Kamis, 08 November 2007
DICIPTAKAN DARI AIR
Ada lagi ayat yang juga terdengar aneh, terkait dengan penciptaan spesies manusia. Yaitu, ayat-ayat yang bercerita bahwa manusia ternyata diciptakan Allah dari air..!
Selama ini yang selalu kita dengar hanyalah dicipta dari tanah. Itu pun tidak dijelaskan secara detil dan gamblang. Karena itu seringkali terjadi kesalahpahaman. Seandainya kita membaca lebih teliti ayat-ayat Qur'an secara holistik, insya Allah pemahaman tentang penciptaan Adam akan terurai secara lebih baik.
Air memang menempati posisi sentral pada makhluk hidup. Bukan hanya manusia, tetapi juga tumbuhan dan binatang. Dan ini bisa kita buktikan dari sekitar kita, bahwa makhluk hidup memang sangat bergantung kepada air. Ada air, hidup. Tidak ada air, mati.
Menariknya, Allah membuat pernyataan terbuka bahwa semua makhluk hidup diciptakan dari air. Bukan hanya ‘tergantung kepada’ air, melainkan ‘diciptakan dari’ air.
QS. Al Anbiyaa' (21): 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Kalimat yang digunakan untuk menjelaskan adalah wa minal maa-i kulla syai-in hayyi - dan dari air segala sesuatu yang hidup. Karena kurang eksplisit, tidak menggunakan kata ‘menciptakan’, maka ada yang berpendapat bahwa itu bukan berarti penciptaan, melainkan ‘memulai’ kehidupan. Dan, memang dalam catatan sejarah kehidupan Bumi makhluk generasi pertama yang hidup di Bumi ini muncul dari perairan.
Akan tetapi, bukan cuma sekali itu Allah menjelaskan tentang penciptaan makhluk hidup dari air. Secara spesifik Al Qur’an menyebut Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, dengan kalimat yang lebih jelas.
QS. An Nuur (24): 45
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bahkan, manusia pun disebut Allah diciptakan dari air. Juga dengan kalimat yang sangat spesifik dan eksplisit.
QS. Al Furqaan (25): 54
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah (kekerabatan akibat pernikahan) dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Demikian pula dengan tumbuh-tumbuhan. Munculnya kehidupan tumbuhan di muka bumi disebabkan oleh air yang turun padanya.
QS. Al Hajj (22): 63
Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Bahkan bukan hanya pada tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia, yang jelas-jelas makhluk hidup. Bumi yang kita anggap sebagai benda mati pun oleh Al Qur’an disebut menjadi hidup karena disirami air dari langit.
QS. Ruum (30): 24
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
Ini sangat menarik. Bahwa air menjadi faktor utama munculnya kehidupan. Bahkan, bagi tumbuh-tumbuhan, sebenarnya tanah bukanlah syarat untuk memunculkan kehidupan. Ini terbukti dengan teknologi hidroponik yang dikembangkan di Jepang.
Tomat yang dibiakkan di dalam media air misalnya, justru bisa menghasilkan produksi ribuan kali lebih banyak dibandingkan yang ditanam di tanah. Jadi, sebenarnya tanah adalah media belaka. Kuncinya ada pada air dan benih. Jika benihnya ada, dan kemudian disirami air, maka benih itu akan tumbuh seperti potensi yang terkandung di dalam benih itu. Begitu Allah menghendakinya, maka diucapakanNya kun fayakun. Maka jadilah ia, mengikuti potensi informasi yang telah dimilikinya.
QS. Qaaf (50): 9
Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
QS. Al An'aam (6): 95
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
Maka, kalau kita ambil kesimpulan sementara, Bumi kita ini sebenarnya adalah tempat persemaian makhluk hidup. Di dalamnya terdapat berbagai macam benih yang sudah ditanam oleh Allah. Tinggal menyirami saja. Benih tanaman, benih hewan, dan benih manusia, semuanya ada di dalamnya...
QS. Al Hijr (15): 19
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
Ayat di atas sangat ‘mengundang’ keingintahuan kita karena menegaskan bahwa setelah menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung, Allah menumbuhkan ‘segala sesuatu’ dari Bumi itu dengan kadar tertentu.
Ayat di atas bahkan bukan hanya menyebut menumbuhkan ‘makhluk hidup’, melainkan menumbuhkan ‘segala sesuatu’. Jadi segala mekanisme di Bumi itu benihnya sudah ada di dalam Bumi itu sendiri. Tinggal menumbuhkan saja, ketika waktunya tiba. Pengertian ayat ini akan lebih jelas kalau kita baca ayat selanjutnya.
QS. Al Hijr (15): 20-21
Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
Jadi, kata ‘menumbuhkan’ segala sesuatu itu benar-benar memperoleh penjelasan dalam rangkaian ayat tersebut, yaitu segala kebutuhan hidup, dan makhluk lainnya yang kita tidak memahaminya. Semua itu perbendaharaannya sudah ada di sisi Allah secara terukur.
Maka, barangkali anda ingat pembahasan bahwa tidak ada benda mati di alam semesta ini. Termasuk planet Bumi sebenarnya adalah makhluk hidup. Ia mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapainya. Dan semua itu bakal berproses ketika kondisinya terpenuhi.
Maka, tidak berlebihan kalau saya katakan bahwa planet Bumi ini sebenarnya adalah sebuah ‘benih raksasa’. Ia sudah memiliki program dasar di dalam dirinya, untuk sewaktu-waktu hidup dan berproses mencapai tujuan tertentu yang menjadi potensinya.
Karena itu, sebagai ‘benih raksasa’, Bumi ini bakal hidup begitu memperoleh siraman air yang dibutuhkan. Seperti benih tumbuhan saja layaknya. Allah menyirami dengan air dari langit, maka Bumi itu pun hidup.
Lantas apa yang dihasilkan oleh benih raksasa yang bernama Bumi ini? Ketika memperoleh air, ia akan menumbuhkan segala macam makhluk yang sudah menjadi programnya, yaitu: memunculkan beraneka ragam kehidupan dengan segala fasilitasnya.
Bagaikan sebuah benih pohon mangga. Ketika ia menemukan habitat yang sesuai, dengan siraman air yang cukup, maka tumbuhlah akarnya. Tumbuhlah batang, dahan dan ranting. Tumbuhlah daun, bunga dan buah.
Bumi ini, ketika disirami air dari langit oleh Allah, ia lantas menumbuhkan berbagai macam tanaman. Menumbuhkan binatang. Dan bahkan menumbuhkan manusia. Semuanya mengikuti kadar dan ukuran-ukuran yang ditentukan oleh Allah. Kapan waktunya muncul tanaman. Kapan muncul binatang. Dan kapan muncul manusia. Semua mengikuti perintah yang ada di dalam program intinya.
Perlu diingat, bahwa benih raksasa yang bernama Bumi ini hanya akan hidup jika ia disirami air dari langit. Karena, benih tak lebih hanyalah benda mati yang menyimpan potensi dalam struktur materinya. Ia hanyalah susunan informasi dalam rangkaian ‘genetika’ di dalam intinya. Sedangkan pembawa perintah kehidupan atas benih itu sepenuhnya berada pada zat yang bernama air. Di air itulah Arsy Allah - Sang pemilik kehidupan – ‘bersemayam’.
QS. Huud (11): 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata: "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
Air adalah faktor utama kehidupan. Termasuk pada manusia. Susunan tubuh manusia dewasa terdiri dari 70 persen air. Pada anak-anak angkanya lebih besar lagi, di atas 80 persen. Dan pada sperma-ovum, sebagai cikal bakal manusia, kandungan airnya sekitar 95 persen. Jadi, tidak salah jika dikatakan bahwa manusia diciptakan Allah dari air.
Ada dua macam air yang disebut Al Qur’an berkaitan dengan penciptaan ini. Yang pertama adalah air biasa (al maa-i) dan yang kedua adalah saripati air yang hina (sulaalatin min maa-in mahiin).
Dari kedua macam air itulah manusia diciptakan. Ketika Allah menggunakan kata ‘air biasa’, maka proses penciptaan manusia itu terjadi dalam ‘kandungan’ Bumi. Dan ketika Allah menggunakan ‘saripati air yang hina’, maka Allah melakukan proses penciptaan itu berada di dalam kandungan seorang ibu.
Ayat-ayat yang telah kita bahas pada bagian sebelumnya, adalah ayat-ayat yang bercerita proses penciptaan manusia pertamakalinya. Bahwa mereka diciptakan Allah dengan cara menumbuhkannya dari Bumi setelah proses tertentu. Allah terlebih dahulu membuat saripati tanah (sulaalatin min thiin), kemudian Allah menyiraminya sehingga tumbuh menjadi manusia sempurna, di muka Bumi...
Sulaalatin minthiin adalah benih yang disaripatikan dari berbagai jenis tanah Bumi. Benih itu disusun oleh Allah dengan susunan yang sangat khas dan rumit dalam bentuk informasi penciptaan. Dan ketika benih itu disirami air, maka ‘perintah’ itu pun beroperasi menjalankan formula untuk membentuk manusia. Begitulah proses penciptaan manusia yang pertama terjadi. Hal ini dikemukakan oleh Allah dalam ayat berikut ini.
QS. As Sajdah (32): 7-8
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (thiin).
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (sperma & ovum).
Sedangkan penciptaan generasi berikutnya, diciptakan dari saripati air yang hina yang terpancar dari tulang sulbi manusia. Dalam ayat yang lain Allah menggunakan istilah yang lebih gamblang yaitu nuthfah. Yang dimaksudkan adalah sperma dan ovum.
QS. Ath Thaariq (86): 5-7
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
QS. Al Mu'minuun (23): 12-13
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu nuthfah (air mani) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Jadi, begitulah proses penciptaan yang terjadi. Kenapa ada istilah diciptakan dari tanah, ditumbuhkan dari Bumi, dan diciptakan dari air. Semua itu bukan bertentangan, tetapi memiliki korelasi yang saling melengkapi. Tahap demi tahap. Dan bertingkat-tingkat. Masing-masing memiliki peran yang berbeda.
QS. Al Qamar (54): 12
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.
Setiap aliran air di muka Bumi terjadi karena perintah Allah, dan memiliki tujuan tertentu. Termasuk terkait dengan proses-proses penciptaan makhluk di dalamnya.
Lewat aliran air itulah Allah mengumpulkan seluruh zat-zat biokimiawi dan mineral-mineral yang dibutuhkan dalam proses penciptaan makhluk hidup. Alirannya menggerus tanah yang dilaluinya menuju ke tempat-tempat pengumpulan seperti kubangan-kubangan air, sungai-sungai, danau, dan lautan. Lantas, Allah menciptakan segala apa yang dikehendakiNya, hanya dengan berucap kun fayakun...(Fitliana Putri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar