(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Senin, 01 Oktober 2007

Antara Dusta


Hujan yang mengguyur tanah gersang ini seakan memberikan aura khusus pada jiwa yang rapuh. Bau wangi khasa tanah ikut menyemarakkan suasana yang tenggah berlangsung. Suara tasbih para binatang yang sedang asik mahsuk membenamkan rasa diri yang kian tak pasti. Dentuman keras yang bertalu-talu disekitarku seolah tak mampu membanggunkan kesadaran jiwaku. “Apakah aku sudah mati?” tak ada yang mampu menjawab semua pertanyaanku. Aku kini sendiri dalam kegelapan yang kian tak terkira. Kesalahan yang pernah ku perbaut dimasa lampau tak mampu kuhapuskan hanya dengan meringkuk dalam kegelapan yang nyata. “Aku rindu akan dunia Tuhan” ratapku disuatu malam yang sepi hanya ditemani angin malam yang kian mendesau menebarkan aura dinginnya. “Aku tahu aku orang yang berlumur dosa, tapi apakah itu yang menyebabkanku tak diterima lagi di masyarakat?” tanyaku seolah menyakinkan pada diriku sendiri. Kuayun langkah menyusuri gelap malam yang kian mengurita. Tak tahu kemana tujuannya, aku hanya mengikuti kemana rasa berada. Jeritan suara perutku tak dapat diajak untuk kompromi damai lagi. Genap tiga hari perut ini tak terisi sejak kebebasanku dari bui yang selama ini membuat aku semakin tak bebas hari demi hari. “Sana pergi, kau pikir gampang apa cari duit, hah…lihatlah tubuhmu masih kelihatan kekar dan gagah?!” bentakan keras tepat mengarah ketelinggaku, begitu tajam bahkan sanggup meluluh lantakkan jabal ukhud sekalipun. “Sana cari pekerjaan!” “Pak tolong berikan sesuap makanan pada orang yang sudah lemah ini pak.” Gelayutku seakan menggemis padanya. Aku tahu akan hal itu semua. Dulu aku tak perlu melakukan ini semua, apa yang aku butuhkan akan segera tersediakan. Denggan ditemani beberapa Gundik-gundikku yang kupesan pada seorang teman dari seberang lautan. Dulu tanggan yang sering kupakai untuk membunuh sekarang bergejolak menampilkan kebringgasanya. Tuhan bantulah hambamu untuk dapat kembali lagi kepadamu, jangan biarkan aku untuk mengulang kesalahan yang sama untuk yang kesekian kali. “Heh…anak muda!, kamu pikir dengan merengek seperti bayi begini aku akan memberimu makanan?” sergahnya. Aku malu untuk menghadapmu Tuhan jika aku tak sanggup untuk mengontrol akan segala tindakanku. Kucoba untuk berdiri walau tertatih dan berat kurasakan. Kucoba meredam amarah yang membuncah sampai kedadaku saat ini. Kutinggalkan dia yang masih mencaciku tak tentu arah hingga aku benar-benar tak sanggup mendenggarkannya. Ketika rasa lelah telah menjalar keseluruh relung dadaku disaat itulah dapat kutemukan rasa diri yang sebenarnya antara dusta dan nista. Bunyi deritan khas pintu denggan serta-merta membangunkan ku dari tempat yang baru saja aku ketahui. Sebuah bilik bambu yang aku sendiri tidak tahu dimana aku berada. Sepasang langkah kecil terdenggar terseok-seok menghampiriku, dan serta-merta mengejutkanku. Seorang nenek tua renta, ternyata yang menolongku dari ketidak berdayaanku. “Nek…uhuk…uhuk…dimana a…aku ini nek?” tanya ku menghibau. Aku jadi heran ketika tak kudapatkan sebuah jawaban darinya. Terdengar deritan khas pintu untuk yang kedua kali, disana telah berdiri seorang kakek-kakek dan seorang bapak yang tidak terlalu tua kurasa, juga seorang gadis dengan jilbabnya yang terlihat anggun nampak olehku. “Terima kasih atas bantuan yang anda berikan kepadaku, aku tak dapat membalasnya semoga Alloh yang akan membalasnya.” Kulihat sebuah senyum tipis mengembung dari balik bibir mereka semuanya. Lima bulan yang lalu ketika aku tak dapat berbuat apa-apa hanya menjadi beban dari orang-orang disekitarku, kini aku sudah sembuh dan dapat berjalan dengan leluasa. Tak dapat kulupakan pertolongan yang pernah diberikan kepadaku. Juga bimbingan hidup yang sejati dengan islam yang murni. Suatu jalan yang lurus yang selama ini aku cari-cari keberadannya. Suatu ajaran yang mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat hidup dengan bingkai islam dan dengan peraturan islam. Antara makna hakiki kehidupan yang tengah kujalani bersama istri laksana bidadari yang rela hidup bersama seorang mantan preman, untuk mencoba mencari makna hidup yang sejati.

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua