(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Jumat, 16 November 2007

DICIPTAKAN BERTAHAP


Maka, sampailah kita pada bagian akhir bab ini. Sepanjang bab, kita telah berusaha memahami bagaimana Al Qur’an bercerita tentang penciptaan manusia. Sosok makhluk paling kontroversial dalam drama kehidupan yang digelar di muka Bumi.
Sudah cukup banyak ayat yang kita kumpulkan dan kita bahas. Kita berusaha mengungkap, dimanakah Allah menciptakan manusia, bagaimana proses penciptaannya berlangsung, dari bahan apa ia diciptakan, kapan itu terjadi, siapakah al Basyar dan al lnsaan itu. Dan sebagainya.

Di bagian akhir bab ini kita ingin merangkai ayat-ayat tersebut, untuk memperoleh kesimpulan secara lebih utuh. Meskipun untuk sementara. Karena kita masih akan merangkai dengan berbagai informasi lainnya agar kesimpulan yang kita dapatkan semakin baik. Semakin valid. Berikut ini gambarannya.

1. Bumi adalah panggung drama kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah sejak awal penciptaan alam semesta. Untuk itu Allah sudah menyiapkan planet Bumi ini dengan segala fasilitas untuk menyongsong datangnya kehidupan yang lebih tinggi, yaitu bangsa manusia.
2. Manusia sejak awal diciptakan di planet ini. Karena itu, bahan baku untuk membuat tubuhnya diambilkan dari tanah Bumi. Bukan berasal dari planet lain, karena unsur-unsur penyusun tubuhnya adalah khas tanah Bumi.
3. Tanah Bumi tersebut oleh Allah diproses selama bermiliar-miliar tahun usia planet ini untuk memperoleh bahan dasar yang paling baik yaitu turab alias top-soil. Namun, Allah bisa menyebut jenis tanah apa saja sebagai bahan dasarnya, karena proses penyempurnaan tanah itu melewati fase-fase tersebut. Sebagai contoh Allah bisa menyebut, manusia diciptakan dari thiin (tanah keras), atau sulaalatin min thiin (saripati tanah keras itu) atau shalshaal (tanah liat) hamaa-in (tanah lumpur hitam), Shalshaalin kalfakhkhar (tanah tembikar), thiini llazib (tanah lempung), atau pun turab (tanah gembur). Bukan berarti Allah memproses masing-masing jenis tanah langsung menjadi manusia.
4. Karenanya, tempat penciptaan manusia pertama itu berada di permukaan planet Bumi. Kalau pun kemudian ada informasi bahwa proses penciptaan itu berada di surga, surga itu terdapat di Bumi. Karena makna kata jannah adalah taman yang indah. Yaitu sebuah taman yang subur, indah dan makmur yang disediakan Allah bagi manusia pertama itu. Sebab jika tidak berada di kebun yang indah dengan berbagai fasilitas yang serba ada, manusia pertama itu bakal musnah sebelum sempat berkembang.
5. Namun demikian, secara ekplisit tidak ada ayat yang bercerita bahwa proses penciptaan itu terjadi di surga. Yang ada ialah, manusia generasi pertama itu disuruh tinggal di surga setelah proses penciptaan mereka selesai.
6. Al Qur’an memilki dua istilah untuk menyebut manusia terkait dengan proses penciptaan. Yaitu al basyar dan al insaan. Al basyar digambarkan sebagai manusia yang diciptakan langsung dari tanah. Sedangkan al insaan diciptakan dari bertemunya sperma dan ovum. Meskipun sperma dan ovum itu ternyata juga berasal dari saripati tanah. Jadi kalau dilacak jauh ke belakang, al basyar maupun al insaan, dua-duanya berasal dari tanah (thiin) yang disarikan (sulaalah) lewat proses sangat panjang. Maka, kita sering menjumpai ayat yang menyebut bahwa manusia ini berasal dari sulaalatin min thiin, dari saripati tanah.
7. Tapi siapakah al basyar itu? Dan siapa pula al insaan itu? Apa kaitannya dengan Adam dan Hawa? Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bagian-bagian berikutnya.
8. Akan tetapi proses penciptaan yang terjadi pada kedua makhluk itu memiliki kemiripan. Terutama pada tahapan prosesnya. Bahwa mereka diciptakan secara bertingkat dan bertahap. Bedanya, al basyar diciptakan lewat mekanisme bertingkat dari tanah keras menjadi tanah yang kaya unsur hara, dan kemudian 'ditumbuhkan' dari Bumi secara langsung. Ia menjadi manusia dengan proses di luar rahim manusia. Lewat ‘rahim’ Bumi. Sedangkan al insaan diciptakan secara bertingkat dan bertahap lewat rahim al basyar.
9. Proses penciptaan di dalam rahim itu pun kadang disebut Allah secara parsial. Misalnya, kadang Allah menyebut manusia diciptakan dari air yang hina, kadang disebut dari nuthfah, kadang disebut berasa dari percampuran setetes air mani, kadang disebut berasal dari segumpal darah. Tidak masalah. Tidak berarti, bahan dasarnya langsung dari segumpal darah. Atau, lantas ada yang membantahnya, dan menyebut sperma sebagai asal-usulnya. Semuanya itu adalah fase-fase dalam penciptaan manusia di dalam rahim. Sama dengan tidak perlunya kita mempertentangkan antara tanah keras, tanah lempung, dan tanah gembur. Semua itu adalah fase-fase dan saling melengkapi.

QS. Al Hajj (22): 5
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang bangkitan, maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah (turab), kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan pada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua