Selasa, 11 Desember 2007
Saat-saat Kebangkitan
Bagaimanakah gambarannya, ketika Allah membangkitkan manusia dari dalam kuburnya. Allah menginformasikan dalam berbagai firmanNya.
QS. Fathiir (35) : 9
"Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati, lalu Kami hidupkan Bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianiah kebangkitan itu."
QS. Al Araaf (7) : 57
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
QS Az Zukhruf (43) : 11
"Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (tertentu) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)"
QS. An Nazi’aat 79) : 13 - 14
"Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan Bumi.
. Di sini sangat jelas, Allah memberikan perbandingan dan perumpamaan antara proses kebangkitan manusia dari dalam kubur dengan proses tumbuhnya pepohonan. DisiramkanNya air hujan di daerah tersebut, maka hidup kembalilah Bumi yang telah 'mati'.
Selain itu, ada nuansa, proses kebangkitan manusia itu berjalan secara massal. Allah menggambarkan seperti pepohonan di daerah tandus yang tiba-tiba bertumbuhan akibat turunnya hujan. Penyebabnya satu, yaitu hujan, tetapi efeknya berjalan secara massal, bagi semua tumbuhan yang ada di daerah itu.
Bahkan di ayat lain Allah mengatakan bahwa proses kebangkitan itu bagaikan menghidupkan satu jiwa saja. Sekali 'stimulasi', efeknya berjalan secara massal. Seluruh manusia yang ada di dalam kubur bangkit.
QS. Luqman (31) : 28
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Hanya saja muncul pertanyaan : bagaimanakah kebangkitan itu berlangsung? Apakah butuh proses lama ataukah cepat? Kalau kita menginterpretasi dari ayat-ayat di atas sepertinya butuh waktu yang lama. Sebab Allah mengidentikkan dengan proses; bertumbuhannya berbagai tanaman.
Untuk bisa tumbuh menjadi pohon besar, ada suatu proses; yang mesti dilalui. Mulai dari Uji, tunas, pohon kecil, dan kemudian pohon besar. Dan semua itu dihidupkan oleh Allah lewat turunnya air hujan, sebagai penyebabnya.
Itulah yang dijadikan perumpamaan olehNya untuk menggambarkan proses, kebangkitan. Artinya, tidak secara tiba-tiba dan tanpa proses. Meskipun di ayat-ayat lain Allah menggambarkan betapa manusia keluar secara cepat dari kuburan-kuburan yang terbongkar.
QS Al Qomar (54) : 7
"Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan belalang yang beterbangan."
Namun, itu hanya mengambarkan saat-saat keluarnya manusia dari dalam kubur. Akan tetapi, proses 'persiapan' kebangkitan itu sendiri berjalan selama jutaan atau bahkan miliaran tahun.
Bayangkan, pada waktu kiamat, Bumi telah mengalami kerusakan yang sangat parah. Sehingga Allah menggambarkan gunung gunung pun telah hancur berubah menjadi pasir. Dan Bumi, menjadi rata, tidak memiliki daerah-daerah yang naik turun.
QS. Thaaha (20) : 105 - 107
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah : Tuhanku akan menghancurkannya (dihari kiamat) sehancur hancurnya"
"Maka Dia akan menjadikan bekas gunung-gunung itu datar sama sekali."
"Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan tempat yang tinggi."
Padahal di ayat-ayat lain tentang Surga dan Neraka, kita mendapati Bumi telah kembali ideal. Di sana ada tempat-tempat tinggi yang digambarkan penuh dengan pepohonan yang subur dan banyak mata air serta sungai-sungai di bawahnya. Dan Neraka juga digambarkan sebagai tempat yang rendah penuh keadaan yang mengerikan, seperti pohon-pohon berduri dan sumber-sumber api yang sangat panas.
Sehingga, jika demikian keadaannya, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada suatu proses yang sangat panjang untuk menjadikan Bumi ini kembali ideal seperti zaman Adam dan Hawa dulu diciptakan. Waktu itu, Adam dan Hawa juga digambarkan berada di dalam Surga yang sangat menyejukkan.
Nah, untuk mengembalikan kondisi Bumi yang sangat rusak menjadi sangat ideal itulah diperlukan waktu jutaan sampai miliaran tahun. Tetapi yang jelas Allah memang merubah dan merehabilitasi Bumi yang telah mengalami kehancuran itu, sebagaimana Dia firmankan berikut ini.
QS. Ibrahim (14) : 48
"(yaitu) pada hari (ketika) Bumi diganti dengan Bumi yang lain, dan (demikian pula) langitnya, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Satu Lagi Perkasa."
Dalam ayat di atas, Allah memberikan penjelasan yang sangat gamblang, bahwa Bumi dan langit yang menyelimuti nya telah diganti dan direhabilitasi. Dan setelah semuanya siap untuk kehidupan, maka Allah membangkitkan seluruh manusia dari dalam kuburnya, untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di kehidupan sebelumnya.
Nah, dalam rekonstruksi ini, kemungkinan proses rehabiltasi itu memakan waktu sekitar 3 miliar tahun. Sejak Bumi mengalami kehancuran, sampai ketika alam semesta berhenti berkembang (memuai).
Sekadar mengingatkan. Alam semesta ini sedang berkembang atau memuai ke segala penjuru. Pemuaian itu berlangsung selama sekitar 12 miliar tahun, sejak terjadinya Ledakan Dahsyat (Big Bang) di pusatnya. Diperkirakan, pemuaian itu akan berhenti sekitar 3 miliar tahun lagi.
Kurun waktu itulah yang dipakai oleh Allah untuk merehabilitasi Bumi sehingga kembali ideal. Termasuk lapisan-lapisan atmosfernya, semuanya diperbaiki olehNya. Maka, ketika semua siap, saat itu pula alam semesta mengalami penciutan kembali.
ITULAH WAKTU DIMULAINYA ALAM AKHIRAT. Sejak saat itu hukum alam berjalan terbalik (seiring berbaliknya arah pergerakan alam semesta, dari berkembang menjadi menciut.)
Jika sekarang, manusia cenderung menuju pada kematian, maka pada waktu itu justru sebaliknya. Manusia justru akan cenderung mengarah pada kehidupan abadi. Yang tadinya MATI, justru akan HIDUP KEMBALI. Secara Fisika, dikatakan bahwa kalau sekarang Entropi alam semesta ini naik terus, maka nanti pada periode Akhirat itu, entropinya akan turun terus.
Itulah saat-saat malaikat meniupkan terompet untuk kedua kalinya. Yang pertama, ditiupkan ketika Bumi mengalami kehancurannya, Kiamat Sughra. Sedangkan yang kedua, pada saat alam semesta mengalami pembalikan arah pergerakan, alias dimulainya Periode Akhirat.
QS. An Nazi’aat (79) : 6 - 10
"Pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam"
"Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua"
"Hati manusia pada waktu itu sangat takut.
"Pandangannya tertunduk."
"(Mereka) berkata : Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?"
Tiupan.itu adalah sebuah suara yang sangat keras. Pada tiupan yang pertama, suara keras yang memekakkan telinga itu muncul dari badai berbatu yang dikirimkan oleh Allah ke Bumi, yang berasal dari kabut Oort.
QS. 'Abasa (80) : 33 - 36
"Dan ketika datang suara yang memekakkan.
"Pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya
"Dari ibu bapaknya. Dari istri dan anak-anaknya."
Proses penghancuran Bumi itu membuat panik manusia, sehingga digambarkan seperti di atas. Suara ledakan karena hajaran batu batu angkasa itu demikian dahsyatnya. Bahkan banyak terdengar suara seperti tiupan yang berasal dari berseliwerannya batu-batu itu di angkasa Bumi. Bumi betul-betul dibombardir oleh desingan-desingan 'peluru' meteor dari angkasa, diiringi badai sangat dahsyat.
Setelah itu, lenganglah Bumi. Selama miliaran tahun kemudian. Sampai pada suatu ketika alam semesta bergerak berbalik arah. Di situ, lagi-lagi malaikat meniupkan terompetnya, sebagai dimulainya hari berbangkit. Perbalikan gerakan itu menimbulkan 'efek' tiupan lagi, disebabkan oleh berbaliknya hukum alam.
Dalam waktu yang bersamaan, atau tidak lama sesudah itu, tubuh manusia yang hancur lumat di dalam tanah tiba-tiba berkumpul secara alamiah. Berbagai molekul tubuhnya berangsur-angsur terbentuk akibat hukum alam yang berjalan terbalik itu.
Demikian pula sel-sel tubuhnya terbentuk dari molekul-molekul yang bergerak mengumpul dengan sendirinya (dalam KehendakNya). Lantas sel-sel itu mulai membentuk organ-organ tubuhnya. Dan akhimya organ-organ itu berkumpul membentuk tubuh manusia secara utuh.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Bayangkanlah sebuah film yang merekam sebuah kejadian jatuhnya gelas dari atas meja. Rekaman tersebut menggambarkan urut urutan kejadian, mulai dari gelas di atas meja, yang kemudian terguling. Lantas, gelas itu terjatuh ke lantai. Berikutnya, rekaman itu akan menggambarkan betapa gelas tersebut hancur, semburat kemana-mana.
Kemudian muncul pertanyaan? Bisakah gelas itu utuh kembali? Bagaimana caranya? Jawabnya: cobalah putar rekaman itu secara terbalik. Maka, ketika rekaman 'gelas pecah' itu diputar secara terbalik, kita. akan melihat kejadiannya berjalan terbalik pula : dimulai dari kondisi gelas pecah berserakan, kemudian pecahan-pecahan gelas itu akan terkumpul menjadi gelas yang utuh. Setelah itu, tiba-tiba gelas itu terangkat kembali ke atas meja, seperti sediakala.
Begitulah gambaran proses kebangkitan yang bakal terjadi, kelak. Karena. hukum alam berjalan terbalik, maka 'trand' kehidupan bukan menuju kepada kematian, melainkan justru dari, kematian menuju pada hidup selama-lamanya. Benda-benda yang rusak justru akan berproses menjadi baik kembali. Makanan-makanan yang busuk menjadi segar kembali. Tidak akan pernah berubah rasa, kata Allah ketika menggambarkan Surga.
Karena itu, Allah menegaskan bahwa sangatlah gampang mengumpulkan kembali atom-atom dan molekul-molekul tubuh yang sudah tercerai-berai di dalam tanah. Di ayat lain Allah bertanya : Apakah kalian mengira bahwa Aku tidak bisa mengumpulkan jari-jari tangan mereka yang sudah hancur di dalam tanah itu? Sungguh semua itu bakal tedadi dengan sangat mudahnya, ketika hukum alam ini sudah dibalik oleh Nya.
QS. An Nazi’aat (79) 13 - 14
"Sesungguhnya pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja. Maka serta merta mereka kembali hidup di permukaan Bumi."
Dalam pemahaman yang sedikit berbeda, kita bisa menjelaskan rekonstruksi kebangkitan itu seperti dihidupkannya kembali pohon pohon yang sudah mati.
Bagaimanakah Allah menghidupkan pohon yang sudah mati? Katakanlah kita mempunyai pohon Mangga Gadung. Jika karena sesuatu hal, pohon Mangga Gadung tersebut mati, maka apakah yang kita lakukan agar kita memiliki pohon seperti itu lagi ?
Tanamlah bijinya yang sudah masak. Maka, akan tumbuh pohon Mangga Gadung seperti semula. Rasa dan karakteristiknya sama dengan Mangga Gadung sebelumnya. Kenapa bisa begitu? Sebab di biji Mangga Gadung yang ditanam itu terdapat seluruh sifat-sifat pohon yang telah mati tersebut. Hal ini telah dielaskan secara biomolekuler di bagian sebelumnya.
Maka, ketika, biji itu ditanam, terjadilah proses replika terhadap pohon sebelumnya. Seluruh sifat yang terkandung di dalam genetikanya diturunkan kepada pohon berikutnya, lewat bijinya.
Proses kebangkitan manusia dari dalam kubur kurang lebih sama. Setiap manusia memiliki gen pembawa sifat di dalam sel kita. Memang sebagian besar badan kita hancur ketika, terkubur di dalam tanah selama bertahun-tahun. Akan tetapi, selalu masih ada yang tertinggal dan tidak hancur. Di antaranya adalah gigi, tulang, dan rambut. Maka, di dalam bagian tubuh yang tidak hancur itu, masih terdapat genome-genome yang membawa sifat asli dari tubuh yang mati itu.
Sehingga, sebenarnya tidak ada kesulitan yang berarti Allah membangkitkan manusia dari dalam kuburnya Sebab, seluruh cetak biru manusia tersebut telah tersimpan di dalam genetikanya. Berdasar gen gen itulah Allah mereplika tubuh manusia yang telah hancur 'dimakan tanah'. Ini sama dengan proses tumbuhnya kembali biji Mangga Gadung yang saya uraikan di atas.
Nah, kombinasi dari dua rekonstruksi itu menjadi perpaduan yang lebih baik untuk menjelaskan proses kebangkitan.Yaitu, seluruh sifat dan. perbuatan manusia yang tersimpan di dalam tubuhnya, termasuk dalam genetikanya, akan menjadi acuan untuk mereplika / mengcopy kembali badannya. Sedangkan pemicunya muncul dari peristiwa berbalik arahnya gerakan alam semesta, sehingga hukum alamnya juga ikut terbalik.
Dengan demikian, kebangkitan itu bukan sekadar proses kehidupan yang berjalan terbalik. Melainkan 'kelanjutan' kehidupan, dari dunia berlanjut ke Akhirat. Kenapa demikian?
Sebab, kalau hanya berjalan terbalik, itu tidak memberikan konsekuensi terhadap pertanggung jawaban atas seluruh perbuatan manusia pada saat hidup di dunia. Peristiwa kebangkitan itu, lantas hanya menjadi sebuah peristiwa pengulangan mundur saja. Kalau di dunia beranjak dari bayi ke dewasa dan tua, maka di Akhirat nanti sebaliknya, beranjak dari tua menuju bayi. Tidak. Bukan demikian keadaannya.
Yang terjadi adalah : 'waktu' tetap berjalan ke depan, artinya bertambah terus dari 12 miliar ke 13, 14, dst. Tetapi hukum hukum energi dan entropinya berjalan terbalik.
Hal inilah yang bisa menjelaskan, bahwa drama kehidupan ini tetap berjalan ke arah depan. Bukan berbalik arah. Alam Akhirat, tetap saja adalah suatu periode sesudah Alam Dunia. Drama tetap berjalan ke arah depan menuju ending yang sesungguhnya. Akan tetapi, di periode Akhirat itu, hukum alamnya berjalan terbalik. Kita tidak bisa mati lagi, karena hukum alamnya memang tidak mengarahkan kita pada kematian. Justru pada kehidupan abadi. Sehingga, Allah berfirman sebagai berikut.
QS. Ad Dukhaan (44) : 56
"Mereka tidak merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab Neraka."
Bukan hanya itu, di Akhirat itu manusia juga tidak bisa merasa letih. Karena letih itu memang hukum Alam Dunia. Di sana justru terbalik, semakin lama kondisinya semakin segar.
Malahan, Allah menggambarkan orang-orang yang disiksa di Neraka itu badannya kembali pulih, mesidpun telah hancur oleh beratnya siksaan di sana. Kenapa demikian? Sekali lagi, karena hukum alamnya berjalan terbalik. Kondisi kita bukan bergerak menuju kehancuran, melainkan justru menuju pada keadaan yang lebih baik.
Dengan demikian, tidak ada keraguan sedikitpun, seharusnya untuk memahami peristiwa kebangkitan itu. Sehingga jangan sampai, nanti kita menjadi orang yang menyesal karena kecele. Kita mengira tidak akan ada kebangkitan itu, temyata teladi dengan sesungguhnya.
QS. Al An’aam (6) : 30
"Dan seandainya katnu melihat kefika mereka dihadapkan kepada Tuhannya. Berfirman Allah: Bukankah (kebangkitan) ini benar? Mereka menjawab : Sungguh benar, demi Tuhan kami. Berfirman Allah : Karena itu rasakan!ah azab ini dikarenakan kamu mengingkadnya" (Dahlia Putri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar