ego kelompok. Dalam ego kebendaan.

Dalam ego kekuasaan. Dan dalam berbagai macam ego kesenangan semu...

Sulitnya, sifat-sifat itu seringkali tidak kita sadari sebagai belenggu. Melainkan sebagai bagian dari eksistensi kita. Sehingga kita menganggapnya sebagai kewajaran yang harus terjadi.

Pernah kita bahas dalam TERPESONA DI SIDRATUL MUNTAHA, bahwa semakin tinggi dimensi langit, kemampuan pandang kita akan semakin tuas. Akan tetapi sekaligus semakin detil. Aneh memang. Biasanya, kalau semakin luas, akan kehilangan detilnya.
Ini seperti kasus yang kita bahas di depan, bahwa semakin menuju pusat, kita akan semakin meliputi segala sesuatu. Dan sekaligus semakin dekat dengan segala sesuatu. Kenapa? Karena kita tidak bergerak di dimensi dunia secara horisontal, melainkan bergerak lintas dimensi menuju langit ke tujuh. Seperti yang dialami oleh Rasulullah saw saat Mi'raj. Dan berujung di Sidratul Muntaha.

Di puncak langit itulah Rasulullah bisa melihat berbagai rahasia yang tidak pernah beliau ketahui. Di antaranya, betiau bisa melihat wajah jibril dalam bentuk yang sesungguhnya. Waktu itu, beliau juga bisa menyaksikan surga. Sebuah wilayah misterius yang belum pernah dilihat oleh siapa pun. Kecuali sesudah melewati hari kiamat.

Dan, lebih jauh, beliau diperlihatkan berbagai rahasia alam semesta yang tiada bandingnya. Pemandangan yang tidak bisa diakses oleh siapa pun, kecuali mereka bisa berada di puncak langit tersebut. Inilah perjalanan menembus seluruh dimensi ruang, waktu, materi, energi, dan informasi. Beliau berada sangat dekat dengan pusat pusaran alam semesta. Dengan Arsy Allah. Karena itu bisa mengakses berbagai rahasia dengan lebih leluasa.

QS. An Najm (53) : 13-18
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidratil Muntaha.
Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.

Rasulullah saw telah berada sangat dekat dengan pusat pusaran alam semesta, dengan cara melakukan perjalanan khusus, menembus semua dimensi. Hal itu ditegaskan oleh Allah dalam ayat terakhir di atas: Sungguh dia (Muhammad) telah menyaksikan sebagian 'tanda-tanda' Tuhannya yang paling besar.

Dalam cerita yang berbeda, nabi Khidhr digambarkan bisa menembus dimensi informasi, yang nabi Musa pun tidak tahu. Karena itu, oleh Allah, nabi Musa disuruh berguru kepada nabi Khidhr. Beliau adalah orang yang kualitas kejiwaannya sudah sangat dekat dengan Arsy Allah. Sehingga dalam cerita tersebut, beliau dijadikan contoh.

Kenapa nabi Musa disuruh berguru kepada Khidhr, dan dianggap belum bisa menembus dimensi informasi? Sebaliknya, kenapa nabi Khidhr, sebagaimana juga Nabi Muhammad, bisa mendekat pusat pusaran, dan menyibak dimensi tersebut. Kuncinya ada pada sifat-sifat kemanusiaamya. Ada sifat-sifat yang bisa membelenggu gerakan kita menuju pusat. Salah satu contohnya ditunjukkan dalam kisah nabi Musa dan Nabi Khidhr tersebut.

Nabi Musa dikenal sebagai nabi yang berilmu tinggi, dengan mukjizat yang menakjubkan. Badannya tegap, fisiknya kuat, akalnya cerdas, memiliki mukjizat-mukjizat yang mengagumkan.

Beliau digambarkan bisa 'berdialog' secara langsung dengan Allah di gunung Sinai. Dan kemudian diberi mukjizat tongkat yang bisa berubah menjadi ular, telapak tangan yang bercahaya, dan tongkat yang bisa membelah lautan, ataupun memancarkan sumber mata air ketika dipukulkan ke batu.

QS. An Nisaa' (4) : 164
Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

QS. Ay Syu'araa' (26) : 63
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

QS. Al Bagarah (2) : 60
Dan (ingatlah ) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua betas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

Namun demikian, beliau dianggap masih perlu menghilangkan salah satu sifat yang bisa membelenggu kedekatannya dengan Arsy Allah. Yaitu, perasaan bahwa beliau telah memiliki ilmu tinggi.

Suatu ketika beliau berpidato di hadapan umatnya. Kemudian ada yang bertanya: siapakah yang berilmu paling tinggi di antara manusia? Nabi Musa menjawab, bahwa beliaulah orangnya. Karena ia telah memperoleh berbagai mukjizat dari Allah, bisa menundukkan Fir'aun, dan bahkan bisa berbicara langsung dengan Allah.

Maka turunlah perintah Allah kepada nabi Musa agar beliau berguru kepada Khidhr. Seorang hamba Allah yang hidup menyepi, tak ingin menonjolkan diri, tapi memiliki ilmu tinggi. Beliau telah memperoleh rahasia dimensi informasi yang tak diketahui oleh nabi Musa.

Disanalah nabi Musa baru tahu bahwa ilmu Allah demikian luasnya. Apa yang telah dikuasainya, ternyata hanya sebagian kecil dari luasnya ilmu Allah. Beliau belum berada di puncak langit. Beliau baru berada di langit ke enam - dalam kisah Mi'raj nabi. Masih banyak rahasia yang belum beliau kuasai. Untuk mendekati pusat informasi itu beliau masih harus berguru kepada nabi Khidhr. Dan salah satu sifat yang masih membelenggu beliau adalah perasaan bahwa beliau telah berilmu tinggi. Paling tinggi diantara manusia.

QS. Al Kahfi (18) : 82
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaamya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".


SOMBONG RIYA' & UJUB

Kesombongan, riya' dan ujub adalah satu rumpun sifat yang bisa membelenggu langkah ibadah kita. Riya' adalah keinginan untuk dipuji orang setiap kali melakukan perbuatan. Ujub adalah bangga diri. Merasa diri hebat dan terpuji. Dan puncaknya adalah kesombongan. Merasa diri hebat, sekaligus bangga akan kehebatamya, dan akhirnya memamerkan 'kehebatan'nya itu kepada orang lain. Padahal sih, belum tentu dia seorang yang benar-benar hebat.

Lebih jauh sifat-sifat itu akan berakibat pada sikap merendahkan orang lain. Cuma dia raja yang paling hebat. Paling pantas. Paling pintar. Paling kaya. Paling berkuasa. Dan paling segala-galanya. Orang-orang di sekitarnya merasa neg dan benci. Allah dan para malaikat-Nya pun tidak menyukai.

QS. An Nissaa' (4) : 36
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

QS. Al Israa' (17) : 37
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

Ya, kita seringkali berlebihan. Seakan-akan kita ini orang yang hebat. Ayat di atas mengingatkan, agar jangan sombong karena kita tidak bisa menembus bumi atau setinggi gunung. Ah, kita ini sebenarnya memang makhluk yang lemah, tapi banyak lagak dan menyebalkan.

QS. Al Qiyamah (75) : 32-33
tetapi ia mendustakan dan berpaling (dari kebenaran), kemudian ia pergi kepada kelompoknya dengan berlagak (sombong).

Orang sombong akan menuai hasil kesombongannya. Ketika orang-orang di sekitarnya merasa risih dan benci, ketika alam menjadi korban kesewenang-wenangannya, dan ketika Allah beserta para malaikatnya tidak menyukai lagaknya, maka yang datang adalah derita. Disebabkan oleh ulah mereka yang menabrak keseimbangan semesta.

QS. Faathir (35) : 43
karena kesombongan di muka bumi, dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sumah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sumah Allah itu.

Dalam konteks pusaran alam semesta yang sedang kita bahas, orang-orang yang sombong adalah mereka yang bergerak menjauhkan diri dari Arsy Allah. Bahkan, ketidakseimbangan itu akan membuat mereka terpelanting semakin jauh dariNya.

QS. Al Mulk (67) : 21
Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?

Dalam kalimat yang berbeda, Allah menginformasikan bahwa orang-orang yang sombong itu tidak akan bisa menembus dimensi-dimensi langit sebagaimana telah dialami oleh orang-orang yang saleh. Termasuk nabi Muhammad dan nabi Khidhr.

QS. Al A'raaf (7) : 40
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.

Nabi Muhammad bisa melihat surga karena beliau telah menembus dimensi-dimensi langit pada saat Mi'raj. Saat itu beliau digambarkan berada di Sidratul Muntaha. Di puncak dimensi tertinggi, dekat Arsy Allah.

Sebaliknya, orang-orang yang sombong dijamin tidak akan masuk surga. Karena tempatnya memang di neraka. Bahkan, yang sudah berada di dalam surga pun oleh Allah diusir keluar.

QS. Al A'raaf (7) : 13
Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".

QS. Al A'raaf (7) : 36
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.


PEMARAH DENDAM & BENCI

Marah, dendam, dan benci, juga bisa membelenggu kita dari usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedekatan seseorang kepada Allah selalu terkait dengan terbukanya segala rahasia dan dimensi langit. Dan berujung pada kebahagiaan yang digambarkan sebagai surga.

Marah, dendam dan benci adalah sifat-sifat yang menyebabkan ketidakseimbangan. Baik dalam diri kita, maupun bagi lingkungan sekitar kita. Kaitannya, biasanya, adalah dengan sifat sulit memaafkan.

Kalau kita cermati lebih jauh, sifat ini memang menonjolkan ke'aku'an. Orang yang gampang marah dan sulit memaafkan, apalagi sampai pembenci dan pendendam, orang itu biasanya sangat egois. Tidak punya toleransi dan rasa kasihan.

Dalam konteks pusaran alam semesta, dia adalah orang yang terjebak dalam dimensi parsial. Bukan universal. Padahal kita disuruh untuk menuju pusat, menjadi semakin universal. Menembus dan meliputi segala batas-batas dimensi rendah.

Dalam berbagai ayatNya Allah mendorong kita untuk tidak menjadi pemarah, pendendam, dan pembenci. Sebaliknya kita didorong untuk menjadi lebih pemaaf. Bahkan penuh betas kasihan.

QS. Asy Syuura (42) : 37
dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.

QS. Asy Syuura (42) : 40
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.

Kedua ayat di atas memberikan anjuran kepada kita agar menjadi oang yang pemaaf. Bahkan, seandainya kita dijahati oleh orang lain. Meskipun kita boleh membalas-kejahatan itu, kita dianjurkan untuk memberikan maaf.

Tentu saja ini tidak mudah. Bahkan sangat sulit. Tapi, itulah ajaran Islam. Allah ingin mendidik kita menjadi hamba yang sabar, ikhlas dan berkualitas tinggi. Bukan hanya kita yang dididik seperti itu. Rasulullah saw pun diperintahkan seperti itu. Tidak semua nabi dan rasul bisa sabar, seperti nabi Muhammad saw. Ayat di bawah ini mengingatkan beliau agar tidak seperti nabi Yunus yang tak mampu menahan amarahnya menghadapi umatnya.

QS. Al Qalam (68) : 48
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika is berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).

Nabi Muhammad saw digambarkan sebagai rasul yang sangat tinggi ahlaknya, penuh betas kasihan, dan sulit marah. Tapi mudah memaafkan. Kasih sayangnya kepada umat luar biasa besarnya. Meskipun dilempari batu sampai berdarah-darah oleh penduduk Tha'if, beliau tetap sabar. Dan bahkan berdoa buat mereka, agar sadar.

Ketinggian akhlak beliau itu digambarkan dalam ayat berikut ini. Betapa beliau tidak ingin umatnya menderita. Beliau menginginkan kita beriman dan selamat di dunia dan akhirat. Penuh belas kasihan kepada orang lain. Terutama mereka yang tak berdaya. Sehingga orang kafir yang sering menyakitinya pun, ketika sakit dijenguknya.

QS. At Taubah (9) : 128
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.

Nilai pemaaf memang demikian tinggi di hadapan Allah. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Pemaaf. Siapa saja yang bisa meniru sifat-sifatNya, mereka akan menjadi hamba yang berkualitas tinggi dan universal. Dekat dengan Arsy.

QS. Ali Imron (3) : 133-134
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Orang-orang yang bisa melepaskan diri dari belenggu sifat-sifat pemarah, dendam, dan pembenci akan memperoleh ampunan Allah dan kebahagiaan surga. Begitulah memang, orang-orang yang berhak masuk surga adalah mereka yang mampu menghilangkan rasa dendam di hatinya.

QS. Al A'raaf (7) : 43
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan."


SERAKAH IRI & DENGKI

Sifat-sifat ini juga harus kita hindari. Jika tidak, kita akan terbelenggu olehnya. Dan, memperoleh masalah demi masalah.

Serakah adalah sifat berlebihan untuk memiliki sesuatu. Kadang sampai tidak peduli etika, resiko, atau bahkan tidak peduli milik siapakah barang yang sedang dia kehendaki itu.

Jika serakah bermakna perbuatan mengumbar keinginan memiliki segala sesuatu, maka, Iri adalah rasa ingin memiliki seperti yang sedang diperoleh orang lain. Setiap kali ada orang memperoleh sesuatu, inginlah dia.

Sedangkan dengki, lebih jelek dari iri. Dengki adalah rasa iri yang disertai dengan kebencian. la benci melihat orang lain sukses. Benci melihat orang lain bahagia.

QS. An Nisaa' (4) : 32
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Begitulah, Allah melarang kita untuk iri hati melihat orang lain memperoleh karunia. Itu adalah hak Allah, untuk memberikan apa saja kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Jika kita ingin memperoleh karunia seperti itu, minta saja kepada Allah. Dia adalah Dzat yang Maha Pemurah. Asal kita berusaha dan berdoa, Allah pasti memberikan yang terbaik buat kita.

QS. Al Baqarah (2) : 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Iri menyebabkan kepekaan kita berkurang. Juga menyebabkan kita kehilangan rasa memberi. Yang ada cuma rasa menuntut. Sifat seperti ini tidak sesuai dengan keseimbangan alam semesta, seperti telah kita bicarakan di muka. Bahwa alam ini menjadi seimbang karena semuanya bersifat memberi. Bukan menuntut. Iri menyebabkan masalah ketidakseimbangan, bahkan kerusakan. Dalam diri kita sendiri maupun lingkungan.

Kedengkian lebih buruk lagi. Karena di dalamnya terikut kebencian.

QS. Al Baqarah (2) : 90
Alangkah buruknya mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.

Seseorang kalau sudah dihinggapi rasa dengki bisa menjadi jahat. Bukan hanya dalam pikirannya saja, melainkan tega berbuat untuk mencelakakan orang lain. la tidak rela ada orang yang bahagia, kecuali dirinya.

QS. Al Falaq (113) : 5
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila is telah dengki".

Betapa banyaknya orang yang tega menyakiti orang lain karena rasa dengki. Betapa banyaknya pula orang yang sampai hati memfitnah, juga disebabkan rasa dengki. Bahkan, betapa banyaknya orang yang sampai membunuh kawan dekatnya, pun disebabkan rasa dengki itu. Kedengkian adalah penyakit hati yang sangat jahat.

QS. Muhammad (47) : 29
Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?

Puncak dari sifat iri dan dengki adalah keserakahan. Orang-orang yang tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Kurang banyak. Kurang besar. Kurang lama. Kurang enak. Kurang, kurang dan kurang.

QS. Al Baqarah (2) : 96
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling serakah kepada kehidupan, bahkan (lebih serakah) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkamya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Ketika keserakahan telah menghinggapi hati, maka hawa nafsulah yang berperan. Akal dan hati tidak lagi berfungsi dengan baik. lni memang penyakit. Dan penyakit ini sedang membawa kondisi kejiwaan kita semakin buruk, dan memburuk.

Kita bisa kehilangan keseimbangan. Kehilangan akal sehat. Kehilangan orientasi universal. Terjebak pada keinginan sesaat yang menyesatkan. Istilah Allah, buta mata hati. Dan barangsiapa buta mata hatinya ketika di dunia, maka ia akan lebih buta lagi di akhirat. Ia tidak bisa mencapai dimensi tertinggi dari kehidupan ini. Tidak akan bisa melihat surga dengan segala kenikmatannya. Tidak bisa bertemu Allah...

QS. Al Israa' (17) : 72
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).


PEMBOHONG PENIPU

Belenggu yang lain adalah sifat pembohong dan penipu. Jika suatu saat kita berbohong, maka berikutnya kita juga akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dan biasanya, semakin lama semakin banyak kebohongamya.

Sifat bohong menggambarkan batin yang pecah. Ada ketidakberanian untuk mengatakan apa adanya. Hati dan mulutnya tidak sama. Pikiran dan tindakannya berbeda. Hidup menjadi tidak nyaman. Penuh rasa was-was. Gelisah. Takut ketahuan.

Orang yang suka berbohong akan menjadi orang munafik. Mereka diancam Allah dengan neraka. Karena kemunafikan dan kebohongan akan menyebabkan perpecahan. Masalah yang berlarut-larut. Dan sulit diselesaikan. Kecuali diatasi dengan kejujuran. Apa adanya.

QS. Al Ahzab (33) : 60
Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya, dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah, niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu melainkan dalam waktu yang sebentar,

Berulangkali Allah mengecam orang-orang munafik. Banyak orang dibohongi, karena kemunafikan mereka. Seakan-akan baik, ternyata sikapnya palsu. Hanya berpura-pura. Sehingga Allah memerintahkan untuk berlaku keras kepada orang munafik. Bahkan di ayat berikut ini Allah mengancam orang-orang munafik dengan neraka yang paling buruk.

QS. An Nisaa' (4) : 145
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.

Allah 'sangat benci' kepada perkataan bohong. Sebab bisa menjadi pangkal dari berbagai kejahatan. Kejahatan yang terang-terangan lebih mudah diantispasi, daripada kejahatan yang disembunyikan dengan kebohongan.

QS. Al Maidah (5) : 63
Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.

Seringkali kita menganggap berita bohong itu sebagai masalah ringan. Sehingga, kini kita melihat begitu banyaknya tayangan-tayangan televisi dan media lainnya yang berdasar pada berita-berita gosip dan kebohongan. Padahal berita semacam ini sungguh tidak baik dan bisa menjurus kepada fitnah. Dan, seringkali membawa korban orang-orang yang tidak berdosa .

QS. An Nuur (24) : 15
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut don kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.

Kebohongan jika dilanjutkan akan menjurus kepada penipuan. Dan bisa menjadi penyakit masyarakat. Kita tidak boleh menoleransi kebohongan. Karena jika sudah berakar dan menjadi kebiasaan menipu akan merugikan orang banyak. Inilah perilaku dan perkerjaan setan. Yang berasal dari golongan jin maupun manusia.

QS. Al An'aam (6) : 112
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakamya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.


JUJUR DAN RENDAH HATI

Selain sifat-sifat pembawa masalah tersebut, ada sifat-sifat yang membawa kita pada keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan. Inilah sifat-sifat universal kemanusiaan. Siapa saja yang menjalankan sifat-sifat ini bakal menciptakan keharmonisan dalam arti sesungguhnya.

Di antara sekian banyak sifat-sifat itu adalah kejujuran. Begitu pentingnya sifat jujur ini, sehingga Rasulullah saw menempatkamya sebagai syarat utama untuk memeluk Islam.

Dalam suatu kisah diceritakan, ada seseorang ingin masuk Islam. la bertanya kepada Rasulullah, apakah syaratnya supaya ia bisa memeluk agama Islam. Nabi menjawab: berlakulah jujur.

Dengan heran orang itu bertanya tagi, benarkah hanya itu syaratnya. Begitu mudahnya! Rasulullah mengangguk membenarkan.

Maka berlalulah orang itu. Dia bercerita kepada kawan-kawamya bahwa syarat masuk Islam ternyata sangat mudah, yaitu berlaku jujur. Maka dia beraktifitas seperti biasanya. Bertemu dengan komunitas aslinya yang sering berbohong dan berbuat kejahatan.

Dia berusaha menjaga komitmennya kepada Rasulullah untuk berlaku jujur. Tapi dia mulai merasakan betapa strategisnya syarat kejujuran itu dalam menjalankan agama.

Suatu ketika dia diajak kawan-kawannya untuk berbuat dosa. Karena sudah terbiasa berbuat dosa, maka dia cenderung untuk mengikuti kawan-kawamya itu. Akan tetapi dia teringat komitmennya kepada Rasulullah, bahwa dia harus berlaku jujur.

Ketika diajak berbohong, dia teringat Rasulullah bahwa sebagai orang Islam dia harus jujur. Ketika diajak menipu, dia juga teringat kepada Rasulullah bahwa dia harus berlaku jujur. Ketika diajak mencuri dia juga teringat, betapa dia harus berlaku jujur. Pokoknya setiap dia mau berlaku jahat dia teringat kepada janjinya untuk berlaku jujur kepada semua orang, termasuk kepada rasulullah.

Akhirnya, dia tidak berani berbuat jahat lagi, karena dia tidak bisa bersembunyi lagi kepada siapa pun. Bukankah dia telah berjanji untuk berlaku jujur kepada siapa saja?! Kejujujurannya telah menyelamatkan dia dari kejahatan...

Kejujuran adalah sifat dasar kebaikan. Siapa saja yang tidak jujur, dia sedang memulai untuk melakukan kejahatan lainnya yang lebih besar. Sebaliknya siapa saja berlaku jujur, dia sedang mengerem dirinya untuk hanya melakukan kebaikan.

QS. Al Anfal (8) : 58
Dan jika kamu khawatir akan pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.

Kejujuran adalah sifat dasar kemanusiaan yang universal. Tidak ada orang yang suka dibohongi. Setiap kita menginginkan agar orang lain berlaku jujur kepada kita. Karena itu, janganlah kita berlaku tidak jujur kepada orang lain.

Baik di lingkungan keluarga. Di tempat kerja. Atau pun dengan tetangga. Berlaku jujur bakal memperoleh apresiasi dan penghargaan dari orang lain. Sebaliknya berlaku bohong, atau berkhianat akan memperoleh caci maki. Dan, persoalan...!

Sifat jujur akan semakin sempurna ketika dihiasi dengan sifat rendah hati. Tidak sombong. Tidak angkuh kepada sesama. Tidak arogan dan kasar. Orang yang seperti ini berpotensi besar untuk maju. Memperoleh berbagai rahasia alam semesta. Allah menyayangi hamba-hambaNya yang rendah hati.

QS. Al Furqon (25) : 63
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.

Betapa hebatnya Allah menggambarkan orang yang rendah hati itu. Sampai-sampai dijahili oleh orang lain pun, dia masih mengucapkan kata-kata yang baik. la mempunyai kontrol diri dan keikhlasan yang tinggi. Sehingga Allah menyebut sifat 'Maha PenyayangNya' di awal kelimat tersebut, untuk menjamin hamba-hamba yang demikian itu. (Dahlia Putri)

1 komentar:

yohanindrawijaya.com on 4 Maret 2021 pukul 08.01 mengatakan...

Penulisnya kok Alif Nur Rohman?
bukannya Firliana Putri? ( Mungkin Firliana Putri Astika )

Ini mirip banget dengan email ke saya tgl 1 mei 2006 lalu dari Firliana putri.
mirip 99,9% .

Terima kasih. Salam kenal.

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua