(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Minggu, 09 Maret 2008

Bagaimanakah Neraka.

Neraka, sebagaimana Surga, sebenarnya telah ada sejak alam semesta ini diciptakan. ia merupakan kelengkapan dan fasilitas 'permainan' yang digelar oleh Allah swt.

Neraka juga terletak di langit yang ke tujuh. Tetapi, harus kita ingat bahwa langit ke tujuh adalah langit 'terbesar' yang memuat langit langit lebih rendah, mulai dari langit pertama sampai langit ke enam. Formatnya, bersusun secara dimensional, seperti telah saya jelaskan di depan. Bukan berlapis-lapis seperti kue lapis. Atau juga bukan seperti bola di dalam bola di dalam bola, sampai tujuh kali.

Maka, Neraka itu sebenarnya juga meliputi 7 langit secara bertingkat-tingkat. Semakin tinggi-tingkat langitnya, semakin hebat konsekuensinya.

Untuk menggambarkan konsekuensi itu saya mengibaratkan sebuah hutan. Jika ada manusia melakukan perusakan terhadap hutan, maka hutan tersebut akan memberikan reaksi negatif kepada kita yang berfungsi mengingatkan agar perbuatan itu tidak diteruskan.

Pada awalnya, jika kita merusak hutan, maka alam di sekitar kita akan memberikan reaksi berupa menurunnya kadar oksigen, meningkatnya suhu udara sekitar, dan turunnya kadar kelembaban. Secara umum, tiba-tiba saja kita merasakan daerah di sekitar hutan itu menjadi lebih panas dan gersang.

Ini, sebenarnya sebuah konsekuensi negatif yang sekaligus berfungsi sebagai peringatan. Jika kita mengabaikan kondisi ini, dan terus melakukan penebangan hutan, maka satu musim ke depan kondisi bisa lebih buruk. Selain udara menjadi jauh lebih panas dan gersang, tiba-tiba kadar air tanah menjadi berkurang, ditambah lagi munculnya banjir.

Kalau kita tidak juga peka terhadap respon negatif ini, kejadiannya bisa bertambah buruk. Kondisi di atas, satu musim kemudian akan berubah menjadi banjir bandang yang semakin besar, ditambah berbagai kerusakan alam akibat tanah longsor dan sebagainya. Dan kalau kondisi semacam itu diteruskan juga yang terjadi adalah kerusakan yang sangat parah pada lingkungan kita. Kita sudah tidak bisa lagi bermukim di daerah tersebut.

Jadi, intinya jika kita berbuat dosa, Allah akan memberikan konsekuensi negatif secara langsung. Ukurannya sesuai dengan besar kecilnya dosa yang kita lakukan. Reaksi itu sebenarnya juga berfungsi untuk mengingat kan kita agar tidak meneruskan perbuatan dosa.

Akan tetapi jika tidak peka terhadap peringatan Allah itu, maka reaksi berikutnya yang muncul akan bertambah besar. Semakin tidak peka kita, dan semakin lama waktu kita untuk menyadarinya, maka semakin besar pula konsekuensi yang harus kita tanggung.

Alam ini ternyata memiliki mekanisme 'pembalasan berantai', lbaratnya seperti kita menabung uang di bank. Kalau bunganya tidak kita ambil, maka yang terjadi adalah proses bunga berganda alias bunga berbunga. Bunga uang kita menghasikan bunga lagi.

Demikian pula dengan konsekuensi negatif di atas. Jika kita tidak segera menghentikan perbuatan negatif itu, dan tidak segera mengimbanginya dengan perbuatan baik, maka 'dosa' kita akan mengalami bunga berganda. Karena itu jangan heran, semakin lama ke belakang, reaksi negatifnya akan semakin besar.

Pada kasus hutan di atas, konsekuensi negatif itu bertambah terus dari yang paling ringan menjadi semakin berat dan semakin parah. Kenapa demikian? Karena alam semesta memiliki mekanisme 'bunga berganda' itu.

Maka apakah yang harus kita lakukan untuk menghentikan mengalirnya proses bunga berganda, tersebut? Ada dua cara, yang pertama segeralah hentikan perbuatan dosa. Dan yang kedua, segeralah mengimbanginya dengan perbuatan yang baik.

Untuk kasus hutan di atas, hentikanlah penebangan hutan. Dan segeralah tanami kembali hutan itu dengan pepohonan. Memang masih terjadi efek negatif, tetapi tidak sebesar kalau kita membiarkannya. Kenapa masih juga terjadi efek negatif? Sebab, memang pertumbuhan pohon yang baru itu tidak bakal bisa menyamai pohon yang telah ditebang. Selalu ada selisih waktu. Tetapi dalam jangka panjangnya, semuanya akan selamat. Kembali seperti semula.

Sama dengan perbuatan dosa. Jika kita berbuat dosa, dan kemudian tidak segera menghentikan perbuatan dosa itu, maka akan terjadilah proses bunga berganda. Semakin lama dosa itu kita lakukan, dan kita tidak bertobat, maka 'bunga' atas dosa kita itu akan bertumpuk tumpuk semakin besar.

Sehingga, kalau kita baru bertobat setelah sekian puluh tahun kemudian, maka konsekuensi dosa-dosa yang harus kita tanggung sangatlah besar. Apalagi, jika kita tidak bertobat dan kemudian 'menunggu' pembalasan di Akhirat. Konsekuensi dosa kita itu menjadi demikian besarnya, karena waktu sudah berjalan berjuta-juta tahun dari perbuatan dosa kita itu. Kita harus membayar bunga-bunga berganda atas dosa-dosa yang kita lakukan!

Maka, jangan heran jika konsekuensi Neraka itu menjadi demikian mengerikan, digambarkan oleh Allah. Efeknya sudah demikian besar, sehingga tidak tertanggungkan oleh manusia.

Di suatu ayat lain, Allah menggambarkan betapa orang yang berada di dalam Neraka minta dibunuh saja, daripada harus menanggung siksaan yang demikian berat. Tetapi itu tidak mungkin lagi, sebab manusia sudah tidak bisa mati akibat hukum alam yang berjalan terbalik.

QS. Az zukhruf (43) : 76 - 77
“Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
“Mereka berseru Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja,” Dia menjawab : kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini).”

Namun dahsyatnya siksaan itu bukannya berhenti, malah bertambah berlipat-lipat. Bukan hanya satu kali 'kebinasaan' melainkan berkali-kali.

QS. Al Furqaan (25) : 14
"(akan dikatakan kepada mereka) : Jangan kamu sekalian mengharap-kannya satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.”

Semuanya sudah terlanjur. Dan, semua itu karena ulah manusia sendiri. Bukan Allah yang menganiaya mereka, tetapi mereka yang telah menganiaya dirinya sendiri. Sebenarnya Allah telah mengingatkan sejak awal agar manusia memikirkan peringatanNya.

QS. Al Araaf (7) : 179
“Dan sesungguhnya Kami jadikan isi Neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka itu lebih sesat lagi Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Sunnatullah (hukum alam) memang telah ditetapkan sejak alam semesta diciptakan. Allah tahu persis konsekuensi seseorang yang melakukan kejahatan, pasti akan masuk ke Neraka penuh kesengsaraan. Sedangkan orang yang banyak berbuat amal saleh akan memasuki Surga.

Nah, hal itulah yang diberitahukan Allah kepada umat manusia lewat para rasul. Namun, kebanyakan manusia tidak mau memahaminya. Setan telah berhasil mempengaruhi mereka, untuk ingkar kepada petunjuk itu. Maka dengan nada 'heran' Allah memberitahukan dalam firmanNya.

QS. Al Baqarah (2) : 175
"Mereka itulah yang orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api Neraka" (Dahlia Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua