(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Rabu, 06 Februari 2008

SANG LELAKI & SANG WANITA

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan lantas memiliki ruang-ruang aktivitas sendiri-sendiri. Keduanya memiliki pasang surut dan dinamikanya sendiri-sendiri.

Mayoritas laki-laki ingin tampil sebagai lelaki. Mereka ingin menguatkan fitrah lelakinya itu dengan berbagai atribut yang semakin menegaskan kelaki-lakiannya. Mulai dari pakaian, pekerjaan, rumah tangga, sampai berbagai aksesoris dalam kehidupannya.

Demikian pula perempuan. Sebagian besar mereka juga ingin menampilkan kewanitaannya. Karena itu segala aktivitas mereka bertujuan untuk menonjolkan perbedaan itu. Semakin berbeda semakin menarik. Semakin sama, semakin membosankan. Begitulah kira-kira semangatnya. Dan itu memang terbukti kebenarannya. Dan memang begitulah seharusnya.

Maka segala upaya dan energi pun dikerahkan untuk memberikan kepuasaan terhadap ekspresi gender itu. Secara individual, mayoritas lelaki ingin menampilkan diri sebagai sosok yang kekar dan kokoh. Pelindung wanita. Karena itu ingin diunggul-unggulkan dan dihormati.

Sedangkan mayoritas wanita merasa senang jika dilindungi, disayangi dan dihargai. Karena itu kebanyakan justru mereka menempatkan diri dalam posisi itu.

Lelaki cenderung agresif, sedangkan wanita cenderung defensif. Lelaki cenderung aktif, wanita cenderung pasif. Ini menjadi semacam insting gender. Memang ada beberapa perkecualian, pada sebagian lelaki dan wanita. Akan tetapi, kalau kita bicara secara statistik, maka sifat mayoritasnya adalah seperti itu.

Sebagai contoh, kalau ada seorang laki-laki yang kerempeng, tak berotot, berkulit lembut, pasif, tak bisa melindungi, tak mampu menafkahi, dan sebagainya, maka lelaki seperti ini kurang diminati oleh wanita untuk menjadi pasangannya. Kebanyakan wanita ingin punya pasangan lelaki yang bisa melindunginya. Baik dalam artian fisik, finansial, maupun psikis alias kejiwaan.

Lelaki yang lebih kokoh secara fisik lebih disukai oleh kebanyakan wanita, meskipun tidak harus seperti seorang binaragawan. Seorang lelaki yang kaya, juga lebih disukai wanita daripada lelaki yang miskin. Demikian pula lelaki yang memiliki kedewasaan sikap lebih disukai oleh kebanyakan wanita. Meskipun, ada beberapa perkecualian pada orang-orang tertentu. Tetapi sekali lagi kita bicara dalam skala mayoritas.

Sebaliknya, kalau anda bertanya pada seorang lelaki, wanita macam apakah yang dia rindukan untuk menjadi pasangannya, maka anda akan memperoleh kondisi sebaliknya. Kebanyakan lelaki menyukai wanita yang berkulit lembut dan tidak terlalu berotot.

Mereka juga lebih suka wanita yang tidak lebih kaya darinya. Kecuali lelaki itu memang ingin ‘berlindung’ kepada sang wanita. Banyak kasus perceraian terjadi disebabkan oleh kalah tingginya penghasilan lelaki dibandingkan dengan wanita. Dan ini menjadi sumber pertengkaran terus menerus di dalam keluarga tersebut. Sekali lagi jika ditanyakan kepada lelaki - dengan kondisi normal - mereka akan lebih suka jika merekalah yang menafkahi keluarganya.

Para lelaki juga lebih suka kepada wanita yang bermanja-manja kepadanya, butuh perlindungannya, butuh bimbingannya. Ini menjadi salah satu alasan, kenapa banyak pasangan lelaki dan perempuan selalu lebih tua si lelaki. Meskipun ada juga yang sebaliknya. Akan tetapi itu minoritas.

Namun demikian, lelaki juga suka kepada wanita yang mandiri dalam kewanitaannya. Termasuk dalam sikap keibuannya. Itu bisa berarti keibuan bagi anak-anaknya, tapi sekaligus ‘keibuan’ bagi pasangannya.

Menariknya, sang wanita juga menyukai dirinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya, sekaligus juga sebagai ‘ibu’ bagi pasangannya. Tentu saja selama hubungan pasangan itu berjalan normal dan saling menghargai.

Intinya, jika kita melihat kepada fitrah masing-masing, lelaki dan perempuan itu akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaannya jika mereka bisa memenuhi fitrahnya. Lelaki sebagai lelaki dan perempuan sebagai perempuan...

Sebagian pendapat menduga, ini adalah produk budaya. Artinya, kebiasaannya sejak dulu memang demikian, sehingga membentuk patron yang demikian pula.

Akan tetapi, penelitian lebih lanjut tentang otak lelaki dan perempuan, ternyata menunjukkan bahwa mereka memang berbeda secara biologis. Bukan hanya fisik, melainkan sampai ke psikis dan perilakunya, dikarenakan fungsi otak dan hormon yang berbeda.

Bisa saja kondisi ini dibentuk dan direkayasa untuk berubah, akan tetapi ketika lelaki dan perempuan itu berinteraksi lebih dekat, akan muncul kecenderungan untuk kembali ke fitrah semula. Jika dipaksakan berubah, yang terjadi adalah pertengkaran dan kemudian mereka bakal berpisah atau bercerai. Konsep pasangan akan runtuh. Dan kemudian mereka akan memilih hidup sendiri-sendiri. Lantas, bermunculanlah penyakit-penyakit sosial dikarenakan kegagalan tersebut.

Ini adalah fitrah alam. Seperti halnya siang dan malam. Bisa saja dipaksakan seseorang mengalami siang terus menerus, atau malam terus menerus, tetapi yang terjadi adalah masalah bagi yang bersangkutan.

Ini juga seperti konsep sosialisme yang komunis. Sama rasa, sama rata. Semua manusia disamaratakan. Padahal sesungguhnya setiap kita adalah berbeda. Memiliki keinginan yang berbeda. Ingin tampil berbeda. Ingin berekspresi secara berbeda. Memiliki kemampuan yang juga berbeda. Dan pasti memiliki ukuran kepuasan dan kebahagiaan yang berbeda.

Ketika dipaksa sama, itu hanya akan berjalan sementara waktu. Sekian lama kemudian, semuanya bakal runtuh. Sebagaimana kita saksikan pada sistem komunisme di dunia internasional. Akan tetapi sistem individualisme dan liberalisme yang keterlaluan pun bakal menemui masalah, karena sesungguhnyalah semua manusia memiliki fitrah untuk berpasang-pasangan.

Kembali kepada lelaki dan perempuan, masing-masing harus memperoleh porsi yang sesuai dengan fitrahnya. Individu yang berbeda, yang diciptakan untuk berpasangan dan membantu satu sama lain.

Sebagai individu mereka harus memperoleh penghormatan dan penghargaan. Akan tetapi sebagai pasangan, mereka harus bisa saling memberi kepada pasangannya agar terjadi keseimbangan dalam fungsi sosialnya. Setiap kita adalah makhluk individu yang sekaligus makhluk sosial. Individualisme yang sosialis. Atau sosialisme yang individualis...(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua