(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Senin, 01 Oktober 2007

Problema Pengajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar dan solusinya


Tujuan pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar (SD) adalah agar siswa dapat membaca, menyimak, melafalkan, dan menulis sejumlah kosakata dan
ketrampilan fungsional dalam kalimat dan ujaran Bahasa Inggris sederhana yang
berhubungan dengan lingkungan siswa, sekolah, dan sekitarnya. Hal tersebut tercantum dan sesuai dengan Keputusan Kepala Kanwil Depdikbud Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 017/I.13/MKpts/1994 tanggal 2 Februari 1994 tentang Kurikulum Muatan Lokal (MULOK) Pendidikan Dasar BBPP Sekolah Dasar mata pelajaran Bahasa Inggris.
Kalau kita baca sekilas apa yang tertulis dalam kurikulum Bahasa Inggris di sekolah dasar (SD) tersebut sederhana sekali sehingga kelihatannya mudah dipahami dan diterapkan. Tapi apa kenyataan di lapangan? Berdasarkan hasil pemantauan penulis, ternyata mata pelajaran Muatan Lokal (MULOK) pilihan Bahasa Inggris ini merupakan salah satu “momok” bagi para guru sekolah dasar pada umumnya. Hal itu dapat kita buktikan dengan adanya sekolah dasar negeri (SDN) yang mengajarkan Bahasa Inggris di mana guru-gurunya bukan dari sekolah dasar yang bersangkutan, tetapi mengambil dari luar (honorer). Untuk Kabupaten Sleman, sampai artikel ini kami tulis, masih banyak yang guru bahasa Inggrisnya “ngebon” dari luar alias “honorer”. Misalnya sekolah sekolah di Wilayah Kecamatan Sleman dan Kecamatan Ngaglik, masih banyak yang juga “ngebon” dari luar. Mengapa pengajaran Bahasa Inggris menjadi “ditakuti” atau “momok” bagi sebagian besar guru SD? Bukankah para guru SD sudah pernah mendapat bekal ketika mereka duduk di bangku sekolah atau kuliah? Apa yang menjadi kendalanya? Memang benar, bahwa setiap guru sebelum menjadi PNS dan terjun langsung ke sekolah, mereka sudah dibekali pendidikan baik formal maupun non-formal. Dengan demikian secara teori bekal yang dimiliki setiap guru sudah cukup memadai. Namun, karena faktor pendidikan, baik latar belakang, materi yang mereka peroleh serta ketrampilan mereka berbeda-beda, maka dalam
penerapannya pun juga canggung, atau ragu-ragu, dan akhirnya hasil yang diperoleh pun juga akan berbeda-beda pula. Bahkan, ada yang tidak berhasil. Menurut pengalaman dan pengamatan penulis, secara umum beberapa hal atau kendala-kendala yang menjadi problema pengajaran Bahasa Inggris bagi guru sekolah dasar (SD) pada umumnya adalah :
1. Faktor guru/pembina
Sepengetahuan penulis, belum ada guru SD (PNS) yang mengajar Bahasa Inggris, berijazah lulusan dari Akademi bahasa Asing, Institut, atau Universitas jurusan Bahasa Inggris. Bila selama ini ada guru SD pengajar Bahasa Inggris yang berijazah Bahasa Inggris, biasanya guru tersebut bukan PNS tetapi guru honorer. Mengapa demikian? Sebab, pada umumnya para sarjana, baik umum maupun sarjana pendidikan biasanya enggan atau tidak tertarik untuk mengajar atau menjadi guru di sekolah dasar (SD), kecuali terpaksa, atau karena belum mendapat pekerjaan sama sekali. Jadi, pada umumnya para guru SD tersebut belum mempunyai modal dasar penguasaan Bahasa Inggris dengan baik.
2. Faktor bakat dan minat para siswa SD
Jarang sekali kita temui anak yang berbakat. Biasanya anak yang berbakat itu punya minat. Kalaupun ada bakat, seringkali bakat tersebut sering terpendam karena faktor guru atau pembina yang tidak mampu.
3. Kurangnya rasa percaya diri (self confidence) dari para pengajar Hal itu disebabkan kurang adanya kemauan (niat, usaha, tekad untuk berinovasi di samping kurang memiliki modal dasar Bahasa Inggris).
4. Faktor sarana-prasarana
Dalam pengajaran apapun tanpa didukung sarana prasarana yang memadai tidak mungkin akan berhasil seperti yang kita harapkan atau maksimal. Begitu pula dalam pengajaran Bahasa Inggris, tanpa didukung sarana prasarana yang memadai juga tidak akan berhasil. Misalnya tidak adanya buku pegangan/paket baik untuk guru maupun anak, alat peraga (visual aids) Wall Chard, Flash Card, teks lagu/nyanyian, dsb. Berdasarkan permasalahan – permasalahan tersebut di atas penulis akan mencoba untuk memberikan beberapa pandangan atau alternatif yang dapat dipergunakan sebagai solusi terbaik, sebagai berikut :
1. Guru Bahasa Inggris harus mempunyai “modal dasar” penguasaan Bahasa Inggris: Modal dasar tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal
dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun non formal ( kursus, penataran, KKG, seminar, dan otodidak) sehingga hasil yang diperoleh dalam pengajaran Bahasa Inggris tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Dengan pendidikan tersebut maka bisa dikatakan bahwa guru Bahasa Inggris tersebut bisa dikatakan sudah menguasai atau “dianggap” menguasai bahasa tersebut. Kapan seseorang dapat dikatakan telah mennguasai Bahasa Inggris (asing)? Menurut C. Fries, seorang pakar linguistik Bahasa Inggris dalam bukunya yang berjudul “Teaching and Learning English as a Foreign Language” mengatakan:”One can be said to have mastered a new language when within a limited vocabulary, he has mastered the basic structural system, and the basic sound system of the language.” Artinya …..Di dalam bahasa modern lebih ditegaskan lagi, “Teachers of English should know English sound system, structural system, and vocabulary viewed from modern linguistic science (descriptive analysis)”.
Bahasa Inggris adalah bahasa asing (foreign language) atau bahasa baru (new language) bagi kita. Bahasa Inggris juga bukan “bahasa Ibu” (mother tongue) bagi anak anak Indonesia. Untuk itu seorang guru Bahasa Inggris harus punya “modal dasar” yang dapat diperoleh dengan cara mempelajari atau menguasai bahasa inggrs atau bahasa asing lainnya itu sendiri . Lalu, apa yang dimaksud dengan mempelajari bahasa asing itu? Seperti yang telah disebutkan Charles C. Fries dalam bukunya “Teaching and Learning English as a Foreign Language”, bahwa mempelajari bahasa asing berarti di dalam penguasaan kosakata (vocabulary) juga harus menguasai the basic structural system dan the basic sound system dari bahasa itu sendiri. Dan harus dapat menggunakan bahasa itu dalam kehidupan sehari-harinya (otomatic habit). Oleh karena itu, dalam mengajarkan Bahasa Inggris bukan berarti hanya mengajarkan kata-kata lepas (vocabulary) sebanyak-banyaknya, tetapi juga harus mengajarkan pola-pola dasar sound system dan structural systemnya, yang kesemuanya itu tidak dapat dipisahkan atau berdiri sendiri. Jadi, unsur-unsur pokok dari bahasa itu merupakan pola-pola dasar yang saling berkaitan baik vocabulary, structural system, maupun sound systemnya.
2. Guru Bahasa Inggris harus menguasai lagu atau nyanyian yang berbahasa
Inggris. Seperti telah penulis sebutkan di atas, bahwa guru Bahasa Inggris juga perlu menguasai lagu berbahasa Inggris. Penguasaan lagu berbahasa Inggris perlu karena lagu atau nyanyian yang diajarkan kepada para siswa bertujuan untuk membantu mereka memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam ucapan (sound system). Selain itu Lagu atau nyanyian diberikan agar dapat mengurangi rasa lelah/penat/bosan setelah para siswa berlatih begitu lama. Lagu atau nyanyian perlu diberikan dengan tujuan agar para siswa mengenal beberapa aspek budaya asing (Inggris).
3. Guru harus selalu berusaha untuk maju dan berkembang (inovatif) Keberhasilan seseorang bukan hanya ditentukan oleh IQ atau nilai kecerdasan yang tinggi saja. Namun, prestasi yang hebat juga ditentukan oleh yang lain. Seperti dikatakan oleh Dra. Puji Lestari Prianto, M.Psi. salah seorang staf pengajar Bagian Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , “Prestasi yang hebat tidak selalu karena IQ yang tinggi, tetapi juga ditentukan oleh hal-hal lain dalam dirinya, seperti minat, motivasi, usaha atau latihan, dan kepribadian.” Jadi seseorang yang biasa-biasa saja tetapi bisa berprestasi asal mau berusaha menekuni bidangnya yang diminati serta mempunyai keinginan yang kuat. Di samping itu, faktor lingkungan dan fasilitas atau kesempatan yang juga cukup mendukung.
4. Sarana dan prasarana yang memadai
Pintarnya seperti apa guru itu, kalau tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai tidak akan berhasil seperti yang diharapkan. Dalam hal ini dikhususkan pada faktor buku, alat peraga dan sarana lainnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis yakin bahwa para pembaca khususnya rekan-rekan guru sekolah dasar (SD) dapat memahami apa yang dimaksud. Sekarang tergantung anda sekalian. Mau mencoba atau tidak. Ingin maju atau berinovasi atau tidak. Yang jelas, bersiaplah terlebih dahulu dengan modal-modal tersebut di atas. Siap untuk mencoba, siap untuk gagal. Tapi harus selalu berusaha untuk mencoba dan mencoba walaupun gagal. Dengan keyakinan dan pengharapan akhirnya suatu saat pasti berhasil. Ingat akan “Trial and Error”.

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua