(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Sabtu, 22 Desember 2007

Panggilan Datang Ke Baitullah

Bagian terakhir dari diskusi kita ini menyentuh sisi Tauhid. Bahwa kedatangan kita ke baitullah adalah untuk memenuhi panggilan Allah. Tentu, kita tidak secara sederhana dan harfiah lantas menafsirkan panggilan ini sebagai panggilan yang 'berjarak'. Panggilan di sini lebih tertuju kepada hati. Maukah kita menjalani ibadah haji dengan segala persyaratannya itu? Adakah upaya kita untuk bersusah payah menjalankan perintah Allah? Sebab dengan susah payah itulah kita membuktikan kecintaan kita kepadaNya. Dan karenanya, Allah memberi balasan yang lebih baik kepada kita

Betapa banyaknya orang yang ‘dipanggil’ oleh Allah untuk datang kepadaNya tetapi tidak datang. Mereka bukannya mendekat tetapi malah menjauh. Kalau mereka bergerak menjauh, yang terjadi justru mereka akan semakin jauh. Dan suatu ketika akan terlempar dari pusaran kehidupan yang sesungguhnya.

Kehidupan ini bagaikan sebuah putaran, dimana kita berada di dalamnya. Allah menjadi pusat dari seluruh putaran itu. Secara alamiah, orang yang berada di dalam putaran tersebut akan cenderung untuk terlempar keluar. Ada gaya sentrifugal, yang menyebabkan dia terlempar keluar putaran, menjauh dari pusatnya.

Sama, kehidupan kita ini secara alamiah bisa melempar kita menuju posisi yang menjauhi Allah. Kecenderungan orang untuk berbuat yang dilarang Allah itu lebih besar dari pada untuk mendekati Allah. Di sini ada semacam ‘gaya sentrifugal’ yang dimainkan oleh peran antagonis kita, yaitu setan.

Berbuat jahat selalu terasa lebih mudah dibandingkan berbuat baik. Berbuat baik membutuhkan energi ekstra untuk melawan ' gaya sentrifugal' dari setan. Ini sama persis, dengan putaran roda. Dalam posisi bergerak melingkar, kita membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa mendekati pusat putaran, yaitu Allah.

Akan tetapi semakin dekat ke pusat putaran, energi yang kita butuhkan akan semakin kecil. Sebaliknya semakin jauh dari pusat putaran, energi yang kita butuhkan untuk melawan gaya sentrifugal itu akan semakin besar.

Jadi kalau kita sudah terlanjur berbuat dosa, untuk kembali kepada Allah membutuhkan energi yang lebih besar. Semakin besar dosa kita, semakin berat upaya yang harus kita lakukan untuk kembali kepada Allah. Sebaliknya, kalau kita berbuat kebaikan terus semakin dekat ke pusat maka energi yang kita butuhkan akan semakin kecil. Dan pada suatu ketika, kita berada di pusat, “menyatu” dengan Allah, kita tidak akan pernah lagi terpental keluar dari putaran kehidupan ini.

Pada saat persis di pusat putaran itu, kita tidak lagi berputar!! Karena yang berputar itu hanyalah mereka yang berada di luar pusat. Pada titik nol kita telah terlepas dari ukuran duniawi kita. Lantas, kita seperti memiliki kekuatan yang luar biasa dan karomah. Seringkali pada titik inilah terjadi banyak keanehan dan keajaiban. Semua itu karena kita telah 'bersatu' dengan Allah, Sang Pemilik Alam Semesta, sehingga boleh jadi orang akan melihatnya telah terlepas dari hukum-hukum alam yang sewajarnya.

Jadi, marilah kita penuhi panggilan Allah untuk menuju ke 'Pusat' kehidupan itu. Di sanalah letak kehidupan yang sesungguhnya. Memang berat untuk memulainya, tetapi kalau sudah kita mulai, maka semakin lama akan semakin mudah, semakin nikmat. Dan, ketika mencapai pusat itulah kita akan memperoleh kenikmatan yang luar biasa, yang tiada bandingnya.

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua