(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Minggu, 09 Desember 2007

MISTERI OTAK & JIWA

Misteri Tiada Akhir

Misteri tentang Jiwa dan Ruh adalah misteri sepanjang sejarah kemanusiaan. Berbagai sudut pandang telah dikembangakan untuk memahami jiwa dan Ruh. Namun tidak pernah memuaskan. jiwa dan Ruh selalu menyisakan sesuatu yang di luar kefahaman kita.

Kini, kita mencoba membahas rahasia itu dari sudut pandang yang lebih holistik, mudah-mudahan bisa melengkapi wacana selama ini. Dan, kemudian menjadikan persepsi kita terhadap Ruh dan jiwa lebih baik. Meskipun, tentu saja, butuh penyempurnaan lebih lanjut.

Dalam diskusi ini, kita mencoba membahas jiwa dan Ruh dalam tiga sudut pandang secara komprehensif, yaitu informasi Al-Qur’an, sains, dan filsafat. Saya ingin mengajak pembaca untuk lebih mencermati informasi dan analisa-analisa yang berasal dari sains tentang keberadaan Jiwa. Untuk itu, kita akan banyak berbicara tentang Otak yang memang dicurigai banyak berperan dalam berfungsinya Jiwa dan Ruh.


1. STRUKTUR & FUNGSI OTAK

Ada kecurigaan yang masih perlu dikaji lebih mendalam, bahwa jiwa berada di balik struktur otak manusia. Kenapa ada kecurigaan seperti itu? Karena dalam berbagai data klinis yang dicermati oleh para dokter jiwa maupun saraf, menunjukkan kaitan sangat erat antara kualitas Jiwa dengan kualitas otaknya.

Jika otak seseorang mengalami gangguan secara medis, atau mengalami kerusakan, maka diperoleh kenyataan bahwa orang tersebut juga mengalami gangguan Jiwa seiring dengan bagian yang mengalami kerusakan.

Sebagai contoh, saya punya seorang kawan yang mengalami gangguan pada sel otaknya. Karena kecelakaan sepeda motor, ia mengalami kerusakan sel penciumannya. Sejak saat itu, dia tidak pernah bisa membau aroma apa pun lewat hidungnya. Baginya aroma nasi soto tidak berbeda dengan aroma nasi rawon atau nasi timlo. Dia sempat mengeluhkan kepada saya, betapa tidak enaknya mengalami gangguan semacam itu.

Secara sepintas, anda mungkin bertanya-tanya apa kaitannya dengan jiwa. Sebenarnya fungsi penciuman (kefahaman terhadap aroma) adalah sebagian dari fungsi Jiwa. Sebagaimana mata, telinga dan indera lainnya. Karena panca indera adalah alat untuk berkomunikasi dengan dunia di luar tubuh seseorang. Jika ia rusak, maka kualitas Jiwanya juga menjadi terganggu.

Contoh yang lebih jelas terlihat dari kasus kedua yang dialami oleh seorang famili saya. Suatu ketika, famili saya ini terkena serangan stroke di suatu acara syukuran. Karena makan sate dan makanan berkolesterol tinggi lainnya, besok paginya ia terkena serangan 'penyakit stroke' yang berbahaya itu.

Apa yang terjadi? Dia mengalami kerusakan pada bagian otak yang terkait dengan sel-sel memori bahasanya. Maka sejak saat itu, dia tidak ingat pada perbendaharaan kata-kata yang telah dipunyainya sejak kecil. Baik bahasa Indonesia , Jawa, Madura, Inggris, mau pun bahasa lain yang dia pernah bisa.

Dia tahu, faham dan mengenal suatu benda, tapi tidak pernah bisa menyebut namanya. Ia selalu salah dalam menyebut nama benda apa saja. Bahkan juga tidak bisa menyebut nama saya. Padahal saya tahu pasti, dia masih mengenal saya. Bahkan, untuk menyebut nama istri dan anaknya pun dia lupa! Kalau pun dia berusaha berbicara, kata-kata yang dia ucapkan itu tidak bisa dimengerti sama sekali. Dia sangat menderita secara kejiwaan, karena apa yang dia maksudkan tidak bisa tersampaikan lewat bahasa.

Saya kira, kini anda mulai bisa merasakan apa yang saya maksudkan. Bahwa kerusakan struktur otak ternyata memberikan gangguan pada kualitas Jiwa seseorang secara nyata. Dia tidak gila, tetapi mengalami gangguan kualitas Jiwa. Untuk mengatasi kesehatannya, famili saya itu ditangani oleh beberapa dokter, di antaranya adalah dokter saraf dan dokter Jiwa.

Pada kasus kasus yang lebih berat, Schizophrenia alias gila, para dokter saraf ternyata juga menemukan kerusakan pada sel-sel otak si penderita. Ada bagian-bagian otak yang bertanggung jawab pada emosi, rasa malu, sadistis, perilaku tidak terkontrol, dan lain sebagainya mengalami kerusakan serius. Dan kemudian ditandai dengan dilepaskannya zat-zat kimiawi tertentu di dalam tubuhnya.

Pengobatannya, ternyata bisa dilakukan secara fisik dengan memberikan obat-obat tertentu yang mengendalikan munculnya zat-zat pencetus 'kegilaan' tersebut. Dengan demikian, terbukti bahwa gangguan Jiwa sangat erat kaitannya dengan kerusakan struktur otak seseorang.

Dulu, bidang kesehatan yang menangani penyakit Jiwa ditangani oleh seorang dokter penyakit Jiwa. Tapi kini, ditangani oleh dua bidang kesehatan yang berbeda yaitu dokter saraf dan dokter Jiwa (psikiater). Dokter saraf menangani gejala-gejala fisiknya, sedangkan psikiater lebih kepada fungsi Jiwa alias psikis yang bersifat abstrak. Dalam ilmu kedokteran disebut sebagai Struktural (fisik) dan Fungsional (psikis).

Agar kita memiliki gambaran yang lebih konkret tentang struktur otak dalam kaitannya dengan fungsi jiwa, berikut ini marilah kita cermati organ terpenting yang ada di dalam kepala manusia itu.

Otak manusia adalah jaringan lunak yang beratnya sekitar 0,5 kilogram. Otak manusia berisi sekitar 100 miliar sel yang tersusun secara sangat canggih. Miliaran sel itu memiliki fungsi kompleks sebagai pusat pengendali seluruh aktivitas manusia. Mulai dari sekadar menerima sinyal-sinyal dari berbagai sensor di badan kita, sampai pada proses pemahaman, analisa, membuat keputusan, dan kemudian melakukan gerakan motorik.

Ya, di dalam otak inilah seluruh aktivitas manusia berpusat. Seluruh panca indera kita dikendalikan oleh otak. Jika, sel-sel otak yang berkaitan dengan panca indera itu rusak, maka fungsi indera kita juga bakal rusak atau tidak berfungsi normal.

Katakanlah fungsi penglihatan. Meskipun organ mata kita sehat wal afiat, tetapi kalau sel-sel pusat penglihatan kita yang berada di Kulit Otak bagian belakang mengalami kerusakan, kita juga tidak akan bisa melihat.

Padahal mata kita masih melek. Lensa dan retinanya juga masih bagus. Saraf penghubung mata dengan otak juga sempurna. Semua itu menjadi tidak berarti, ketika sel-sel visual di otak kita rusak. Seluruhnya menjadi tidak berfungsi.

Demikian pula dengan pendengaran. Komponen-komponen organ telinga semua bagus, mulai dari daun telinga, gendang telinga, sampai kepada 'kabel' saraf penghubung ke pusat pendengarannya. Tapi kalau sel-sel di pusat pendengaranya (kulit otak samping kiri) yang rusak, maka semua itu menjadi tidak berguna.

Suara tetap tertangkap oleh telinga, kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik sampai ke otak. Tapi otak tidak bisa memahami suara itu, karena sel-sel pendengarannya mengalami kerusakan. Dan seterusnya demikian pula yang terjadi jika pusat penciuman, pusat perabaan, dan pusat perasanya yang rusak.

Selain mengendalikan panca indera, dan sebagai pusat pemahamannya,. Otak juga mengendalikan seluruh gerakan organ-organ tubuh. Gerakan tangan, kaki, kepala, dan seluruh otot atau persendian dikendalikan dari otak. Orang-orang yang terkena serangan stroke, dan kemudian mengalami kerusakan di pusat kendali gerakan itu, dia bakal mengalami kelumpuhan. Ada yang lumpuh separuh ada juga yang lumpuh total, seiring dengan tingkat keparahannya. Rangkaian kerja motorik itu berada di kulit otak bagian depan.

Lebih jauh, otak juga menjadi pusat bahasa. Mulai dari memori perbendaharaan kata, pemahaman, sampai pada proses verbalnya. Pusat bahasa ini menempati wilayah yang sangat luas di otak manusia. Di antaranya daerah yang mengendalikan lidah dan tangan. Keduanya terkait dengan aktivitas bahasa, yaitu berbicara dan menulis. Ini menunjukkan bahwa otak manusia memang didesain oleh Allah untuk banyak berinteraksi dengan bahasa. Struktur otak yang demikian ini tidak dimiliki oleh makhluk lain, selain manusia.

Wilayah bahasa sangat khas pada manusia. Karena dengan bahasa itulah manusia menampilkan peradabannya. Manusia bisa menulis dan menyampaikan sejarah peradabannya dengan bahasa. Manusia menelurkan karya-karya besarnya juga dengan bahasa. Manusia bisa merumuskan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dengan bahasa. Bahasa menunjukkan betapa manusia adalah makhluk yang paling sempurna di muka bumi.

Lebih jauh, otak juga mengendalikan fungsi -fungsi yang lebih luhur dalam kehidupannya. Salah satunya adalah yang berkaitan dengan emosi. Rasa senang, bahagia, sedih, menderita, benci dan kasih sayang, semuanya dikendalikan oleh pusat ingatan emosi di bagian otak yang disebut amygdala. Sedangkan pusat ingatan yang bersifat rasional berada di bagian otak yang disebut Hippocampus.

Kalau dipetakan mengikuti wilayahnya, maka otak manusia bisa dibagi menjadi tiga bagian besar. Wilayah I, adalah kulit otak (cortex cerebri), bagian terluar dari otak. Wilayah ini menjadi basis dari aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan rasional seseorang. Mulai dari kemampuan menerima rangsang panca indera, memahaminya, menganalisa, dan kemudian merespon secara motorik.

Kehebatan peradaban manusia dalam hal sains dan teknologi, seperti yang berkembang pesat di abad-abad terakhir ini adalah hasil berpikir rasional dari kulit otak. Manusia bisa membuat berbagai peralatan elektronik, komputer, robot, senjata pemusnah masal, pesawat ruang angkasa, dan lain sebagainya, hanyalah sebagian dari kehebatan kerja kulit otak tersebut.

Wilayah II, adalah sistem limbik dan bagian lain di tengah otak yang masih sangat misterius. Wilayah ini bertanggung jawab terhadap fungsi luhur yang sangat erat terkait dengan emosi seseorang. Sikap jujur, adil, pemaaf, mencintai, membenci, sedih, gembira, dan menderita diatur mekanismenya di wilayah bagian tengah otak ini. Termasuk di dalamnya adalah amygdala sebagai pusat ingatan emosi.

Ada beberapa komponen otak yang terlibat dalam sistem pengaturan 'fungsi luhur' ini. Di antaranya adalah Gyrus Cingulata, Thalamus, Hippocampus, Nudeus Basal, Prefrontal Cortex, dan amygdala. Tiga di antaranya ternyata berada di wilayah I, yaitu kulit otak yang berperan dalam aktivitas rasional. Sedangkan selebihnya, berada di bagian bawah kulit otak, atau bagian yang berkait dengan emosi. Jadi mekanisme sistem limbik yang sistem mengatur fungsi luhur Limbik itu, ternyata melibatkan dua fungsi otak sekaligus yaitu fungsi rasional di kulit otak dan fungsi emosi di bagian lebih dalam otak.

Artinya, munculnya rasa kasih sayang, keadilan, pemaaf, mendendam, rasa bersalah, sedih dan gembira itu bukan hanya bersifat emosional belaka, tetapi juga melibatkan pikiran-pikiran rasional kita.

Sistem limbik ini juga mengatur alam bawah sadar. Di dalam sistem ini tersimpan memori universal tentang kebaikan, keburukan, keadilan, kejujuran, dan segala sifat-sifat yang dianggap baik atau buruk oleh manusia.Tanpa belajar pun semua manusia tahu tentang rasa sedih, bahagia, kasih sayang, menderita, dan lain sebagainya. ‘Ingatan’ tentang semua rasa universal itu telah tersimpan memorinya di dalam sistem limbik.

Kenapa orang tertawa, ketika mendengar atau melihat sesuatu yang lucu? Atau, kenapa kita menjadi berduka, ketika mendengar atau melihat sesuatu yang menyedihkan? Semua itu, karena sudah ada memori tentang perasaan universal manusia tersebut di dalam memori sistem limbik. Kita tidak perlu belajar tentang rasa universal itu.

Manusia secara kolektif telah memilikinya di bagian tengah otaknya, yang terkait dengan fungsi luhur sebagai manusia. Tidak peduli dia berbangsa dan berbahasa apa, dia pasti tahu seseorang itu sedang menangis karena sedih atau karena bahagia. Dia sedang tertawa karena senang ataukah sekadar menutupi kekecewaannya. itu adalah bahasa universal umat manusia.

Jadi ke dalam sistem limbik itu Allah telah mengilhamkan rasa sedih dan gembira, rasa berani dan takut, rasa puas dan kecewa, rasa tentram dan gelisah, rasa sombong dan rendah hati, bahagia dan sengsara, dan beragam nilai-nilai kebaikan dan keburukan.

Sistem nilai itulah yang menjadi acuan dan tolak ukur bagi otak untuk mengatakan apakah sesuatu itu tergolong baik ataukah jelek. Dan kemudian, menjadi acuan apakah sesuatu itu membahagiakan ataukah menyengsarakan.

Kemudian, berdasarkan 'memori rasa' di dalam sistem limbik itu, muncul perintah lewat sistem endokrin (kelenjar hormon, enzim, dlsb) yang berpengaruh kepada seluruh organ tubuh seperti jantung berdenyut lebih kencang atau melembut, berkeringat dingin atau tidak, tangan gemetaran, dan seterusnya. Secara lebih jelas akan kita bahas pada bagian-bagian berikutnya.

Sedangkan wilayah III, adalah yang berkait dengan fungsi dasar kehidupan. Wilayah itu meliputi batang otak dan otak kecil. Disinilah pusat pengaturan denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, termasuk pengaturan keseimbangan dan kehalusan gerakan dilakukan.

Selain ketiga wilayah secara global tersebut, saya kira kita perlu mengetahui beberapa bagian di dalam otak yang memiliki peran penting dalam pengendalian kehidupan seseorang.

Thalamus. Ini adalah bagian yang terdapat di otak depan, berfungsi mengatur proses masuknya informasi dari luar otak menuju ke kulit otak. Selain itu juga mengatur proses terjadinya gerakan organ-organ tubuh lewat koordinasi kulit otak dan otak kecil. Di bagian ini terjadi persimpangan saraf-saraf sensorik yang masuk ke otak.

Hypothalamus. Berada di bawah Thalamus. Ia berfungsi mengatur kestabilan suhu badan, rasa lapar dan haus, kegiatan seksual, dan berbagai aktivitas badan lainnya termasuk proses pertumbuhan dan menstruasi pada perempuan yang dikendalikan secara hormonal.

Hippocampus. Inilah bagian yang berfungsi untuk menyimpan memori rasional. Terutama ingatan-ingatan jangka pendek. Hippocampus berbentuk seperti huruf C, dan terletak di tengah otak. Ia sebenarnya merupakan bagian dari kulit otak yang menjulur ke bagian dalam otak. Karena itu, fungsinya terkait erat dengan proses rasional kulit otak.

Akan tetapi, Hippocampus ini juga berperan dalam sistem limbik yang menjadi pusat fungsi luhur manusia. Inilah bagian yang memberikan pertimbangan rasional kepada fungsi luhur manusia. Bukan hanya emosional seperti yang diperankan oleh amygdala.

Neurotransmiter. Ini adalah zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel saraf. Zat-zat pembawa pesan ini diproduksi di dalam sel-sel saraf yang ada di otak, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke bagian-bagian lain. Hampir seluruh kegiatan otak memanfaatkan neurotransmiter untuk menyampaikan pesan.

Dengan membahas struktur dan fungsi otak ini, kita memperoleh suatu gambaran bahwa ternyata fungsi kehidupan manusia dikendalikan oleh jaringan lunak yang berada di dalam kepala itu. Otak bagaikan pusat pemerintahan yang mengendalikan seluruh wilayah yang menjadi otoritasnya.

Mulai dari menangani informasi yang masuk lewat panca indera, memahaminya, menganalisa, membuat keputusan, sampai pada merespon lewat gerakan anggota tubuh kita, semua itu diperintah lewat mekanisme otak. Bahkan, rasa senang, sedih, gembira, mencintai, dan berbagai perasaan kemanusiaan, semua juga berada dan bersumber di otak manusia.

Kita lantas bertanya-tanya, kalau begitu apakah Jiwa kita berada di otak itu? Atau bahkan, jangan-jangan, ya otak itu yang disebut Jiwa? Kenapa bertanya demikian? Sebab, sebagaimana telah kita bahas di depan, bahwa kerusakan sel-sel otak bisa menyebabkan Jiwa seseorang terganggu bahkan mengalami kegilaan. sampai disini kita memperoleh alasan yang kuat untuk menaruh kecurigaan semacam itu.

Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita menelusuri lebih jauh fungsi otak itu. Barangkali, dengan memahami mekanisme kerjanya kita bakal memperoleh gambaran lebih baik tentang fungsi otak tersebut. Dan kemudian bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas: benarkah Jiwa ada di dalam otak? Atau mungkin berada di balik otak? Atau, bahkan otak itu sendirilah yang disebut Jiwa?


2. MEKANISME KERJA OTAK

Otak manusia dengan segala sistem sarafnya terbentuk tidak sekaligus. Ia tumbuh dan terbentuk secara berangsur angsur sejak dari dalam perut ibu sampai beranjak dewasa. Otak dan sistem saraf secara berkelanjutan mengalami penyempurnaan. Artinya, kemampuan dan kedewasaan otak terus mengalami perkembangan seiring dengan waktu dan tumbuh kembangnya si manusia.

Awal mulanya manusia hanya berasal dari 1 sel saja, yaitu Stem Cell. Dari 1 sel yang berisi sifat-sifat ayah dan ibunya itulah terjadi perkembangan menuju pada terbentuknya manusia dengan kompleksitas yang sangat luar biasa.

Satu sel membelah menjadi 2 sel, menjadi 4 sel, menjadi 8 sel dan seterusnya sampai bermiliar-miliar sel tubuh manusia. Dan yang menakjubkan, dari satu sel itu lantas berkembang menjadi sel-sel yang berbeda-beda bentuk dan fungsinya.

Ada sel yang membelah dan berkembang ke arah pembentukan kepala. Ada yang membentuk badan dan anggota tubuh. Ada yang membentuk tulang belulang dengan segala bentuk dan fungsinya. Ada yang mengarah ke bentuk otot, darah, jantung, paru paru, ginjal, mata, otak, dan lain sebagainya.

Sangat aneh memang! Darimana datangnya perintah untuk berkembang menjadi sel-sel yang berbeda tersebut. Apakah anda bisa melihat perbedaan antara sel darah merah dengan sel tulang, dengan sel daging, dan sel otak? Tentu saja, secara sepintas kita langsung bisa membedakannya.

Ya, berbagai macam sel itu sangatlah berbeda bentuk maupun fungsinya. Kenapa bisa terjadi demikian, bahwa satu sel bisa berkembang menjadi sel-sel yang berbeda dan lantas 'secara ajaib' membentuk jaringan, kemudian menjadi organ-organ yang berbeda-beda bentuk dan fungsinya?

Siapakah yanag mengatur semua itu? Bukankah manusia belum terbentuk sempurna, dan masih berupa ‘cikal bakal’ yang belum memiliki kesadaran atau pun kemauan? Pastilah dia tidak bisa memerintah sel-sel itu untuk membelah dan membentuk organ-organ tubuhnya sendiri.

Ternyata di dalam Stem Cell tesebut ada suatu program yang sangat canggih yang memberikan perintah kepada sel-sel itu untuk membelah dan membentuk jaringan serta organ-organ tubuh manusia. Lebih jauh kita akan membahasnya di bagian berikutnya.

Dalam kesempatan ini saya hanya ingin menginformasikan kepada anda bahwa sistem saraf dan otak manusia diperkirakan mulai terbentuk sebelum hari ke 18 berkembangnya janin di dalam perut sang ibu. Sejak saat itu sampai dengan hari kelahiran, sistem saraf dan otak manusia berkembang luar biasa cepatnya.

Setiap menitnya, sel saraf di otak janin itu bertambah sekitar 25.000 sel. Dan begitulah seterusnya sampai menjelang kelahirannya sel otak bayi telah mencapai sekitar 100 miliar sel saraf! Selain sel saraf itu, di otak juga terdapat sel-sel penunjang yang berjumlah dua kali lipatnya, sekitar 200 miliar sel yang disebut sebagai glia.

Sel-sel saraf berfungsi untuk menerima berbagai macam pesan, mengolahnya, dan mengeluarkan pesan-pesan. Sedangkan sel glia berfungsi untuk menunjang kelancaran dan keamanan proses-proses yang terjadi di dalam sel-sel saraf.

Jadi dalam waktu sekitar 9 bulan itu telah terjadi proses pembangunan sistem saraf otak dan penunjangnya dengan melibatkan sekitar 300 miliar sel. Dan, sungguh sangat menakjubkan, sel-sel saraf itu membentuk sirkuit yang sangat rumit dan kompleks yang kemudian menjadi pusat kendali kehidupan manusia. Jutaan kali lebih rumit dan canggih dibandingkan dengan komputer terhebat abad ini.

Sirkuit sel-sel saraf otak itu membentuk jaringan yang saling terkait dalam fungsinya. Tidak bisa dipisah-pisahkan. Kerusakan satu sel saja akan menimbulkan problem besar dalam fungsi otak tersebut, karena sel-sel saraf otak tidak bisa diperbarui kembali sebagaimana jaringan lain.

Namun demikian, perkembangan saraf otak itu tidaklah berhenti pada saat bayi terlahir. Karena, kelahiran itu baru titik awal berfungsinya sistem saraf tersebut. Dan kemudian berkembang terus menuju kesempurnaan sampai usia dewasa.

Memang perkembangan paling cepat adalah di masa pertumbuhan janin sampai masa kanak-kanak. Setelah itu, meskipun tetap berkembang, tetapi melambat kecepatannya, seiring dengan usia.

Setelah masa pembentukan janin di dalam rahim, masa kanak-kanak adalah masa yang paling kritis dalam pembentukan sistem saraf otak manusia. Anak-anak yang terlahir dengan cacat penglihatan Misalnya, tenyata sel-sel saraf yang berkaitan dengan penglihatannya tidak berkembang.

Sel-sel di retina mata memang berkembang pesat sesudah bayi lahir ke dunia. Jika bayi, sesudah lahir, matanya ditutup tidak boleh melihat sampai beberapa lama, maka sel-sel di retina matanya tidak akan terbentuk, dan kemudian sel-sel saraf otaknya juga menjadi mengecil, dan tidak berfungsi.

Otak bagian depan yang bertanggung jawab terhadap kecerdasan anak, berkembang pesat pada usia 6 - 12 bulan. Jika sel-sel saraf di daerah ini berkembang secara baik, maka anak akan memiliki kecerdasan tinggi, emosinya matang, penguasaan bahasanya baik, dan memiliki ketrampilan yang bagus.

Wilayah bahasa di otak anak-anak juga mengalami pemantapan pada usia sekitar 8 bulan. Sistem saraf terbentuk dengan sangat khas, bersamaan dengan berkembangnya daerah otak yang disebut cortex prefrontal. Ini daerah yang sangat berhubungan dengan kesadaran dan konsep diri seseorang.

Pada usia 8 tahun, anak-anak mengalami pemantapan atau keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri. Kedua belahan otak itu memiliki mekanisme yang berbeda di dalam berpikir. Otak kanan cenderung berpikir intuitif dan artitistik. Sedangkan otak kiri berpikir secara logis, rasional dan analitis.

Pembelajaran matematika, misalnya, lebih banyak menggunakan otak sebelah kiri. Demikian pula pembelajaran sains, dan tatabahasa. Sedangkan pembelajaran seni musik, seni tari, berfantasi dan semacamnya menggunakan mekanisme otak kanan.

Jika kedua fungsi belahan otak berjalan secara seimbang, maka anak akan memiliki potensi kecerdasan yang matang, secara intelektual maupun emosional. Pemantapan itu terjadi pada usia sekitar 8 tahun.

Pada masa janin, bayi, sampai anak-anak, sel-sel saraf akan terbentuk dan ditempatkan pada posisi-posisi yang tepat di kedua belahan otak itu. Baik hubungan-hubungan antar sel saraf, maupun sirkuit secara keseluruhan.

Jika pada masa ini terjadi kesalahan penempatan dan pembentukan sirkuit saraf otak, maka akan terjadi kerusakan yang parah di sistem saraf otak itu dan menjadikan otak tidak berfungsi secara baik, karena sirkuit-siruitnya tidak terbentuk.Tapi, jika pembentukan sirkuit berjalan tepat, maka sel-sel saraf itu tinggal memperbesar ukurannya saja, di kemudian hari.

Keandalan sistem saraf sangat ditentukan oleh ukuran sel-sel sarafnya. Semakin besar selnya, panjang julurannya, dan luas sirkuitnya, maka semakin bagus fungsinya. Tapi semakin kecil selnya, pendek julurannya, dan sempit sirkuitnya, maka fungsinya akan semakin jelek. Sebagaimana sel-sel penglihatan yang tidak berkembang pada bayi, yang saya contohkan di atas.

Bagian otak yang disebut amygdala ingatan yang bertanggung jawab pada emosi juga berkembang pada usia anak-anak, yaitu sekitar 3 tahun. Jadi anak-anak yang tidak terbentuk emosinya dengan baik pada usia itu biasanya akan memiliki kendala kematangan emosional saat dewasa.

Sementara itu, ingatan rasional pada anak baru berkembang sesudah usia 3 tahun. Karena itu pendidikan di masa kanak-kanak lebih mengedepankan pendekatan emosional ketimbang rasional. Sesuai dengan bagian otak yang sudah berkembang.

Dan seterusnya, sel-sel saraf masih berkembang sampai masa dewasa. Setiap kita melatih kemampuan baru, baik dalam segi bahasa, matematika, maupun ketrampilan fisik, maka sel-sel saraf otak kita yang berkaitan dengan pengendalian ketrampilan itu bakal berkembang, bertambah tebal, dan membentuk sirkuit-sirkuit baru. Maka, otak kita menjadi semakin membesar, dan berlipat-lipat di permukaannya. Semakin banyak lipatan-lipatan pada otak seseorang, maka itu menunjukkan semakin cerdas dia.

Otak mengendalikan seluruh aktivitas kehidupan manusia dengan tiga cara, yaitu sinyal sinyal listrik lewat serabut-serabut saraf, zat-zat kimiawi yang disebut neurotransmiter, dan hormon-hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Kepada tiga hal itulah aktivitas manusia bertumpu. Kekacauan pada salah satu dari tiga hal itu akan menyebabkan kekacauan atau bahkan kelumpuhan pada aktivitas manusia.

Sinyal listrik adalah cara tercepat yang dimiliki oleh mekanisme otak dan saraf. Setiap memberikan perintah kepada organ atau bagian lain, otak selalu mengirimkan pesan-pesan lewat sinyal listrik. Seperti pulsa-pulsa telepon saja layaknya. Atau, seperti remote control televisi, tapi lewat 'kabel' saraf.

Kecepatan pesan dari otak menuju organ-organ yang dikendalikan itu sangatlah tinggi, 120 meter per detik. Jadi kalau anda memiliki tinggi 160 cm, maka kecepatan pesan dari otak sampai di ujung kaki anda hanya butuh waktu sekitar 1/75 detik saja. Karena itu, kaki bisa langsung anda gerakkan seketika, saat otak anda berkehendak.

Ini memungkinkan anda tidak meleset saat menendang bola, di sebuah pemainan sepak bola. Bayangkan jika respon anda tidak secepat itu, maka seorang pemain bola bakal bolak-balik meleset menendang bola yang tertuju kepadanya. Atau, barangkali seorang kiper akan selalu gagal menangkap bola yang mengarah ke gawangnya.

Kecepatan respon yang demikian tinggi, ditentukan oleh kualitas 'kabel' dan sistem perkabelannya, yang menghubungkan antara otak sebagai pusat kendali dengan organ-organ di seluruh tubuh kita. Demikianlah sistem saraf bekerja.

Jika sistem perkabelannya jelek, alias susunan sarafnya jelek, maka kecepatan perintah itu juga akan terganggu. Atau bahkan mengalani kemacetan. Demikian pula jika kualitas kabelnya buruk, kecepatan sinyal listrik itu juga akan menurun.

Salah satu keanehan pada sistem saraf ini adalah pada kualitas kabelnya. Biasanya, agar kecepatan sinyal listrik itu tinggi, dipilihlah kabel dari bahan logam yang bagus, katakanlah tembaga, atau platina yang memiliki daya hantaran listrik tinggi.

Namun pada sistem saraf ini 'kabel' yang dipilih justru terbuat dari bahan isolator, yang terdiri dari lemak, protein dan air. Itulah bahan serat-serat saraf manusia. Namun demikian, teryata memiliki daya hantaran listrik yang sangat bagus. Bahkan jauh lebih bagus dari logam-logam konduktor yang kita kenal.

Kalau logam-logam konduktor digunakan sebagai kabel, maka dipastikan akan terjadi losses. Pada jarak tertentu kualitas sinyal itu akan turun. Dan kemudian diperlukan booster untuk meningkatkan kembali kekuatan sinyalnya.

Tapi yang terjadi pada serat-serat saraf itu sungguh sangat menakjubkan. Tidak terjadi penurunan sinyal-sinyal listrik, karena sepanjang serabut saraf itu sel-selnya juga berfungsi sebagai booster. Jadi sinyal pesan itu sampai kepada tujuannya dengan sempurna, bahkan kadang lebih kuat.

Barangkali manusia perlu menyelidiki sistem saraf ini lebih jauh, untuk menciptakan sistem telekomunikasi yang canggih dan mutakhir. Tidak menggunakan bahan- bahan logam dan booster, melainkan meniru yang ada di dalam sistem saraf tersebut. Perkembangan terakhir teknologi komunikasi adalah menggunakan serat optik yang jauh lebih baik dari bahan konduktor. Namun saya kira, secara integral masih kalah dengan sistem saraf yang ada di dalam tubuh manusia.

Sistem hantaran sinyal listrik di dalam sistem saraf itu semakin bagus, ketika serabut sarafnya, melebar, julurannya semakin banyak, dan myelin (bahan pembungkus saraf) nya makin tebal.

Agak aneh memang, justru di daerah yang pembungkus sarafnya tebal kecepatan sinyal listrik itu malah bertambah tinggi. Bahkan sinyal-sinyal itu bisa melompat-lompat dengan sangat cepat. Dan justru di daerah yang pembungkus sarafnya tipis, sinyal listriknya berjalan perlahan.

Karena itu untuk mengetahui apakah sistem saraf seseorang berkembang baik atau tidak, cukup mengamati ketebalan sel saraf dan myelin nya, serta jumlah juluran-julurannya yang membentuk sirkuit. Semakin tebal sel saraf dan myelin nya, serta tambah banyak julurannya, serta luas sirkuitnya, maka sistem sarafnya pasti tambah bagus.

Sel-sel saraf itu seperti plastik yang bisa mulur mungkret jika sering dipakai, sel-sel saraf tesebut akan membesar, menebal dan memanjang. Tapi jika tidak pernah dipakai, sel saraf kita bakal mengecil, menipis, dan kemudian menghilang. Jadi kita tinggal memilih, apakah kita selalu menggunakannya untuk beraktivitas, dan semakin pintar & terampil, ataukah kita tidak pernah memakainya, dan kemudian sel-sel itu bakal menghilang, dan kita menjadi orang yang bodoh!

Selain lewat sinyal-sinyal listrik, otak memerintah organ-organ dengan menggunakan neurotransmiter. Ini adalah zat kimiawi pembawa pesan. Neurotransmiter ini diproduksi oleh sel-sel di ujung-ujung saraf otak seiring dengan sinyal-sinyal listrik yang melewatinya.

Neurotransmiter itu kemudian dilepaskan menuju sel-sel sebelahnya, diterima oleh zat lain yang disebut reseptor (penerima). Jika reseptornya cocok dengan neurotransmiter, maka proses mengalirnya pesan itu akan berlanjut sampai ke organ yang dituju.

Puluhan jenis neurotransmiter yang sudah diketahui fungsinya oleh manusia. Namun secara garis besar dikelompokkan ke dalam 3 golongan besar, yaitu: (1). kelompok asam amino seperti GABA dan Glutamat, (2) kelompok Biogenic Amin, seperti dopamin, ad renalin, dan noradrenalin, (3) kelompok peptida seperti nitrit oksida.

Masing-masing neurotransmiter itu memainkan peranan yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesan otak kepada organ-organ.

Sebagai contoh, kalau suatu ketika anda sedang cemas atau marah memuncak, maka anda akan berkeringat dingin, jantung berdenyut lebih kencang berdebar-debar, dan kadang badan terasa lemas. Ini adalah efek dari dilepaskannya adrenalin atas perintah otak. Adrenalin disebut juga epinefrin.

Atau jika anda sedang gembira, maka perasaan gembira itu itu dipicu oleh lepasnya neurotransmiter bernama enkefalin. Jika, anda mampu bergerak tangkas trengginas, maka otak anda sedang memainkan neurotransmiter GABA. Jumlahnya sedang turun. Sebaliknya jika jumlah GABA naik, maka seseorang menjadi malas.

Bagi orang-orang yang sedang kehilangan mood nya, menjadi kurang daya konsentrasinya, neurotransmiter serotonin nya lagi turun.

Seseorang bisa mengalami kegilaan disebabkan oleh ulah norepinefrin, serotonin dan dopamin yang bekerja pada sistem kognisi, sistem koordinasi gerakan otot, dan kewaspadaan seseorang.

Jadi, kita melihat betapa pentingnya peran neurotransmiter dalam kehidupan seseorang. Ia adalah Salah satu aktor utama dalam sistem kehidupan manusia, bersama dengan sinyal-sinyal listrik di serabut saraf dan hormon. Ya, hormon adalah aktor ketiga di dalam penyampaian pesan dari otak ke seluruh badan.

Jika sinyal listrik dan neurotransmiter bekerja di sepanjang saraf, maka hormon dilepaskan lewat darah. Zat ini dilepaskan oleh kelenjar hipofise di otak bagian depan atas perintah Hippothalamus.

Pada kasus orang marah atau cemas, hormon ikut berperan di dalamnya. Ketika anda cemas berlebihan, maka sistem limbik di otak anda akan bereaksi cepat memerintahkan Hippothalamus melepaskan hormon CRF (Corticotrophin Releasing Factor). CRF tersebut lantas meluncur menuju hipofise di bagian bawah Hippothalamus, dan memancing keluarnya hormon lain, ACTH (Adrenocorticotrophin Hormone).

ACTH ini lantas masuk ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju kelenjar anak ginjal. Di sana ACTH melepaskan hormon Cortisol yang merangsan saraf simpatis mengeluarkan adrenalin. Saat itulah anda akan merasakan jantung anda berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran, sampai ingin kencing.

Tidak berhenti sampai di situ, cortisol juga bakal mempengaruhi organ-organ lainnya. Salah satunya, dia akan menyerang Hippocampus sebagai pusat ingatan rasional anda. Jika itu terjadi, maka anda akan gugup dan lupa segala yang ada di dalam benak. Lagu yang sudah hafal pun kadang jadi lupa ketika anda sedang gugup di atas panggung.

Selain itu, rasa lapar dan haus juga diatur secara hormonal oleh kelenjar hipofise. Demikian pula berbagai mekanisme pencemaan sepanjang usus, sangat dipengaruhi oleh kerja sistem hormonal.

Sistem hormonal, diketahui sangat terkait dengan ketenangan dan kemampuan mengendalikan diri seseorang. Jika seseorang gelisah berlebihan misalnya, tiba-tiba perutnya terasa mulas. Ini pun dikarenakan kerja sistem hormonal.

Berbagai macam mekanisme yang berkaitan dengan seksualitas, juga diatur secara hormonal. Mulai dari kematangan sel telur seorang wanita, produksi sperma pada pria, kenikmatan seksualitas, sampai pada kelahiran seorang bayi, semuanya melibatkan sistem hormonal yang kompleks.

Jadi, kini bertambah lagi kefahaman kita tentang proses-proses penting dalam pengendalian diri seorang manusia oleh otaknya. Otak melakukan peran sangat penting mengontrol segala aktivitas seseorang lewat tiga aktor utama, yaitu sinyal-sinyal listrik, neurotransmiter, dan hormon.

Apakah anda semakin bisa merasakan bahwa keberadaan Jiwa sangat terkait dengan struktur dan fungsi otak? Ataukah sebaliknya? Atau malah menjadi ragu? Untuk memantapkan pemahaman, marilah kita bahas bagian-bagian selanjutnya, yang akan memberikan gambaran dari sudut pandang yang berbeda.


3. OTAK FISIK DAN OTAK BATIN

Sebagaimana saya sampaikan di depan, bahwa otak memiliki dua sisi yang berbeda dalam eksistensinya. Sisi yang pertama adalah struktur otak. Ia diwakili oleh partikel-partikel materi yang membentuk atom, kemudian atom-atom itu membentuk molekul, lantas molekul-molekul membentuk unit terkecil penyusun makhluk hidup yang disebut sel.
Di dalam sel itulah kompleksitas sistem kehidupan mulai muncul. Di dalamnya ada inti sel yang memuat kode-kode perintah kehidupan, yang terangkai dalam untaian genetika. Di luar sel ada fasilitas-fasilitas pendukung kehidupan sel.

Mulai dari zat RNA yang berfungsi sebagai kurir penyampai pesan kehidupan dalam bentuk kode-kode biokimia. Mitokondria berfungsi sebagai pabrik penghasil energi untuk kebutuhan sel. Di dalamnya terdapat berbagai macam enzim yang dibutuhkan untuk proses produksi tersebut.

Seluruh sel terisi oleh cairan yang disebut sitoplosma, di mana ia berfungsi sebagai media lalu lintas berbagai enzim yang menjaga kelangsungan kehidupan sel tersebut. Jalur komunikasi atas seluruh bagian sel dikendalikan oleh pusat komunikasi bernama retikulum endoplasma. Dan kemudian, hasil-hasil prosesnya berupa protein tertentu akan dikemas di suatu bagian yang disebut kompleks golgi. Dari sinilah kebutuhan zat-zat di dalam sel tesebut maupun yang ada di sel lain, dipasok.

Sel-sel yang sejenis, lantas membentuk suatu jaringan. Dalam konteks otak, sel-sel itu lantas membentuk jaringan saraf otak menjadi semacam chip integrated circuit (IC), dan sejumlah sel pendukung yang disebut glia. Perbandingan jumlah antara keduanya adalah 1 : 2, yaitu 100 miliar sel saraf otak dan 200 sel glia.

Sel-sel saraf itulah yang membentuk dan membangun organ otak, dengan struktur yang telah kita bahas di depan. Kehebatan otak bukan terletak pada masing-masing komponennya, melainkan pada koordinasi fungsi secara menyeluruh.
Meskipun, secara struktural kita melihat peran-peran menonjol dari beberapa bagian otak. Misalnya, kulit otak, sistem limbik, batang otak dan otak kecil. Atau, lebih spesifik lagi ada bagian otak yang kita kenal sebagai Thalamus, Hypothalamus, Hippocampus, amygdala, dan lain sebagainya. Namun semua itu ternyata memiliki saling ketergantungan yang sangat besar. Dan tidak bisa berdiri sendiri.

Tadinya, saya menduga bahwa di otak itu ada suatu bagian yang menjadi 'komandan'. Mengendalikan seluruh aktivitas untuk menerima rangsang, memahami, menganalisa, dan merespon. Tapi setelah menelusuri lebih jauh, saya memperoleh kesimpulan yang berbeda, bahwa komandan fungsi otak secara struktural itu bukan terdapat pada organ tertentu, melainkan pada keserasian fungsinya.

Ini memang menjadikan kita lebih sulit memahami fungsi otak berkaitan dengan Jiwa. Akan lebih mudah bagi kita, jika ternyata seluruh kendali otak itu diperintah oleh bagian tertentu. Maka dengan gampang kita lantas mengatakan : "Oo, berarti bagian itulah yang menjadi representasi Jiwa."

Di kalangan agama Hindu, Misalnya, percaya bahwa kelenjar hipofise adalah ‘mata ketiga’, tempat lepas dan masuknya Jiwa. Namun, kalau kita tilik fungsi struktural. (organik)nya, ternyata kelenjar ini bekerja atas perintah Hypothalamus sebagai kelenjar yang menghasilkan hormon. Sedangkan hormon, juga bukanlah satu-satunya aktor dalam mekanisme pengaturan hidup manusia. Ia mesti bekerjasama dengan sinyal-sinyal listrik dan neurotransmiter, sebagaimana telah kita bahas di depan.

Jadi, kayaknya, ia tidak layak disebut sebagai komandan mekanisme otak. Mestinya, malah lebih layak Hypothalamus. Karena, organ inilah yang memerintah kan hipofise untuk mengeluarkan hormon sesuai kebutuhan tubuh. Ada hormon pengatur pertumbuhan, hormon penentu sifat laki-laki dan perempuan, hormon yang mengatur mekanisme menstruasi, sampai pada pengaturan kegiatan-kegiatan seksual.

Bahkan Hypothalamus berfungsi pula untuk menjaga kestabilan temperatur badan kita. Ia juga mengatur rasa lapar dan haus. Dan banyak lagi peran-peran penting kehidupan. Kalau begitu, mestinya Dialah yang dimaksud oleh berberapa kalangan sebagai aktor utama dalam kaitannya dengan Jiwa.

Posisinya memang di dekat kelenjar hipofise. Organ yang lebih sedikit lebih besar dari biji kacang itu terletak di antara hipofise dan Thalamus. Kalau dilihat dari luar kepala posisinya ada dibagian depan, sekitar dahi.

Namun, status sebagai komandan otak itu juga patut dipertanyakan, karena banyak fungsi lain yang tidak diperintah oleh hypothalamus. Misalnya, perintah kepada jantung agar terus berdenyut. Tekanan darah. Atau fungsi pernafasan. Padahal ketiga fungsi itu kan sangat sentral dalam kehidupan manusia.
Ternyata perintah berkaitan dengan fungsi jantung dan pernafasan itu dilakukan oleh organ yang lain, yaitu Batang Otak. Posisinya di bagian belakang bawah. Di batang otak inilah terdapat bagian yang disebut formasi retikularis yang bertanggung jawab terhadap 'fungsi sadar' alias terjaga.

Orang yang mengalami koma atau pingsan, denyut jantung dan tekanan darah serta kestabilan sistem pernafasannya diatur dari sini. Kalau melihat fungsinya yang sangat sentral, mestinya bagian ini juga layak disebut sebagai aktor utama dalam pengendalian kehidupan seseorang. Bukan hanya Hypothalamus. Tapi kondisi yang sekadar 'terjaga' juga tidak menggambar kan fungsi Jiwa yang sempurna. Ini sekadar saklar on-off untuk menjalankan fungsi terjaga atau tidak.

Demikian pula sistem limbik. Inilah bagian yang bertanggung jawab terhadap 'kesadaran fungsional' seseorang. Bukan hanya 'terjaga' secara fisik, melainkan juga 'tersadar' dalam arti fungsi luhur keJiwaan. Di sinilah hawa nafsu dan budi pekerti bertarung untuk saling berkuasa. Di sini juga emosi dan rasio saling berebut posisi menjadi panglima dalam pikiran seseorang.

Kalau melihat fungsi yang demikian sentral itu, maka sistem limbik juga pantas disebut sebagai komandan otak dan menjadi representasi dari Jiwa. Namun, tenyata ia juga hanya mengomandani sebagian saja dari fungsi otak.

Jadi, fungsi otak sebenarnya terdapat pada sistem keseimbangan kerjasama antar bagian-bagian itu. Kesempurnaan dan ketinggian fungsi otak hanya muncul jika masing-masing bagian menunjukkan perannya secara maksimal, dan kemudian bersinergi secara harmonis. Bagaikan sebuah musik orkestra.

Namun demikian, secara samar-samar kita bisa menangkap pengelompokan fungsi tertentu. Kalau Misalnya, pengelompokan itu kita lakukan dalam dua bagian besar, maka akan terbagi menjadi: pengendali aktivitas fisik dan pengendali psikis.

Aktivitas fisik dikomandani oleh 'Batang Otak' dan Hipothalamus. Batang otak mengatur fungsi dasar kehidupan yang berkait dengah kesadaran fisik (pernafasan dan mekanisme jantung). Sedangkan Hypothalamus mengatur fungsi kehidupan lanjutannya seperti pertumbuhan, pencernaan, seksualitas, kestabilan temperatur badan, dan lain sebagainya.

Sedangkan Aktivitas psikis dikomandani oleh sistem limbik. Ia mengatur fungsi luhur kemanusiaan dengan melibatkan pusat rasio (Hippocampus) dan pusat emosi (amygdala).

Ternyata dalam dunia kedokteran di Indonesia , penanganan masalah-masalah otak juga dibagi menjadi dua bidang, yaitu, kedokteran saraf (neurologi) dan kedokteran Jiwa (psikiatri). Meskipun keduanya sebenarnya saling terkait. Dalam konteks yang lebih umum, kita lantas bisa menyebutnya sebagai 'Otak Lahir' dan 'Otak Batin'.

Dalam bidang kedokteran disebut sebagai 'Otak Struktural' dan 'Otak Fungsional'. Dokternya disebut sebagai dokter Saraf dan dokter Jiwa.

Jadi, kalau begitu, apakah sistem limbik bisa diartikan sebagai Jiwa itu sendiri? Nah, disinilah muncul 'titik kritis' nya.

Secara fungsional, sistem limbik ini memang merepresentasikan banyak hal tentang fungsi Jiwa. Berbagai macam perasaan 'berkecamuk' di sistem ini, dalam bentuk sinyal-sinyal listrik dan silang sengkarutnya neurotransmiter antar sel yang terlibat.

Bagi seorang dokter saraf, munculnya rasa gembira dalam diri seseorang sebenarnya tak lebih dari lepasnya neurotransmiter enkefalin. Zat inilah yang menyebabkan rasa gembira itu muncul. Demikian pula rasa cemas dan ketakutan, itu sebenarnya tak lebih dari terlepasnya adrenalin, yang menyebabkan jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin.

Atau, perasaan malas dan sulit berkonsentrasi sebenarnya 'hanyalah' meningkatnya neurotransmiter GABA dan Serotonin di saraf otak yang berpengaruh pada performa kerja otak secara keseluruhan. Dan lain sebagainya.

Jadi betapa sederhananya, apa yang disebut 'Perasaan' itu. Sekali lagi, perasaan adalah sekadar muncul dan beredarnya neurotransmiter tertentu sesuai dengan jenis perasaannya??!!

Pertama kali saya memperoleh informasi ini saya termenung cukup lama. Dan kemudian mencoba merasakan dalam diri saya. Saya tidak puas dengan kesimpulan itu, meskipun saya tidak bisa membantahnya.

Saya lantas berdiskusi panjang lebar dengan seorang kakak saya yang kebetulan dokter saraf (neurolog). Dia mengatakan memang begitulah fungsi otak dipandang dari segi neurologi. Bahwa berbagai macam perasaan itu identik dengan zat-zat biokimiawi yang disebut nerotransmiter.

Saya lantas bertanya lebih jauh, manakah yang lebih dulu muncul : 'perasaan takut ataukah adrenalin?' Ternyata jawabannya adalah perasaan takut itulah yang lebih dulu muncul, barulah kemudian otak melepaskan adrenalin yang membawa efek berantai ke seluruh organ-organ tubuh.

Demikian pula, antara rasa gembira dan enkefalin, ternyata lebih dulu rasa gembira. Barulah kemudian memicu neurotransmiter enkefalin. Dan seterusnya.

Akan tetapi, saya sebenarnya tidak terlalu puas dengan kesimpulan itu, karena ternyata muncul kenyataan berikutnya : jika neurotransminter tertentu muncul, fungsi Jiwa itu pun bisa muncul, sebagai akibatnya.

Contohnya, jika kadar adrenalin atau epinefrin kita meningkat, maka kita bakal menjadi uring-uringan, tanpa jelas ujung pangkalnya. Begitu pula jika kadar GABA kita naik, tiba-tiba timbul rasa malas dalam pikiran kita. Dan, selanjutnya, kalau serotonin lagi turun, maka tiba-tiba kewaspadaan dan konsentrasi kita pun ikut turun. Kalau begitu, mana yang lebih duluan 'perasaan' ataukah neurotransmiter? Ini jadi kayak kasus ‘ayam dan telur’, duluan mana?'.

Tapi, karena ada kasus yang menunjukkan bahwa 'perasaan' bisa memicu munculnya neuro transmiter tertentu, maka saya memilih bersikap bahwa antara perasaan dan neurotransmiter, mesti lebih substansial ‘perasaan’. Meskipun neurotransmiter itu bisa memicu munculnya ‘perasaan’.

Jika demikian, timbullah pertanyaan berikutnya: 'Bagaimanakah proses munculnya perasaan di benak kita? Bentuknya seperti apa? Posisinya dimana?'

Dan, bagaimana pula proses berubahnya ‘perasaan’ yang begitu abstrak menjadi zat kimiawi dengan efek organiknya yang begitu nyata?' Hal ini akan kita bahas dalam bagian-bagian berikutnya, secara lebih komprehensif.

Pada tahap ini, saya hanya ingin mengajak Anda untuk menegaskan pemahaman, bahwa otak kita memiliki sifat nyata (lahiriah) alias 'struktural' dan sifat abstrak (batiniah) alias 'fungsional'.

(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua