Dari pembahasan yang sudah kita lakukan, saya kira anda sudah bisa menebak kesimpulan akhirnya. Bahwa Adam adalah manusia yang dilahirkan. Kenapa? Karena, memang ia bukan manusia pertama yang diciptakan di muka Bumi.
Adam adalah al insaan. Ia bukan al basyar. Manusia pertama yang diciptakan oleh Allah ternyata bukan Adam. Ia tidak pernah disebut secara eksplisit oleh Al Qur’an. Allah selalu menyebut manusia pertama itu secara kolektif sebagai al basyar. Karena itu, tidak ada penjelasan rinci tentang siapa dia dan bagaimana rupanya.
Data-data ilmu pengetahuan pun sampai sekarang masih diliputi oleh kabut tebal yang penuh misteri. Data-data fosil maupun perhitungan umur genetika hanya menyebut angka jutaan tahun yang lalu sebagai awal munculnya spesies manusia.
Menurut pemetaan genetika manusia, kita adalah generasi ke 300.000 dari manusia pertama. Kalau pergantian generasi dihitung rata-rata setiap 30 tahun, maka itu berarti sekitar 9 juta tahun yang lalu. Ini pun belum disepakati oleh para ahli. Kebanyakan ilmuwan palaentologi dan genetika menyebut angka 5-10 juta tahun yang lalu sebagai awal kemunculan spesies manusia.
Tetapi, manusia yang dimaksud itu, dipercaya sebagai manusia purba. Otak dan peradabannya masih sangat rendah. Meskipun, secara fisik mereka telah menunjukkan bentuk tubuh yang menyerupai manusia. Munculnya manusia modern diperkirakan baru sekitar puluhan ribu tahun yang lalu.
Salah satu tandanya, adalah munculnya peradaban yang lebih maju. Mereka sudah bertani dan berternak. Bukan berpindah-pindah ladang, dan berburu. Dugaan ini diperkuat oleh ayat Qur'an bahwa anak-anak Adam -Qabil & Habil - sudah mengenal pertanian dan peternakan.
QS. Al Maaidah (5): 27
Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Dikisahkan bahwa Habil adalah seorang petani, sedangkan Qabil adalah peternak. Mereka membuat persembahan kurban dalam bentuk hasil pertanian dan peternakan mereka. Habil mempersembahkan hasil pertanian terbaiknya. Sedangkan Qabil justru memilih hewan-hewan yang tidak baik kualitasnya. Maka persembahan yang penuh keikhlasanlah yang diterima Allah. Yaitu dari Habil. Qabil pun iri dan marah. Akhirnya, ia membunuh saudaranya sendiri - Habil. Kisah klasik ini menyiratkan bahwa keluarga Adam sudah mengenal peradaban yang lebih maju dibandingkan pendahulunya.
Jadi, zaman mereka adalah jaman peradaban manusia modern. Dan itulah memang yang diajarkan Allah kepada Adam. Itu pula yang membedakan Adam dengan manusia generasi sebelumnya.
Banyak ayat di dalam Al Qur’an yang mengarahkan kita pada kepahaman, bahwa Adam bukanlah manusia purba. Ia adalah manusia modern yang dilahirkan. Ia bukan diciptakan secara langsung dari tanah, melainkan terlahir dari sebuah proses kehamilan orang tuanya.
QS. Ali Imran (3): 59
Sesungguhnya masalah (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah", maka jadilah dia.
Ada dua hal yang perlu dicermati dari ayat di atas. Yang pertama adalah analogi Isa dan Adam. Allah menyamakan proses antara penciptaan Isa dan Adam. Sudah saya uraikan di bagian depan, bahwa penciptaan Isa disebut Allah seperti Adam,diciptakan dari tanah (turab) kemudian diucapkan kepadanya kun, maka jadilah ia. Dari sini kita tahu bahwa ketika Allah mengatakan kun, penciptaan itu ternyata berproses. Sebagaimana Isa yang dilahirkan oleh ibunya. Karena keduanya dibuat analogi, maka kita memperoleh kesimpulan sementara bahwa Adam pun dilahirkan sebagaimana Isa.
Hal kedua yang perlu kita cermati adalah kata turab. Di ayat itu Allah mengatakan bahwa keduanya diciptakan dari tanah (turab). Di bagian depan sudah kita bahas, bahwa tanah turab adalah tanah gembur yang mengandung unsur hara sangat baik.
Menariknya, penciptaan dengan tanah turab ini diceritakan lebih lanjut oleh Allah dalam berbagai ayat lainnya. Bahwa tanah turab itu ternyata berproses secara bertingkat untuk menjadi sesosok manusia.
Pada kesempatan ini, saya ingin sekali lagi mengajak pembaca untuk mencermati keterkaitan anatara 7 ayat yang sudah kita bahas di bagian depan itu. Ini penting agar pembaca memperoleh kepahaman secara lebih holistik. Agar memperoleh kepahaman yang utuh. Karena saya lihat, di keterkaitan itulah letak kunci pemahamannya.
1. QS. Al Baqarah (2): 264
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah (turab), kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Ayat ini bercerita tentang definisi turab. Bahwa turab adalah jenis tanah permukaan Bumi, yang jika menempel di batu, dan kemudian tersiram air hujan, ia akan larut dan hanyut. Batunya menjadi licin. Tanah jenis inilah yang disebut dalam penciptaan Isa dan Adam.
2. QS. Ali Imran (3): 59
Sesungguhnya masalah (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti Adam. Allah menciptakan Adam dari turab, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
Disini Allah menjelaskan aplikasi tanah turab itu dalam proses penciptaan Adam. Dan juga Isa. Analogi antara Adam dan Isa telah memberikan gambaran yang jelas kepada kita karena kita tahu persis bagaimana proses penciptaan Isa berlangsung, yaitu dengan cara terlahir dari rahim ibunya.
3. QS. Al Kahfi (18): 37
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah (turab), kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?
Lebih lanjut Allah bercerita dalam ayat ini, bahwa tanah turab itu memang masih berproses Iebih lanjut menjadi sperma pada lelaki dan ovum pada perempuan. Atau istilah umumnya adalah air mani. Barulah, kelak akan menjadi manusia sempurna.
4. QS. Al Hajj (22): 5
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah (turab), kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian sampailah kamu kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Dalam ayat ini, Allah semakin gamblang menjelaskan tahapan-tahapan penciptaan itu. Dari turab menjadi nuthfah (sperma dan ovum), menjadi alaqah (segumpal darah), dan menjadi mudghah (segumpal daging). Lantas, ditetapkan berkembang di dalam rahim sampai sempurna kejadiannya. Dan lahirlah sebagai seorang bayi. Bertambah dewasa seiring usia, dan kemudian diwafatkan. Bahkan, kemudian Allah memberi ilustrasi tentang penciptaan itu bagaikan Bumi yang disirami air hujan, kemudian bertumbuhanlah tanamannya.
5. QS. Ar Ruum (30): 20
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Selain proses-proses fisik yang terjadi saat penciptaan itu, Allah juga memberikan gambaran lebih jauh bahwa manusia yang berasal dari turab itu tiba-tiba bisa berkembang biak. Memakmurkan Bumi. Kata ‘tiba-tiba’ ini tidak harus bermakna ‘tanpa proses’. Karena faktanya, Allah memproses dulu fisik manusia (Adam) sampai menjadi manusia dewasa, dan kemudian berpasangan dengan lawan jenisnya, sehingga berkembang biak. Hal itu, diceritakan Allah pada ayat berikut ini.
6. QS. Al Faathir (35): 11
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah (turab) kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.
7. QS. Al Mu'min (40): 67
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah (turab) kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan, dan supaya kamu memahaminya
Ayat terakhir ini kembali menegaskan bahwa Allah memproses turab itu bertahap dan bertingkat-tingkat di dalam rahim seorang ibu. Akhirnya, terlahirlah turab itu sebagai seorang bayi. Kemudian menjadi dewasa. Kemudian menua. Akhirnya diwafatkan kembali lagi ke asal muasalnya, yaitu tanah.
Dan yang paling menarik adalah penutup ayatnya. Allah menegaskan, bahwa semua keterangan ini dimaksudkan agar kita semua memahaminya...
Maka, kemana lagi kita harus berpaling untuk memperoleh informasi, kecuali dari aya-tayat Qur'an? Tapi ingat, penjabarannya harus kita buktikan lewat data-data ilmiah. Lewat perkembangan ilmu pengetahuan. Palaentologi maupun biomolekuler.
Allah dengan sangat jelas telah menuntun kepahaman kita tentang penciptaan Adam ini di dalam Al Qur’an. Bahwa, Adam adalah bapak manusia modern yang terpilih dari spesies manusia purba. Yang dalam istilah Al Qur’an disebut sebagai al basyar. Ia adalah al insaan yang dilahirkan oleh al basyar...
Kapan? Dimana? Jawabnya secara persis belum diketemukan di dalam Al Qur’an. Kita tunggu penemuan empiriknya. Namun, Allah menyinggung secara global bahwa al lnsaan itu diciptakan sesudah jin dan sesudah al basyar.
QS. Al Hijr (15): 26-29
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya, dari api yang sangat panas.
Dan, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia (basyar) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Ayat di atas jika dipahami sepenggal akan membingungkan. Karena itu saya kutipkan rentetannya. Di awalnya, Allah bercerita bahwa Dia telah menciptakan al insaan alias Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Karena itu kebanyakan kita berpendapat bahwa Adam diciptakan oleh Allah secara langsung, tanpa proses. Tetapi bacalah rentetan ayat berikutnya.
Tiba-tiba Allah memberi informasi tentang penciptaan jin. Makhluk ini diciptakan sebelum al insaan dari api. Kenapa secara tiba-tiba Allah bercerita tentang jin, padahal Dia sedang bercerita tentang al insaan yang telah diciptakan? Rupanya, Allah ingin menegaskan bahwa manusia yang diciptakan itu adalah al insaan yang memiliki fitrah ibadah seperti jin. Hal ini akan menjadi jelas ketika dikaitkan dengan QS. 51:56 – ‘dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah’.
Ayat berikutnya lagi, barulah Allah menjelaskan tentang al insaan itu. Bahwa ia adalah al basyar yang diciptakan dari ‘tanah liat kering’ (berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk). Karena itu Allah mesti menyempurnakan terlebih dahulu, dan meniupkan ruhNya. Barulah sempurna kejadiannya sebagai seorang insaan. Dan, malaikat pun diperintahkan untuk bersujud.
Ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan ayat-ayat yang bercerita tentang penciptaan Adam yang berasal dari turab. Karena, justru ini merupakan rangkaian mata rantai yang harus disambungkan. Bahwa turab dan shalshaal min hamaa-in masnun adalah sebuah rantai proses yang disebut Allah sebagai saripati tanah (sulaalatin min thiin). Hal ini sebagiannya telah kita bahas di depan.
Akan tetapi untuk memantapkan kembali kepahaman secara holistik, maka di bawah ini saya kutipkan ayatnya. Bahwa saripati tanah itu memang diproses dulu oleh Allah sehingga menjadi bayi yang terlahir. Bahwa saripati-saripati tanah mesti diubah dulu menjadi sperma & ovum, kemudian diproses di dalam rahim lewat tahap-tahapan yang sudah kita pahami itu.
QS. Al Mukminuun (23): 12-14
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari suatu saripati tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (nuthfah) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain (seorang bayi). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
INSAN KAMIL
Maka apakah yang menjadi pelajaran utama dari semua yang telah kita bahas ini? Kita menangkap suatu kesan, betapa mulianya manusia diciptakan oleh Allah..!
Persiapannya saja miliaran tahun. Bumi sebagai panggung drama kehidupannya telah disiapkan sejak 5 miliar tahun yang lalu. Dan Langitnya lebih lama lagi sekitar 13 miliar tahun.
Daratan, lautan, gunung-gunung, serta berbagai fasilitas kehidupan disiapkan secara sempurna, seluruhnya buat manusia. Bukan hanya kebutuhan pokoknya, melainkan segala macam perhiasan dan kenikmatan dunia.
Badannya diciptakan dari tanah Bumi, dengan desain yang paling sempurna dan paling indah di antara makhluk-makhluk lainnya. Otak dan kecerdasannya luar biasa. Sehingga bisa menghasilkan peradaban yang tiada bandingannya di alam semesta.
Proses penciptaannya penuh rahasia. Dan membutuhkan proses berliku yang sangat rumit. Asal usulnya, batuan keras tanah Bumi yang dilumatkan terlebih dahulu oleh sang Pencipta selama miliaran tahun. Ia sempat mengalami tahapan menjadi tanah tembikar, tanah lempung, lumpur hitam yang berbau, dan kemudian disaripatikan menjadi tanah gembur di permukaan tanah.
Dia, Sang Penguasa, menciptakan miliaran benih di perut Bumi. Maka tumbuhlah segala macam kehidupan, ketika Dia mengirimkan air dari angkasa luar menyiraminya. Meskipun Bumi - sang benih raksasa - itu tadinya mati. Kehidupan mulai bergerak. Planet yang tandus menjadi hijau menyegarkan. Planet Bumi pun menjadi surga.
Itulah saat-saat munculnya makhluk paling mulia bernama manusia. Ditumbuhkannya benih manusia dari perut Bumi. Muncullah al Basyar di mana-mana. Di seluruh benua yang menghampar seantero Bumi. Mereka hadir, dan tiba-tiba berkembang biak memenuhi planet Surga ini. Bagaikan tanam-tanaman yang tumbuh di musim penghujan...
Dari semua yang kita bahas sejauh ini, saga ingin mengajak Anda membaca firman Allah berikut. Ia memberikan gambaran menarik dari seluruh rangkaian cerita penciptaan manusia yang telah kita bahas. Sejak mereka dikeluarkan dari tanah, berkembang biak, diberi istri dari jenisnya sendiri, menghasilkan generasi yang beragam rasnya, berusaha eksis di kehidupan dunia, sampai kemudian mati kembali kepada sang Pencipta.
QS. Ar Ruum (30): 19-27
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu dikeluarkan (dari Bumi).
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan bumi (lagi) dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kuburmu).
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepadaNya tunduk.
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)-nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Begitulah Allah menggelar drama kehidupan di muka Bumi. Sejak diciptakan sampai datangnya kematian. Semua makhluk hidup berasal dari dalam tanah, dan kembali ke tanah. Berasal dari tiada, kembali ke tiada. Berasal dari Allah, kembali kepada Allah...
Manusia hanyalah sepercik tanda keberadaan sang Pencipta. Yang menyala sekejap, dalam kegelapan abadi alam semesta. Ia menjadi ‘ada’ ketika ruh ilahiah-nya bersemayam di dalam dirinya. Memancarkan cahaya kemuliaan. Dan kemudian menjadi ‘tiada’ lagi, ketika ruh ilahiah itu meninggalkan dirinya. Menjadi seonggok daging - saripati tanah tiada guna...!
Kita menjadi ada karena Ruh-Nya
Kita menjadi tiada juga karena Ruh-Nya...
Malaikat bersujud kepada Adam
karena Ruh-Nya
Adam menjadi mulia pun
karena Ruh-Nya...
Allah menerima taubat Adam
karena Ruh-Nya
Allah memilihnya menjadi Nabi pun
karena Ruh-Nya...
Allah memuliakan keturunan Adam
karena Ruh-Nya
Dan menyediakan segala kebutuhannya
karena Ruh-Nya...
Allah membimbing kita menuju Surga
karena Ruh-Nya
melindungi kita dari jalan sesat pun
karena Ruh-Nya...
Allah mengajari kita dekat denganNya
karena Ruh-Nya
Menyayangi kita agar tidak menderita
karena Ruh-Nya...
Allah menerangi hidup kita dengan cahaya
karena Ruh-Nya
dan mengeluarkan dari kegelapan
karena Ruh-Nya...
Ya, Allah menciptakan segala
yang ada di Bumi ini untuk kita
karena kita adalah sebagian dari Ruh-Nya
Maka, kemana lagi kita berpaling? Kecuali kepada Dia
Dzat Maha Berkuasa
Yang telah menciptakan kita
dari KeberadaanNya Sendiri...
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruhNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tapi) sedikit sekali kamu bersyukur'
[QS. As Sajdah (32): 9]
wallahu a'lam bishshawab
(Firliana Putri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar