(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Jumat, 07 Desember 2007

SELARASKAN DIRI PUSARAN ALAM SEMESTA


Tidak ada benda diam di alam semesta ini. Semuanya sedang bergerak. Dan uniknya, semua bergerak mengikuti sebuah pusaran dengan pola tertentu. Dari kecil semakin membesar. Dan akhirnya menuju sebuah pusaran raksasa sebesar alam semesta.

Memang tidak semuanya bergerak searah. Tetapi dalam skala yang lebih besar selalu terbentuk keseimbangan dari gerakan yang berbeda arah itu. Sejumlah kawan ada yang menduga bahwa gerakan semua benda di alam semesta mengikuti gerakan bertawaf, yaitu berlawanan dengan arah jarum jam.

Tetapi itu tidak nnemperoleh pijakan dalam realitas. Karena mulai dari partikel terkecil, di dalam inti atom maupun elektron-elektron di luarnya ada yang berputar searah jarum jam atau sebaliknya. Demikian pula di alam makro, benda-benda langit ada yang berputar searah jarum jam atau berlawanan dengannya, yang disebut sebagai putaran retrograde.

Termasuk makhluk hidup, tidak semuanya bergerak searah. Bahkan banyak yang berlawanan arah. Jadi, kita tidak boleh mengambil penyederhanaan sedrastis itu, dengan menyimpulkan seluruh gerakan benda di alam semesta sedang melakukan gerakan yang searah dengan gerakan tawaf. Akan tetapi, yang menarik, memang dalam skala yang lebih besar semua benda membentuk sebuah sistem keseimbangan dalam pusaran yang lebih besar. Dan semakin besar. Semakin besar, sampai entah seberapa besar...

Dalam bagian ini saya hanya ingin memberikan gambaran kepada pembaca bahwa seluruh alam semesta sedang bergerak dalam sebuah tatanan tunggal yang berpusat di satu 'titik' di pusat alam semesta. Tidak ada benda yang diam. Semuanya bergerak berpusar-pusar tunduk kepada 'Hukum' yang 'Satu'.

Pusaran itu tidak hanya berhenti pada langit pertama saja. Kita tahu, bahwa alam semesta ini sebenarnya terdiri dari 7 ruangan langit yang yang tersusun secara dimensional. Ruang berdimensi 3 sampai ruang yang berdimensi 9

Selama ini kita mempersepsi pergerakan itu hanya berlaku pada benda-benda pengisi langit. Seperti planet, matahari, gugusan bintang alias galaksi, superkluster dan seterusnya. Namun agaknya kita harus memandangnya dalam skala yang lebih besar lagi. Bahwa alam semesta ini tersusun dari Ruang, Waktu, Materi, Energi dan Informasi. Kelima parameter itulah penyusun alam semesta.

Jika materi bergerak, pasti energinya juga bergerak. Kalau geraknya berpusar, energinya juga akan ikut berpusar. Dalam waktu yang bersamaan, materi dan energi itu berada di dalam ruang dan waktu. Padahal dimensi waktu 'mengikat' materi dan energi, sehingga materi dan energi mengalami perubahan menjadi bertambah tua, seiring dengan berjalannya waktu.

Maka, secara sederhana, kita pun bisa mengambil kesimpulan bahwa 'waktu' yang mengikat materi dan energi itu ikut bergerak berpusar-pusar.

Namun karena Waktu adalah dimensi yang mengikat materi dan energi, maka pusaran 'waktu' bergerak dalam skala yang lebih besar dibandingkan pusaran materi dan energi.

'Waktu' bergerak melingkar dan linear sekaligus, seiring dengan perkembangan alam semesta yang sedang mekar. Dalam sudut pandang yang lebih kecil - langit pertama -, waktu seperti bergerak mengikuti garis lurus ke arah depan. Tapi dari sudut pandang yang lebih besar -langit kedua waktu bergerak melingkar dan berpusar.

Seluruh benda dan energi pengisi langit pertama bergerak berpusar dengan berpusat di tengah-tengah langit pertama, yang sampai sekarang belum ketahuan tempatnya. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan, langit pertama ini berpusar mengitari pusat langit kedua. Termasuk ruang dan waktu, bergerak mengitari pusat langit kedua. ini dimungkinkan, karena langit-langit itu berjenjang secara dimensional.

Coba bayangkan sebuah bola yang berputar. Bola adalah sebuah benda berdimensi 3. Punya 3 ukuran, yaitu garis membujur, garis melintang, dan diameteral ke dalam bola. Atau kalau pada 'benda kotak', ada yang disebut panjang, lebar dan tebal.

Karena ia benda 3 dimensi, maka ia memuat benda-benda dua dimensi dalam bentuk luas sisi kotak atau luas permukaan bola. Dan, benda 1 dimensi berupa garis-garis yang membujur atau melintang, atau pun yang mengarah masuk ke pusat bola secara diameteral.

Nah bayangkan, seluruh garis-garis yang berdimensi 1 itu sedang berputar-putar di permukaan bola. Masing-masing membentuk lingkaran kecil-kecil. Lingkaran kecil-kecil itu kemudian mengitari lingkaran yang lebih besar. Jadi, lingkaran besar dibentuk oleh sejumlah lingkaran yang lebih kecil.

Seperti: bulan mengeliling bumi. Bumi dan bulan mengelilingi matahari. Bulan, bumi dan matahari mengelilingi pusat galaksi. Galaksi-galaksi mengelilingi superkluster. Dan seterusnya. Begitulah. Bayangkan, di permukaan bola itu adalah lingkaran-tingkaran yang semakin besar seperti sistem alam semesta tersebut.

Maka, kalau bola itu kita putar, lingkaran-lingkaran yang ada di permukaan bola itu pun akan ikut berputar mengitari pusat bola, seiring dengan berputarnya bola.

Jadi, dalam waktu yang bersamaan, lingkaran-lingkaran kecil itu melakukan gerak berputar dengan berpusat pada dua titik yang berbeda. Yang pertama, mengelilingi titik pusat lingkarannya. Yang kedua, mengelilingi pusat bola.

Begitulah pergerakan alam semesta. Dalam waktu yang bersamaan mengelilingi pusat-pusat lingkaran di langit pertama, tapi dalam waktu yang bersamaan seluruh isi langit pertama : ruang, waktu, materi, energi dan informasi, mengelilingi pusat langit ke dua.

Materi dan energi berpusar mengelilingi pusat langit pertama. Ruang, waktu, dan informasi, mengembang seiring dengan 'mekarnya' alam semesta. Tapi secara keseluruhan, semuanya sedang bergerak melingkar mengitari pusat langit kedua.

Dan yang menarik, sebagaimana kita ketahui langit-langit itu terus bersusun-susun secara dimensional. Langit pertama dan kedua itu pun sedang bergerak berpusar mengitari pusat alam yang lebih tinggi, yaitu di langit ketiga.

Langit ketiga, kedua dan langit pertama mengitari pusat langit ke empat. Mengitari pusat langit ke lima , langit ke enam dan langit ke tujuh. Lantas, kemanakah semua langit yang bersaf tujuh itu berputar? Ternyata semuanya sedang mengitari 'Arsy. Inilah pusat pergerakan seluruh alam semesta. Sehingga berulang-ulang Allah menginformasikan kepada kita tentang 'Arsy.

QS. Ar Ra'd (13) : 2
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa Allah sedang terus meninggikan langit ke segala arah. Bukankah langit adalah seluruh ruang di 'atas' bumi. Karena bumi berbentuk bulat, maka atasnya bumi itu berbentuk meruang, ke segala penjuru. Artinya Allah sedang menginformasikan kepada kita bahwa alam semesta sedang mengembang ke segala penjuru - expanding universe.

Berkembang kemana? Bukankah langit adalah seluruh ruang itu sendiri? Selama di situ ada ruang, maka itu masih disebut langit. Jadi kemana langit kita ini mengembang? Jawabnya: ke langit ke dua yang berdimensi lebih tinggi. Yang sekarang ini juga sedang mengembang.

Seperti sebuah 'garis' yang memanjang ke arah melengkung permukaan bola. Garis berdimensi 1, dan permukaan bola berdimensi 2. Permukaan bola itu sendiri sedang mengembang ke arah ruang sekitarnya yang berdimensi 3. Itulah yang sedang terjadi dengan langit kita, yang bersaf tujuh.

Selain menginformasikan bahwa langit ini sedang mengembang, Allah juga menginformasikan bahwa seluruhnya sedang beredar alias berpusar seiring dengan pergerakan waktu.

Kemana putaran itu berpusar? Ke arah Arsy. Dari pusat itulah Allah mengendalikan seluruh putaran. Menundukkan pergerakan matahari dan bulan. Jika kita tahu, bahwa jumlah matahari di alam semesta ini bertriliun-triliun, maka kita akan bisa merasakan bahwa ayat itu sebenarnya bukan hanya menggambarkan tata surya kita, melainkan sedang menggambarkan langit pertama secara keseluruhan.

Bahkan di ayat berikut ini, Allah menggambarkan bahwa Arsy itu bukan hanya menjadi pusat benda-benda langit, tetapi sekaligus menjadi pusat dari seluruh langit yang bersaf tujuh.

QS. Al Mukminuun (23) : 86
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

QS. Al A'raaf (7) : 54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang, tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Allah menegaskan bahwa seluruhnya itu tunduk kepada perintahNya. Pemerintahan dan kerajaanNya berpusat di Arsy. Dan kemudian Dia tegaskan, bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam. Yang mengendalikan seluruh dimensi langit yang tujuh.

QS. Ali Imran (3) : 189
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. Al Baqarah (2) : 107
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.

Beberapa kawan menafsirkan Arsy itu sebagai singgasana. Sehingga kita seringkali membayangkan sebuah kursi singgasana milik raja. Kita membayangkan Allah duduk di atas kursi itu. Kemudian kita terjebak kepada merendahkan sifat-sifatNya.

Bagaimana tidak? Kalau kita membayangkan Allah duduk di atas singgasana, berarti kan singgasana itu lebih besar dari Allah. DzatNya bisa 'diwadahi' oleh Arsy? Sungguh salah besar. Atau, jangan-jangan kita membayangkan bahwa Arsy itu adalah bagian dari unsur ketuhanan.

QS. Al Anbiyaa (21) : 22
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Sama sekali bukan seperti bayangan kita itu. Allah adalah pemilik Arsy. Bahkan penciptanya. Sehingga di dalam ayat yang lain Allah mengatakan, Allah adalah tuhannya Arsy. Berarti Arsy itu tunduk kepadaNya. Mengikuti perintaNya. Maha Suci Allah dari yang kita sifatkan.

QS. Al Mukminuun (23) : 116
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan 'Arsy yang mulia.

Maka saya mempersepsi Arsy secara lebih proporsional. la bukan singgasana seperti yang kita bayangkan, melainkan pusat kendali seluruh alam semesta. Langit yang tujuh. Pusat kendali itu berada 'di atas' dimensi tertinggi yang dimiliki oleh langit ke tujuh. Malaikat pun tidak bisa masuk ke dalamnya. Hanya bisa berkeliling di sekitarnya.

Itulah yang bakal disaksikan pada saat hari akhir nanti. Manusia akan bisa mempersepsi langit ke tujuh yang berdimensi sembilan. Para malaikat berkeliling di seputar Arsy. Tidak bisa masuk ke wilayah inti pusaran tersebut. Segala makhluk tidak akan mampu masuk ke dalamnya karena bakal hancur tak berbentuk. Inilah Pusaran energi tertinggi di alam semesta, yang tidak bisa diukur lagi. la menjadi pusat dari seluruh pusaran maha raksasa yang melibatkan bertriliun-triliun materi, energi, ruang, waktu, dan informasi.

QS. Az Zumar (39) : 75
Dan kamu akan melihat malaikat-malaikat berlingkaran di sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".

Dalam konteks itmu kosmologi, wilayah seperti ini dikenal sebagai black hole alias lubang hitam. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang tahu, ada apa di dalam lubang hitam itu. Apalagi di balik keberadaan lubang hitam itu. Gravitasinya luar biasa dahsyat. Segala yang ada di sekitarnya ditarik menuju pusat gravitasinya. Termasuk cahaya pun tidak bisa keluar dari lubang hitam itu. Cahaya hanya bisa bergerak dan berpusar di jarak tertentu, di bagian luar medan gravitasinya. Para ilmuwan mengarah kepada kepahaman ini, karena pusat alam semesta memang harus memiliki gravitasi luar biasa besarnya agar bisa mengendalikan gerakan alam semesta yang berpusar-pusar dalam jarak bermiliar-miliar tahun cahaya. Dan jumlah materi-energi yang demikian raksasa.

Tidak ada benda apa pun di alam semesta yang gravitasinya bisa menandingi black hole. Karena itu bisa dipahami, kalau pendapat para ahli kosmologi mengarah kepada black hole sebagai pusat pusaran alam semesta.

Yang menarik, di pusat black hole itulah diperkirakan seluruh hukum alam semesta ini runtuh. Hitungan matematis dan pendekatan fisika tidak bisa digunakan lagi untuk memprediksi segala kondisinya. Karena semua kondisi menjadi kosong mutlak.

Jadi, seluruh realitas di alam semesta ini ternyata sedang bergerak melingkari sebuah pusat yang kosong. 'Yang kosong' mengendalikan 'yang berisi'. Keber-ADA-an berputar-putar di sekitar keTIDAK ADA-an. Inilah pasangan abadi dan serasi yang diciptakan oleh Allah dalam keseimbangan sempurna.

Alam semesta diciptakan dari 'Ketiadaan' menjadi 'ada', dan berkembang sampai kini. Suatu ketika nanti, segala yang 'ada' itu akan berhenti bergerak dan kemudian membalik ke arah pusatnya -kekosongan. Akhirnya, lenyap dalam 'Ketiadaan' sempurna.

Di balik kekosongan itulah pusat 'kerajaan' alam semesta. Semua 'realitas' yang ada di alam semesta hanyalah proyeksi dari sebuah REALITAS TUNGGAL dari 'SESUATU' yang berada di baliknya.

Realitas ini tak lebih dari sebuah permainan cahaya yang berasal dari balik 'kekosongan mutlak' itu. Seperti saat kita menonton film di sebuah bioskop. Gambar 'hidup' yang bergerak di layar hanyalah proyeksi dari film yang disorot lampu dari sebuah proyektor, di belakang penonton.

Di zaman sekarang kita bisa menonton permainan cahaya yang lebih canggih yang disebut hologram. Jika bioskop adalah proyeksi di layar dua dimensi, maka hologram bisa diproyeksikan ke 'layar' tiga dimensi di dalam ruang.

Maka sejumlah sinar laser bisa digunakan untuk membentuk bayangan manusia, binatang tumbuhan dan sebagainya. Bayangan itu bisa bergerak di dalam ruang persis seperti benda asli yang diproyeksikan dari suatu ruang proyektor yang ada di belakang penonton. Begitulah Allah mengambarkan.

QS. An Nuur (24) : 35
Allah mencahayai langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat di atas menggambarkan suatu perumpamaan yang mirip dengan ruang proyektor. Ada sebuah ruang gelap tak tembus, dimana di dalamnya ada sumber cahaya yang sangat terang. Cahaya itu bersinar dari sebuah 'PELITA' yang menyala dengan sendirinya.

Cahayanya memancar lewat sebuah lubang menuju ruang yang terhampar di seluruh langit dan bumi. Cahaya yang dipancarkan itu berlapis-lapis dengan segala macam warna dan tingkat frekuensinya. Dan kemudian membentuk seluruh realitas yang ada. Cahaya hanyalah pancaran dari SANG PELITA. Dan seluruh realitas yang dihamparkan di 'layar' langit dan bumi ini hanyalah sekadar proyeksi dari permainan cahaya-cahaya tersebut. Sangat mirip dengan sebuah permainan hologram.

Bedanya, hologram diproyeksikan ke dalam ruang 3 dimensi. Sedangkan seluruh realitas ini diproyeksikan ke ruang 9 dimensi: 7 petala langit.

Maka, black hole itu hanyalah sekadar lubang proyeksi untuk langit pertama. Di balik black hole itulah SANG REALITAS sedang memancarkan cahaya-cahaya yang menyorot menjadi semacam hologram: dunia dengan segala isinya.

Black hole yang menjadi pusat pergerakan langit pertama dengan segala isinya itu ikut berputar mengelilingi pusat langit kedua. Di sana ada black hole yang menjadi pusat proyeksi langit kedua. Dimana, langit pertama ini menjadi bagian kecil dari realitas langit kedua.

Seluruh reatitas kehidupan di langit kedua itu adalah permainan proyeksi hologram juga. Begitulah seterusnya, sampai langit yang ke tujuh. Yang berdimensi 9. Nah, seluruh realitas yang terhampar di ruang berdimensi 9 itu adalah proyeksi dari REALITAS TUNGGAL yang berada di balik Arsy.

QS. Al Mukmin (40) : 7
(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala

QS. Al Haqqah (69) : 17
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas mereka.

Allah menggambarkan bahwa cahaya-cahaya kemalaikatan itu mencapai seluruh penjuru langit. Tapi, di sekitar Arsy itu sendiri berkeliling para malaikat yang terus bertasbih. Di antaranya ada delapan malaikat yang menjadi petugas utama dari proyeksi 'hologram' alam semesta.

Malaikat adalah makhluk-makhluk cahaya yang diutus oleh Allah menjembatani proyeksi tersebut. Bahkan, sebenarnya malaikat pun menjadi bagian dari proyeksi hologram itu. Ada 8 'berkas cahaya' yang 'menopang' Arsy. Ke-delapan berkas yang keluar dari Arsy itu kemudian berpusar di sekeliling Arsy dan memancar ke segala penjuru alam semesta. Mereka ‘melesat’ dengan kecepatan berbeda-beda sesuai dengan derajat dan tugasnya.

QS. Ash Shaaffaat (37) : 164-165
Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu,
dan sesungguhnya Kami benar-benar bershaf-shaf (bertingkat-tingkat).

QS. Faathir (35) : 1
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai 'sayap', masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.


KITA ADALAH ‘BAGIAN’

Hal mendasar yang penting untuk kita pahamkan dari pembahasan sebelum ini adalah, bahwa seluruh alam semesta ternyata sedang bergerak berpusar tiada henti, dan berpusat ke Arsy. Dari balik Arsy itulah Allah memproyeksikan seluruh kejadian dan mengendalikannya.

Hal penting kedua, ternyata Arsy yang menjadi pusat pergerakan itu berada sangat dekat dengan seluruh penjuru alam semesta, dan meliputinya. Sehingga Allah mengatakan di ayat terakhir yang kita kutip sebelum ini: 'Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan'.

Tidaklah mudah untuk memahami sebuah pusat pergerakan yang sekaligus meliputi segalanya. Biasanya yang disebut sebagai pusat adalah lokasi yang berada jauh dari posisi parsialnya.

Katakanlah pusat bola yang sedang berputar. Tentu, permukaan bola itu memiliki jarak tertentu dari pusatnya. Tapi sekarang marilah kita berpikir dan membayangkan perumpamaan secara berjenjang ke arah dimensi yang lebih tinggi.

Kita bahas terlebih dahulu konsep 'meliputi'. Bayangkan sebuah benda berada di dalam ruang berdimensi lebih tinggi. Gambarlah sebuah 'garis' -benda berdimensi 1- di permukaan luasan kanvas -benda berdimensi 2.

Kita bisa mengatakan bahwa garis itu adalah benda berdimensi 1 yang sedang berada di dalam 'ruang' berdimensi 2. Atau dengan kata lain, kita juga bisa mengatakan bahwa garis itu sedang 'terendam' di dalam ruang berdimensi 2.

Karena ia terendam, maka ia sedang diliputi oleh ruangan berdimensi lebih tinggi. Dan karena ia sedang terendam, maka pada dasarnya garis itu sangat dekat dengan dimensi yang lebih tinggi tersebut. Bahkan, dimensi 1 itu adalah 'bagian' dari ruang dimensi 2 itu sendiri. Sebab sebuah luasan memang tersusun dari garis-garis berjumlah tak berhingga.

Jika garis itu kita bentuk menjadi sebuah lingkaran -sebuah lingkaran di atas kanvas- maka lingkaran itu pun 'terendam' di ruang berdimensi 2 yang kita jadikan kanvas bagi eksistensi garis tersebut. Pusat lingkaran itu, juga ikut terendam di dalam ruang berdimensi 2. Jadi sepotong garis, apa pun bentuknya bakal selalu 'terendam' di dalam dimensi yang lebih tinggi. Itulah yang dimaksud dengan 'meliputi'.

Yang lebih menarik, jarak antar dua titik di sepanjang garis itu akan berjarak lebih dekat ketika garis itu dilengkungkan. Apalagi menjadi sebuah lingkaran.

Ambil sepotong garis. Tandailah ujung satunya dengan huruf A, dan ujung lainnya dengan huruf B. Kemudian lengkungkan sembarang, maka jarak kedua titik A ke B itu menjadi lebih dekat. Apalagi jika dilengkungkan sampai membentuk sebuah lingkaran. Titik A dan B akan semakin mendekat, dan akhirnya bertemu di satu titik. Terjadilah lingkaran.

Jadi, jarak kedua titik sembarang di sebuah benda berdimensi 1 yang melengkung akan menjadi lebih dekat ketika diakses atau ditempuh dari ruang berdimensi 2. Jika ditingkatkan dimensinya, kondisinya akan sama. Benda berdimensi 2 jika dilengkungkan, jarak antar kedua titiknya akan mendekat

Ambillah selembar kertas, kemudian lengkungkan sampai membentuk silinder, maka jarak antar 2 titik sembarang di permukaan lembaran itu akan lebih dekat jika ditempuh dari dimensi 3. Lewat ruang di tengah silinder. Apalagi, permukaan silinder yang 2 dimensi itu sebenarnya sedang 'terendam' dan menjadi bagian dari ruang 3 dimensi di sekitarnya.

Dan seterusnya, kita bisa membuat perumpamaan tentang benda-benda yang berada di dalam ruang berdimensi lebih tinggi. Bahwa langit yang lebih rendah adalah penyusun dari langit yang lebih tinggi. Bahkan 'terendam' di dalam langit yang lebih tinggi

Langit pertama dengan segala isinya 'terendam' di dalam langit kedua. Langit kedua - dan segala isinya- 'terendam' di dalam langit ke tiga. Langit ketiga dan seterusnya sampai langit ke enam, 'terendam' di dalam langit ke tujuh yang berdimensi Sembilan. Dan akhirnya seluruh langit bersaf tujuh itu 'terendam' di dalam Arsy Allah.

Karena itu, Allah sang Pemilik Arsy itu sebenarnya meliputi seluruh makhluknya. Mulai dari Arsy sampai ke langit yang pertama. Bahkan seluruh bagian terkecil dari langit pertama pun diliputi oleh Arsy. Dan, Arsy itu diliputi oleh Allah.

Maka, kini menjadi agak jelas, bahwa Arsy yang menjadi pusat pusaran seluruh energi dan materi alam semesta itu sebenarnya sangat dekat dengan kita, sekaligus meliputi. Bahkan, sebenarnya kita ini adalah 'bagian' dari pusaran energi alam semesta.

Arsy bukanlah black hole. la berada di balik black hole. Sedangkan black hole itu sendiri hanya sebagian dari eksistensi alam semesta. Lubang hitam hanya menjadi salah satu bagian dari Arsy. la berisi ketiadaan mutlak. Tempat lenyapnya alam semesta -runtuh menuju pusat- di suatu waktu yang disebut sebagai kiamat kubra.

Maka, alam semesta yang 'ada' ini memiliki pasangannya di dalam black hole dalam bentuk 'ketiadaan'. Inilah pasangan abadi yang berulang kali disebut Allah di dalam Al Qur’an. Bahwa alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan.

QS. Adz Dzaariyaat (51) : 49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.

Allah menceritakan bahwa keberadaan alam semesta ini sengaja dipertahankan olehNya. Dijaga agar tidak lenyap. Akan tetapi, jika Allah menghendaki, alam semesta ini bakal benar-benar lenyap. Termasuk kita, manusia. Lenyap dalam ketiadaan abadi. Tanpa bekas!

QS. Faathir (35) : 41
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Jadi, ADA dan TIADA adalah sebuah 'keharusan' yang membentuk keseimbangan semesta. Tapi, keduanya hanya penampakan saja dari 'sesuatu' yang lebih substansial, yang justru metiputi keduanya. Itulah Arsy Allah. la adalah 'Pusat Pemerintahan' yang sangat Besar dan Agung. Yang diciptakan oleh Allah seiring dengan penciptaan langit dan bumi.

QS. Yunus (10) : 3
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izinNya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

QS. Al Mukminun (23) : 86
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

Kita akan memperoleh kepahaman yang lebih baik tentang Arsy sebagai pusat alam semesta itu jika mempelajari teori Big Bang alias Ledakan Besar.

Dikatakan bahwa alam semesta ini dulu tercipta dari sebuah ledakan dari pusatnya. Ledakan itu terjadi karena seluruh benda-benda langit dan energi yang terkandung di dalamnya dikompres menjadi sebuah cikal bakal alam semesta yang bervolume sangat kecil -hampir nol.

Karena mengandung energi besar dalam volume yang sangat kecil itu, maka cikal bakal alam semesta menjadi tidak stabil. Dan kemudian meledak. Terbentuklah alam semesta yang mengembang seperti sekarang kita lihat. Gerakan mengembang itu diringi gerakan berpusar, secara parsial maupun universal, dengan berpusat di titik penciptaannya.

Maka, pusat itulah yang diduga sebagai black hole. Di dalam black hole adalah kekosongan mutlak. Sedangkan di balik kekosongan itu ada suatu dimensi lebih tinggi yang merangkum ADA dan TIADA, itulah Arsy. Sehingga kita menjadi lebih paham ketika Allah menceritakan keberadaan Arsy terkait dengan proses penciptaan alam semesta.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu padu, kemudian kami pisahkan keduanya.

Itulah yang dipersepsi sebagai terjadinya proses penciptaan lewat ledakan besar alias Big Bang. Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 masa. Dan Arsy-Nya berada di atas 'air'.

Penggunaan kata air - al maa'- menunjuk kepada suatu zat cikal bakal alam semesta yang berbentuk seperti jeli. Atau dalam istilah kosmologi disebut sebagai sop kosmos. Suatu zat yang bukan padat, bukan cair, bukan gas, dalam suatu kondisi bertekanan sangat tinggi, dan suhu sangat panas tiada terkira.

QS. Huud (11) : 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".

Itulah zat yang meledak menjadi alam semesta. Zat yang berukuran sangat kecil itu -hampir nol- dipersepsi sebagai 'muncul dari ketiadaan'. Maka, dalam ayat berikut ini Allah mengatakan Arsy-Nya berada di atas al maa' - cikal bakal alam semesta.

Maka, seluruh materi, energi, ruang, waktu dan informasi yang bakal terjadi, semuanya tersimpan dan muncul dari dalam sop kosmos itu. Termasuk seluruh tata hukum alias sunnatullah yang berlaku di seluruh penjuru alam semesta. Itutah yang disebut : Allah memerintah dan mengendalikan seluruh kerajaan langit dan bumi.

Dengan penjelasan di atas kita dapat memperoleh gambaran yang universal, bahwa ternyata kita ini hanyalah bagian kecil dari sebuah tatanan besar, tiada berhingga, yang disebut sebagai langit bersaf tujuh. Dan langit bersaf tujuh itu adalah bagian dari 'sesuatu' yang lebih besar lagi yang disebut Arsy. Dan Arsy itu juga merupakan 'sebagian' dari SESUATU yang jauh lebih besar lagi yaitu ALLAH AZZA WAJALLA. DZAT YANG MAHA AGUNG DAN MAHA PERKASA...


IKUTI ARUS JANGAN MELAWAN

Karena kita adalah 'bagian' dari pusaran alam semesta, maka secara alamiah kita harus mengikuti pusaran tersebut. Jika tidak, kita bakal terpelanting dari arus pusaran.

Kita tidak mungkin melawan. Ini hukum alam. Sunnatullah. Dan yang jelas, arus itu demikian besarnya. Sehingga orang yang melawan bakal mengalami masalah. Seperti sedang menyiapkan 'jurang' dan kuburannya sendiri di masa depannya.

Orang yang memutuskan untuk mengikuti arus bakal selamat. la sedang bermain cantik dalam kehidupannya. Cerdik dan cerdas. Orang yang demikian akan merasakan nikmatnya berada di dalam pusaran raksasa itu.

Yang harus dilakukannya, tinggal bagaimana caranya agar ia bisa mencapai pusat pusaran. Sebuah perjuangan untuk bergabung menjadi inti pusaran.

Tapi, kenapa kita harus bergabung ke pusat? Karena di pusat itutah kontrol atas seluruh energi terjadi. Di pusat itu pula, seseorang bisa 'melihat-lihat' pemandangan dan memperoleh informasi tanpa harus berkeliling. Dan di pusat itu pula seseorang bisa memperoleh 'segala-galanya' tanpa perlu berusaha lagi.

Seluruh akses terhadap segala yang kita butuhkan ada di sana . Maka, berada di pusat pusaran adalah kemenangan yang besar. Kenikmatan yang tiada tara . Tujuan final dari setiap kita.

Lantas, bagaimana cara mencapai pusat secara efektif dan efisien? Sebenarnya sangat sederhana. Yang pertama, jangan melawan arus alam. Karena anda akan terpelanting jatuh. Dan yang kedua, butuh usaha untuk masuk ke dalam. Sebab, memang pusaran itu cenderung melempar segalanya ke arah luar. Itulah yang dalam ilmu fisika disebut sebagai gaya sentrifugal, alias gaya lempar.

Nah, memang 'usaha' itulah yang menjadi inti permainan dalam kehidupan ini. Untuk mencapai kesuksesan kita perlu melakukan usaha tertentu. Kalau kita tidak melakukan usaha, kita akan terlempar semakin ke arah luar.

Karena itu ada 3 macam usaha. Jika usaha kita rendah atau tidak berusaha, kita akan kalah dan terlempar dari pusaran. Jika usaha kita sedang, kita hanya akan mampu bertahan saja. Tapi, jika usaha kita keras, kita akan menang. Dan mencapai pusat. Tapi sekali tagi, usaha itu tidak boleh melawan arus. Karena kalau melawan arus, sebesar apa pun usaha itu, kita bakal terpelanting. Kuncinya adalah berusaha keras untuk masuk ke pusat pusaran, sambil mengikuti arus. Dan kemudian beringsut perlahan-lahan menuju pusat.

Itu adalah cara konvensional. Dengan cara mengandalkan kekuatan sendiri. Ada cara yang lebih cepat, yaitu minta tolong kepada YANG BERADA DI PUSAT. Kita minta tolong kepadaNya agar menarik kita menuju pusat pusaran. Apakah bisa?

Ya, begitulah Allah menggambarkan. Bagaimana bentuk pertolongan itu? Oleh Allah digambarkan berbentuk seutas tali. Ada tali yang dijulurkan oleh Allah kepada kita yang sedang berputar dalam pusaran alam semesta ini. Tali itu sangat kuat, dan tidak bisa putus. Jika kita berpegang kepada tali itu, maka kita tidak akan mengalami gejolak yang membahayakan selama dalam pusaran. Bahkan, tali tersebut akan menarik kita menuju pusat pusaran dengan cepat dan aman. Bahkan nikmat.

QS. Luqman (31) : 22
Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

QS. Al Baqarah (2) : 256
Tidak ada paksaan dalam agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Kedua ayat di atas sangat menarik. Seseorang dikatakan telah memegang tali yang sangat kuat dan tidak bisa putus adalah jika dia –setidak-tidaknya- melakukan hal-hal berikut. Yang pertama, beragamanya tidak terpaksa alias dengan kepahaman dan keikhlasan. Tahu mana yang salah dan mana yang benar. Yang kedua, dia hanya bertuhan dan berserah diri kepada Allah. Dan yang ketiga, dia banyak berbuat kebajikan.

QS. Al Maidah (5) : 35
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

Begitulah cara mendekatkan diri kepada Allah yang berada di pusat pergerakan seluruh alam semesta. Cara yang paling mudah dan efektif. Ibaratnya, kita berada di dalam pusaran air, kemudian ada yang melemparkan tali kepada kita untuk menolong. Tentu saja kita sambut uluran tali itu. Kita pegang erat-erat. Kemudian kita beringsut mendekatkan diri terus, sampai ke ujung tali. Maka selamatlah kita.

Nah, ketika kita mendekatkan diri untuk menuju pusat pusaran, usaha yang kita keluarkan akan semakin ringan, dan semakin ringan. Bertambah dekat dengan pusat akan semakin ringan. Kenapa? Karena ' gaya lempar' yang dihasilkan oleh pusaran itu akan semakin kecil di bagian yang dekat pusat. Dan persis di pusat lingkaran, tidak ada lagi ' gaya lempar', karena kita telah menyatu dengan sumbu putarnya.

Bahkan, persis di tengah-tengah pusatnya, gerakan berputar itu menjadi nol. Segala hukum gerak yang demikian dahsyat dalam pusaran itu tidak berlaku. Diam sempurna. Jadi, segala yang bergerak ini sebenarnya sedang mengitari sesuatu yang diam sempurna. Itulah gambaran yang telah kita bahas di depan. Black hole adalah pusat dari seluruh pusaran alam semesta. Di dalamnya adalah sebuah ketiadaan mutlak. Alias Nol. Kosong sempurna.

Tetapi sebagaimana telah kita bahas, 'keberadaan' alam semesta ini bergerak berimbang dengan 'ketiadaan' alam semesta yang ada di pusatnya. Keduanya tidak diam, melainkan juga berpusar dengan berpusat pada Arsy. ' ADA ' dan 'TIADA' terus berdinamika sepanjang waktu yang berjalan. Berputar-putar di sekitar Arsy Allah.

Maka tujuan kita adalah menuju pusat, dan bersatu dengan sumbunya. Di sanalah kebahagiaan sejati berada. Di sanalah segala hukum gerak telah tiada. Yang ada hanyalah kemutlakan dan keabadian. Tapi itu semua berjalan seiring waktu. Segala yang ada ini bakal lenyap terlebih dahulu menuju black hole di pusat alam semesta, pada saat kiamat kubra. Seluruhnya lenyap. Dan kemudian bersatulah antara ADA dan TIADA kembali kepada SUMBERnya.

Namun, bagi mereka yang bisa berserah diri kepada Allah, sekarang pun sudah bisa merasakan kebersatuan itu. Meskipun ia masih hidup di dunia ini. Tidak perlu menunggu sampai terjadinya kiamat kubra terlebih dahulu. Cukup dengan mengikuti tahapan-tahapan yang diajarkan oleh Allah lewat RasulNya: Ikhlas dalam beragama, berserah diri kepada Allah, dan banyak berbuat kebajikan.

Jika diformulasikan secara universal, ketiga hal itu sebenarnya adalah sebuah upaya untuk 'melenyapkan diri', dan menyatu dengan realitas kehidupan. Itulah teknik pendekatan sempurna untuk bersatu dengan Allah. Lebih jauh akan kita bahas dalam bagian-bagian berikutnya.


KESEIMBANGAN

Bagian akhir dari bab 'tentang keselarasan' ini adalah 'Keseimbangan'. Kita telah tahu bahwa alam semesta adalah pusaran energi tiada henti. Kita juga telah tahu bahwa seluruhnya berpusat di Arsy Allah. Kita pun semakin tahu, bahwa kita hanyalah bagian dari pusaran energi yang luar biasa besar dan dahsyat itu.

Karena itu kita menjadi paham, bahwa sebaiknya kita tidak melawan pusaran. Tapi, justru mencoba merasakan gerak berpusar tersebut, dan kemudian menjadi bagian tak terpisahkan darinya. Bahkan, kita mesti bertujuan untuk masuk ke dalam pusaran, untuk bersatu dengan pusat pusaran. Karena di sanalah kita akan memperoleh segala-galanya. Maka, selain memohon pertolongan dan berserah diri kepadaNya, ada tips yang harus dijalankan dengan baik, yaitu: kita lakukan semua proses itu dalam keseimbangan.

Kenapa mesti dalam keseimbangan? Karena sistem berputar itu ternyata dibangun dalam sebuah keseimbangan sempurna. Siapa saja yang tidak bergerak dalam keseimbangan, ia akan jatuh terpelanting.

QS. Al Mulk (67) : 3
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

QS. Al Infithaar (82) : 7
Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang,

Coba kita cermati, Allah mengatakan bahwa seluruh eksistensi ini telah diciptakan dalam keseimbangan. Baik alam semesta - langit dan bumi. Maupun diri kita sendiri. Tidak ada yang tidak seimbang, kecuali telah dirusak oleh ulah tangan manusia. Tapi, kerusakan itu berangsur-angsur akan menuju pada keseimbangannya kembali. Biasa nya setelah meminta 'korban'.

Ambil contoh berbagai bencana, seperti banjir dan tanah tongsor yang banyak terjadi di sekeliling kita. Semua itu terjadi karena rusaknya keseimbangan alam akibat utah tangan manusia.

Ketika alam dalam keadaan seimbang, bencana seperti ini tidak terjadi. Sebab alam memang memiliki mekanisme untuk saling mendukung dan memperbaiki. Ketika oksigen di alam berkurang, maka pepohonan akan memproses kandungan karbon dioksida menjadi oksigen kembali.

Ketika suhu memanas, maka sistem sirkulasi udara akan meniupkan angin ke tekanan yang lebih rendah. Ketika, kelembaban berkurang, maka muncul mekanisme untuk mengembalikan kelembaban tersebut. Tapi, itu semua bisa terjadi jika kondisi alam masih seimbang.
Jika tidak, maka alam tidak akan menempuh cara itu. Yang muncul adalah mekanisme 'batas dendam'. Karena alam sudah dirusak mekanisme keseimbangannya, alam akan ganti merusak. Inilah hukum aksi-reaksi.

Kalau manusia menggunduli hutan, maka alam akan membatas dengan banjir dan tanah tongsor. Suhu udara jadi lebih panas. Kelembaban jadi menurun. Gersang. Sebenarnya ini adalah upaya alam untuk memperoleh keseimbangannya kembali. Tetapi efeknya menghancurkan manusia.

Jika manusia tidak membantu alam untuk seimbang seperti sediakala, alam akan terus melakukan reaksinya, untuk memperoleh keseimbangan yang seharusnya. Manusia 'dipaksa' untuk menghijaukan hutan dan tingkungan hidupnya kembali. Begitulah cara alam.

Dalam diri manusia pun terdapat keseimbangan sistem yang dikenal sebagai homeostasis. Manusia akan sehat, jika badannya dalam keadaan seimbang. Sebaliknya akan sakit jika tidak seimbang. Mulai dari yang ringan, seperti pusing-pusing, sampai pada munculnya kanker atau pun kerusakan organ tubuh. Semuanya akan kembali baik dan sehat, jika kita mengembalikan dalam keseimbangannya

Jadi, keseimbangan adalah kunci keberhasilan. Kunci kesuksesan. Dalam arti sesungguhnya. Siapa pun yang bisa mencapai keseimbangan akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya, yang menabrak keseimbangan bakal menuai masalah.

Kalau kita amati, seluruh proses di sekitar kita sedang menuju keseimbangan. Cuma, ada yang berjalan cepat. Ada yang berjalan lambat.

Air mengalir dari tempat tinggi di pegunungan menuju tempat rendah di lautan, adalah sebuah proses mencapai keseimbangan. Angin berhembus dari tempat yang bertekanan tinggi menuju ternpat bertekan rendah adalah proses keseimbangan.

Suhu benda yang tinggi, menjadi berangsur-angsur mendingin sampai mencapai suhu kamar, juga proses keseimbangan.

Bumi berputar mengelilingi matahari selama miliaran tahun pun proses keseimbangan. Seluruh benda alam sedang bergerak berpusar-pusar juga sebuah proses keseimbangan.

Jadi, secara umum kita bisa mengatakan apa pun yang terjadi disekitar kita maupun pada diri sendiri, sebenarnya adalah sebuah proses menuju keseimbangan. Bahkan, sebuah bencana sebenarnya adalah proses menuju keseimbangan, akibat kerusakan yang dibuat oleh tangan manusia.

Tsunami dan gempa bumi, misalnya, adalah sebuah proses menuju pada keseimbangan putaran bumi. Begitu juga banjir, badai, tanah longsor, dan sebagainya. Lebih jauh tentang hal ini akan saya bahas dalam Diskusi yang terpisah, yang insya Allah berjudul: 'KENAPA TERJADI BENCANA'

QS. Ruum (30) : 41
Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kepada keseimbangan alam).

Jadi, keseimbangan adalah salah satu kunci tercapainya kondisi sukses, selamat dan nikmat. Sayangnya, banyak di antara kita yang tanpa sadar telah merusak keseimbangan. Tapi, akibatnya sama saja. Sadar atau tidak, jika kita merusak keseimbangan hasilnya akan menyakitkan kita semua.

QS. Al Baqarah (2) : 12
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar

QS. Al A'raaf (7) : 56
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Jadi, Allah selalu memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi. Itu memang telah ditetapkan lewat sunnatullah. Lewat mekanisme alam. Bahwa yang tidak seimbang, bakal mengalami proses penyeimbangan. Akan tetapi, manusia tidak mau menyadarinya, sehingga selalu berbuat kerusakan, yang merugikan dirinya sendiri.

Maka, Allah mengingatkan secara berulang-ulang agar kita tidak membuat kerusakan di muka bumi. Karena semua itu bakal menjadikan alam tidak seimbang, dan ujung-ujungnya membuat kita sendiri menderita.

QS. Ay Syu'araa' (26) : 183
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan

QS. Al Anfaal (8) : 73
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain (untuk membuat kerusakan). Jika kamu (kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua