(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Jumat, 07 Desember 2007

DUA JALAN BAIK DAN BURUK


Manusia diciptakan Allah dengan memiliki dua kecenderungan. Yaitu, kecenderungan baik dan kecenderungan buruk.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk netral dan 'bebas'. Di hadapannya terbentang dua jalan. Yang disebut sebagai jalan kefasikan, dan jalan ketakwaan. Kefasikan adalah segala perbuatan yang tidak terkontrol, sehingga menabrak keseimbangan. Jatuh, terpelanting. Merugikan.

Sedangkan ketakwaan adalah segala perbuatan yang terkontrol, terkendali. Sehingga tetap dalam koridor keseimbangan.Menghasilkan keselarasan, harmoni, dan memuncak di pusat keselarasan. Menghasilkan kebahagiaan.

Orang yang memilih jalan ketakwaan digambarkan sebagai orang yang membersihkan jiwanya. Dan akan menemukan kebahagiaan. Sedangkan yang fasik, digambarkan sebagai mengotori jiwanya. Dan kemudian akan mengalami berbagai masalah yang rumit, yang membuatnya menderita.

QS. Asy Syams (97) : 8-10
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugi orang yang mengotorinya.

Kefasikan dan ketakwaan itu terkait sangat erat dengan kesadaran. Ada yang yang melakukan semua itu dengan sadar dan sengaja. Tapi, ada juga yang tanpa sadar dan tak sengaja. Tak mengerti. Atau disebabkan oleh kebodohannya.

Orang-orang yang melakukan tindakan bodoh sehingga merugikan diri sendiri, disebut Allah sebagai orang-orang yang dholim. Dalam agama disebut sebagai orang-orang menyiksa diri sendiri atau menganiaya diri sendiri.

QS. Al Baqarah (2) : 59
Lalu orang-orang yang dholim mengganti perintah dengan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang dholim itu siksa dari tangit, karena mereka berbuat fasik.

QS. Az Zukhruf (43) : 76
Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

QS. Al Anfaal (8): 51
Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya

Dalam konteks pusaran alam semesta, orang yang dholim adalah yang selalu melawan tatanan alam. Melawan keseimbangan. Bukan hanya bermakna fisik, melainkan juga psikis. Bukan hanya lahiriah, tapi juga batiniah.

Pusaran energi alam semesta itu menggerakkan seluruh sisi kehidupan kita. Mulai dari yang bersifat fisik - partikel sub atomik sampai gugusan bintang di alam semesta raya. Mulai dari budaya lokal sampai yang bersifat global. Mencakup peradaban yang terbelakang sampai peradaban yang paling mutakhir. Dari tata nilai terendah sampai yang paling agung dan mulia. Dari kehidupan yang sangat personal sampai sosial. Bahkan, dari nilai yang dianggap jahat sampai yang paling baik.

Semua parameter dalam realitas alam semesta tercakup di dalamnya. Seluruhnya. Kalau dalam matematika, inilah yang disebut sebagai semesta pembicaraan. Segala hal dan kemungkinan termuat dan tercakup di dalamnya.

Semuanya berpusat di Arsy. Maka Arsy itu menjadi 'Kekuatan Ikat' yang tiada terkira atas seluruh parameter alam semesta. Mulai dari yang bersifat materi-energi, ruang-waktu, dan informasi-tata nilai. Semuanya berpusar menjadi satu kesatuan.

Dari sisi materi-energi, pusat alam semesta adalah kumpulan seluruh materi dan energi yang ada di dalam universe. la menjadi kekuatan ikat atas seluruh materi dan energi alam semesta.

Apakah yang bisa 'mengikat' materi dan energi yang demikian raksasa itu? Ternyata 'sekedar' kehampaan. Ketiadaan. Ya, hanya ketiadaan dan kehampaanlah yang bisa mengikat keber'ada'an. Kehampaan memiliki kekuatan menarik segala yang ada.

Kita tidak perlu lagi mempetak-petak kekuatan alam semesta ini menjadi energi gravitasi, listrik, magnetik dan nuklir. Teori unifikasi gaya-gaya yang diformulasikan oleh Prof Abdussalam -pemenang Nobel bidang Fisika Modern- dari Pakistan , mengarah ke sana .

Bahwa bermacam-macam jenis energi atau gaya yang ada di alam semesta ini sebenarnya adalah satu kesatuan. Kadang-kadang muncul sebagai energi gravitasi. Kadang muncul sebagai energi elektro-magnetik. Dan di waktu lain muncul sebagai energi nuklir. Suatu ketika semuanya akan bisa dirumuskan dalam suatu rumusan yang disebut grand formula.

Demikian pula seluruh dimensi informasi dan tata nilai yang sekarang sedang mengembang dan tergelar di seluruh penjuru alam semesta. Segala kejadian sedang berlangsung dalam tatanan sumatullah. Baik dan buruk. Jujur dan kebohongan. Ikhlas dan keserakahan. Rendah hati dan kesombongan. Dendam dan kasih sayang. Dan sebagainya. Semuanya sedang tergelar dalam hiruk pikuknya kehidupan dunia.

Tapi, nun jauh di sana di balik pusat alam semesta - atau sesungguhnya sangat dekat di balik ke'aku'an kita sendiri- ada suatu 'wilayah' kehampaan atas segala tata nilai itu. Di situ tidak ada kontradiksi atas segala sistem tata nilai.

Tak ada bedanya antara baik dan buruk, kejujuran dan kebohongan, ikhlas dan keserakahan, rendah hati dan kesombongan, dendam dan kasih sayang. Karena semuanya serba transparan, mutlak, dalam keselarasan. Itulah hakikat sejati dari semua kontradiksi.

Segala tata nilai itu berpusaran di sekitar Arsy Allah. Dan menjadi gaya ikat luar biasa atas segala tata nilai yang bekerja di seluruh penjuru alam semesta. Pusaran itu direpresentasikan oleh para malaikat yang berkeliling di sekitar Arsy.

Malaikat Jibril sang penyampai wahyu, mewakili segala nilai-nilai kebaikan dan keselarasan. Petunjuk mencapai sukses kehidupan dan menjauhi segala keburukan. Ia bertasbih dan berkeliling di sekitar Arsy. Ia kendalikan seluruh dimensi 'informasi' dari parameter penyusun alam semesta.

Ia hadir di kejauhan, sekaligus dalam kedekatan dengan kita. Karena itu, informasi bisa bergerak demikian cepatnya. Seakan-akan tidak terikat oleh dimensi waktu. Seperti telah kita bahas di depan bahwa Arsy Allah itu meliputi alam semesta. Karena sang Jibril berada di dekat Arsy, maka baginya jauh dan dekat sama saja. Dalam waktu yang bersamaan ia bisa berada di kejauhan, sekaligus dalam kedekatan.

Malaikat Mikail adalah sang penyampai rezeki dalam nilai-nilai keseimbangan alam. Ia mengatur berbagai mekanisme sunnatullah dan hukum-hukum fisis. Ia pun selalu bergerak berlingkaran di sekitar Arsy Allah, sambil terus bertasbih.

Bersama dengan sejumlah malaikat lainnya, ia mengendalikan dimensi materi dan energi di seluruh penjuru jagad semesta secara harmonis.

Di antaranya, adalah malaikat Raqib dan Atid yang bertugas merekam segala perbuatan manusia secara energial. Malaikat Munkar dan Nakir terkait dengan dosa dan pahala yang telah terekam. Dan malaikat lzrail yang mencabut nyawa, ketika kematian telah datang. Semua itu terkait dengan pusaran dimensi materi dan energi.

Malaikat lainnya bertanggung jawab terhadap dimensi 'ruang dan waktu'. Di antaranya adalah malaikat Israfil yang mengendalikan waktu hingga datangnya kiamat. Malaikat Ridwan dan Malik yang bertanggung jawab terhadap wilayah surga dan neraka. Yang terhampar seluas langit dan bumi.

Begitulah, Segala sistem nilai dan dimensi alam semesta berpusaran di sekeliling Arsy. Di tengahnya adalah sebuah kehampaan yang mengikat segala parameter alam semesta sehingga terbentuk keseimbangan sempurna.

Maka, kecenderungan baik dan buruk seorang manusia bisa diukur lewat parameter-parameter alam semesta. Keseimbangan dan keharmonisan. Parameter ruang-waktu-materi-energi-informasi.

Kefasikan adalah ketidak-terkendalian yang menyebabkan rusaknya tatanan ruang, waktu, materi, energi dan informasi. Sedangkan ketakwaan adalah kemampuan mengendalikan segala parameter tersebut. Dalam keselarasan dan keseimbangan.

Orang yang merusak lingkungan, sehingga berdampak pada berbagai bencana disebut melakukan perbuatan fasik bahkan dholim. Orang yang menyia-nyiakan waktu dengan bermalas-malasan juga fasik dan dholim.

Orang yang berkata sia-sia, berbuat tak berguna, ia sedang melakukan pemborosan terhadap dimensi materi dan energi. Allah tidak menyukai orang yang demikian. Malaikat pun tidak suka.

Dan orang-orang yang melakukan fitnah, berbohong, menipu dan lain sebagainya, ia juga sedang melakukan kebodohan, dan kedholiman. Menganiaya diri sendiri. Merusak keharmonisan dan keseimbangan dimensi informasi.

QS. Al Anfaal (8) : 73
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain (untuk membuat kerusakan). Jika kamu (kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.

Begitulah, kekafiran harus memperoleh keseimbangan lewat sebuah ketaatan kepada pusat pusaran, yaitu Allah. Jika kekafiran dibiarkan saja, maka yang terjadi adalah kerusakan dan kekacauan di muka bumi. Bahkan bisa lebih luas lagi. Harus ada orang-orang yang melawan kekafiran. Mengembalikan pada kondisi keseimbangan...


BY PASS MENUJU PUSAT

Posisi kita berada di dalam pusaran. Ada pusaran ruang-waktu, ada pusaran materi-energi, sekaligus pusaran informasi-tata nilai kehidupan. Semuanya melebur menjadi satu.

Barangsiapa bisa mencapai pusat pusaran, di sekitar Arsy Allah, ia berada di tempat yang paling strategis dan dekat dengan segala sesuatu. Meliputi segala sesuatu. Tidak kemana-mana, tapi berada di mana-mana.

Jika, seseorang bisa mencapai pusat pusaran itu, atau setidak-tidaknya berada di sekitar Arsy Allah, maka ia juga akan berada di pusat waktu. la bisa merasakan waktu yang lalu, sekarang, dan akan datang, dengan lebih leluasa.

Barangsiapa bisa mencapai pusat pusaran alam semesta, maka ia pun akan berada di suatu tingkatan energi dan materi yang tertinggi. Kekuatamya berlipat ganda sampai tidak terukur, sehingga memunculkan mukjizat. Atau setidak-tidaknya karomah. Baginya telah terbuka segala rahasia materi dan energi. Mulai dari Quark sebagai penyusun segala macam benda, sampai pada segala gugusan galaksi di seluruh penjuru alam semesta.

Ketika seseorang telah bisa mencapai pusat pusaran, maka terbukalah segala rahasia informasi. Intuisinya meningkat tajam. Bahkan bisa mengarah pada datangnya wahyu, bagi hamba-hamba sekualitas nabi dan rasul. Seluruh langkah perbuatamya tertuntun oleh 'informasi murni' dari Arsy Allah.

Namun, memang sulit untuk bisa berada di pusat pusaran. Kebanyakan kita, maksimal hanya berada di sekitar pusaran. Dengan kata lain: berada di sisi Allah. Atau 'dekat' dengan Allah.

Kenapa demikian, karena untuk bisa menyatu di pusat pusaran, kita harus lenyap. Lebur. Itulah yang dimaksud Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Berasal dari Allah, kembali kepada Allah. Berarti itu hanya akan terjadi jika kita 'musnah' dalam arti yang sesungguhnya. Pada saat mati atau Kiamat Kubra, sebagaimana difirmankan Allah berikut ini.

QS. Qashash (28) : 88
Janganlah kamu sembah di samping Allah, Tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepadaNyalah kamu dikembalikan.

Itulah makna penyatuan yang sesungguhnya. Saat-saat segala sesuatu binasa. Termasuk kita, manusia. Dan kepadaNya semua kita bakal kembali. Tempat kembali yang sebenarnya.

Namun demikian, sebenarnya Allah sudah selalu dekat dengan kita. Bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri.

Jadi, secara dimensi Ruang & Waktu, kita sebenarnya sudah 'dekat' dengan Allah. Bahkan berada di dalamNya. Demikian pula dalam dimensi Materi dan Energi, kita juga sudah diliputiNya.Yang masih variabel adalah dimensi Informasi. lnilah yang menyebabkan kita merasa jauh atau dekat.

Ketika kita tidak tahu informasi tentang Allah, maka kita merasa tidak ada Allah. Ketika kita tidak menguasai informasi tentang Dia kita juga merasa tidak begitu kenal dengannya. Padahal Dia jelas-jelas ada dan dekat dengan kita. Kebanyakan kita tidak menghiraukan tanda-tanda keberadaamya.

QS. Yusuf (12) : 105
Dan banyak sekali tanda-tanda (keberadaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, tetapi mereka tidak menghiraukamya.

Itutah kunci persoalamya. Allah sudah sangat dekat dengan kita, tetapi kita tidak tahu atau tidak menghiraukan karena kebodohan, atau kesombongan. Maka, Islam sangat mengecam kebodohan dan kesombongan. Itulah yang menjauhkan kita dari dimensi Informasi. Dan kemudian menjauhkan kita dari Allah.

Maka sebaliknya, seorang manusia bisa mendekatkan diri kepada Allah, disebabkan ia menguasai dimensi informasi itu. Ia orang yang terbuka terhadap berbagai macam informasi yang bakal membawanya mendekat kepada Allah.

Karena itu, Al Qur’an adalah informasi. Ia adalah kitab petunjuk. Manusia yang mencari informasi dari dalamnya disebut sebagai orang yang mendapat petunjuk untuk mendekat kepada Allah. Sedangkan orang yang tidak menguasai informasi dari Al Qur’an adalah termasuk orang yang tidak memperoleh petunjuk. Ia akan jauh dari Allah.

QS. Al Baqarah (2) : 185
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Sedangkan Allah sendiri berfirman bahwa Dia memang sudah selalu dekat dengan makhlukNya. Bahkan siap mengabulkan permohonan siapa saja yang berdoa kepadaNya.

QS. Al Baqarah (2) : 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Dan bukan hanya Allah yang dekat dengan kita, malaikat pun juga dekat. Semua yang berada di dimensi tinggi, di sekeliling Arsy memang sangat dekat secara ruang dan waktu.

QS. Qaaf (50) : 41
Dan dengarkanlah pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.

Jadi, dalam kondisi masih hidup pun sebenarnya kita dekat dengan Allah. Tinggal bagaimana menyerap informasi yang memberikan kesadaran bahwa Allah sudah sangat dekat dengan kita.

Dalam prakteknya, itu berkaitan dengan ego kemanusiaan kita. Semakin besar ego kita, maka semakin parsial kita. Dan semakin jauhlah kita dengan Allah.

Sebaliknya, semakin hilang ego kita, maka kita semakin universal. Yang ada hanya EGO Allah, maka semakin dekatlah kita kepadaNya. Sifat-sifat universal keilahian akan muncul dalam jiwa kita. Hal ini lebih jauh akan kita bahas dalam bab lain dalam Diskusi ini.

Maka betapa bahagianya orang-orang yang bisa mendekatkan diri kepadaNya. Berada di sekeliling Arsy Allah. Sebagaimana para malaikat yang terus bertasbih di sekelilingnya.

Ruang, waktu, materi, energi dan informasi telah berada di sekelilingnya. Meliputinya. Maka, dialah orang miskin yang paling kaya raya. Dialah rakyat jelata yang paling berkuasa. Dia pula orang bodoh, yang paling berilmu. Dan dialah orang jujur yang paling banyak mengetahui rahasia...

Segala kontradiksi telah lenyap di dalam dirinya Yang ada cuma keselarasan. Harmoni. Kejujuran. Rendah hati. Kasih dan sayang.

QS. Maryam (19) : 96
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.

Kasih sayang adalah ukuran kualitas jiwa yang harmonis. Universal. Karena itu, kasih sayang bisa digunakan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Orang-orang yang telah dipenuhi oleh kasih sayang, segala yang dihadapinya akan menjadi mudah. Segala yang disentuhnya menjadi 'bercahaya'.

Sebaliknya, orang yang penuh dendam dan emosi -parsial- menyebabkan segalanya terasa begitu keras, sulit, dan ‘gelap’.

Hal ini bisa kita amati dari yang terjadi di sekitar kita. Orang-orang yang mencintai pekerjaannya akan merasakan kebahagiaan, kemudahan dan kesenangan. Apalagi jika dia melakukan dengan penuh kasih sayang. Cinta berorientasi egoistik, sedangkan 'kasih sayang' berorientasi universal.

Dengan sentuhan kasih sayang itu, segala rahasia bakal terbuka. Karena ia telah mengamalkan sifat Allah yang paling hakiki yaitu, Ar Rahman dan Ar Rahim. Itulah yang menjadi inti pelajaran Al Qur’an: Bismillahi 'rrahmanirrahim.

Allah mengulang-ulangnya sebanyak surat di dalam Al Qur’an. Dan Rasulullah saw mengajarkan untuk kita baca setiap mau melakukan tindakan.

Hal itu dikemukamya dalam ayat berikut ini. Bahwa DIA yang menguasai langit dan bumi, adalah DZAT yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi.

QS. Al An'aam (6) : 12
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?" Katakan: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.

Dengan kata lain Allah ingin menyampaikan kepada kita bahwa Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu itu adalah Dzat yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi. Dia mendasarkan segala ketetapamya dengan nilai-nilai kasih sayang. Jadi kalau kita ingin memiliki akses terhadap 'segala sesuatu', syaratnya satu: kasih sayang.

Arsy Allah adalah 'wilayah' yang penuh dengan sifat-sifat Kasih dan Sayang. Dan inilah yang dijadikan sebagai pusat pusaran alam semesta.

Maka, kalau anda ingin by pass untuk berada di pusat pusaran alam semesta, kuncinya sederhana : menjadilah orang yang penuh kasih sayang. Segala pikiran dan tindakan kita dilambari oleh niatan tutus untuk membahagiakan. Bukan menuntut dan memburu kebahagiaan diri sendiri.

Ketulusan untuk memberikan yang terbaik kepada pihak lain itulah yang menjadi tujuan utama dari agama Islam. Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil 'alamiin. 'Dan tidak Kami utus engkau (Muhammad) kecuali untuk menebarkan kasih sayang terhadap seluruh atom'.
Konsep dasar keseimbangan dan keharmonisan di seluruh penjuru alam semesta ini adalah memberi. Bukan menuntut. Tuntutan menyebabkan ketegangan dan ketidak seimbangan. Sedangkan pemberian atas kebutuhan pihak lain akan menyebabkan kebahagiaan dan keharmonisan. Apalagi jika disertai dengan rasa kasih dan sayang.

Seluruh benda di alam ini sedang memberikan 'miliknya' yang terbaik dengan penuh keikhlasan. Planet-planet, bintang, galaksi dan benda-benda langit sedang memberikan gaya gravitasinya untuk membangun keseimbangan.

Matahari memberikan cahaya dengan mengorbankan dan membakar dirinya. Udara dan atmosfer pun sedang memberikan gas-gas terbaiknya untuk digunakan pada proses kehidupan di muka bumi.

Pepohonan berbuah dan berbunga juga sedang memberikan miliknya yang paling berharga untuk kehidupan manusia. Air mengalir dari sumbernya menuju laut lewat sungai-sungai yang berliku, juga dalam rangka memberikan pengabdian kepada seluruh kehidupan di muka bumi.

Lebah memberikan madunya. Sapi perah memberikan susunya. Tanaman sayur-sayuran memberikan dedaunannya. Samudera memberikan seluruh potensinya, mulai dari berbagai macam jenis ikan, mutiara, tambang sampai minyak lepas pantai.

Pokoknya seluruh yang ada di alam semesta sedang memberikan miliknya yang terbaik dengan penuh kasih sayang. Rahmatan lil alamin. Maka tidak ada yang menuntut. Yang ada cuma memberi.

Yang diberi, hanya memanfaatkan sesuai kebutuhamya. Karena keinginamya memang bukan diberi, tetapi memberi. Kalau pun dia menerima, itu pun diorientasikan untuk diberikan kembali. Maka, terjadilah keseimbangan dan keharmonisan abadi.

Yang seringkali merusak adalah manusia. Kita jarang memberi. Tetapi, malah menuntut. Maka seluruh mekanisme alam menjadi terbebani. Menjadi tegang. Lantas, muncul ketidak seimbangan. Karena tuntutan seringkali jauh lebih besar dari mekanisme keseimbangan yang ada.

QS. Al Mukminun (23) : 71
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

Jadi, mekanisme keseimbangan alam ini ternyata tidak mampu menuruti hawa nafsu manusia. Kalau dipaksakan juga, langit dan bumi pun akan rusak binasa. Beserta segala isinya.

Inilah konsep dasar sumatullah yang terhampar di seluruh penjuru alam semesta. Ada dua jalan yang diilhamkan kepada manusia. Yang pertama jalan kerusakan. Caranya gampang, ikuti saja keinginan hawa nafsu. Maka kita akan mengalami kerusakan. Hancur binasa.

Yang kedua, jalan kebaikan dan kebahagiaan. Caranya juga mudah, ikutilah keinginan kasih sayang. Kasihilah dan sayangilah. Berikanlah apa yang terbaik kepada alam sekitar kita, termasuk sesama manusia. Sehingga tercipta sebuah sistem keseimbangan dalam keharmonisan.

Jika yang kedua ini yang kita lakukan, maka kita akan memunculkan keseimbangan sistem alam semesta. Bukan hanya di luar diri kita secara kolektif, melainkan juga di dalam diri. Jiwa kita akan melambung dan melesat menuju pusat keseimbangan itu, yaitu: Arsy Allah yang Maha Agung...(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua