(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Sabtu, 15 Maret 2008

KEBUTUHAN INDIVIDU

Selain sebagai kewajiban, berumah tangga adalah kebutuhan setiap orang yang normal. Kita butuh punya partner yang bisa diajak berbagi suka dan duka. Kita butuh menyalurkan fitrah seksual secara sehat dan terhormat. Kita butuh membangun kehidupan sosial yang sejahtera dan bahagia. Dan kita butuh ‘menciptakan’ generasi penerus yang melanjutkan cita-cita kita sebagai manusia. Semua itu bisa kita dapatkan dengan cara membangun lembaga rumah tangga.
Sayangnya, tidak semua orang yang berumah tangga memperoleh kebutuhannya di sana. Bahkan memperoleh berbagai masalah yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kenapa bisa demikian? Karena kebanyakan kita kurang memahami konsep rumah tangga yang sesuai dengan fitrah.

Secara teoritis, kita tahu bahwa dengan berumah tangga kita bisa berbagi suka dan duka dengan pasangan kita. Tetapi kenapa banyak di antara kita tidak bisa berbagi suka dan duka dengan pasangannya, tapi malah mencari teman curhat orang ke tiga. Ini bukan salah teorinya, tetapi keliru prakteknya.

Secara teoritis, mestinya rumah tangga kita adalah tempat menyalurkan hasrat seksualitas secara sehat dan terhormat. Tetapi kenyataannya, banyak suami atau istri yang memilih selingkuh, karena tidak memperoleh yang dia harapkan di rumah. Di manakah salahnya?

Demikian pula, rumah tangga mestinya menjadi tempat membina unit sosial terkecil dalam masyarakat. Agar terbentuk generasi-generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Rumah tangga menjadi tempat ‘menciptakan’ anak-anak yang broken home. Kedua orang tua sibuk sendiri-sendiri, tak ada waktu untuk memedulikan anak-anaknya. Sejahtera secara fisik, tetapi miskin dalam jiwa dan akhlaknya. Menjadi penyakit sosial.

Ya, kenapa rumah tangga yang dimaksudkan untuk memperoleh kebahagiaan dan menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan individual itu malah memberikan hasil sebaliknya?

Tidak sedikit orang yang gagal memperoleh kebahagiaan dalam berumah tangga. Rumah tangganya bukan lagi kebutuhan, tetapi sudah menjadi beban dalam hidupnya.

Ketika butuh teman curhat, dia tidak menemukannya pada pasangannya. Ia malah menemukan itu pada teman sekerjanya. Celakanya, yang dicurhatkan adalah masalah rumah tangganya sendiri. Maka, tanpa disadarinya ia telah mulai membuka lembaran masalah dalam hidupnya.

Ketika butuh menyalurkan fitrah seksualnya pun ternyata ia tidak menemukan pada pasangannya. Padahal, sebelum menikah ia selalu membayangkan betapa pasangannya adalah partner yang memenuhi segala kriteria hasratnya. Akan tetapi setelah berjalan sekian lama ia kehilangan semuanya. Dan menemukan pada orang ke tiga. Tentu saja ini bukan salah pilih partner, tetapi mungkin salah manajemen dan merawat suasana rumah tangganya.

Termasuk juga dalam hal kebahagiaan memiliki keturunan. Dan kemudian berhasil dalam mendidik mereka. Itu adalah kebutuhan kita sebagai individu. Ada rasa puas dan bangga atas apa yang telah kita capai.

Maka kita menyaksikan bahwa sebenarnya rumah tangga adalah lembaga untuk mengekspresikan segala keinginan kita dalam kancah sosial. Ini adalah unit sosial terkecil dalam kehidupan kita. Rasa bangga, rasa puas, rasa terhormat dan bermartabat, rasa sejahtera, dan segala rasa kebahagiaan yang bersifat fisikal maupun spiritual mulai kita ekspresikan di sini.

Orang-orang yang rumah tangganya gagal, bakal terefleksi dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Kegagalan kehidupan seksual dalam rumah tangga misalnya, bakal mengimbas ke kehidupan sosial yang lebih luas.

Bisa saja, ia lantas menjadi orang yang suka uring-uringan. Atau minder. Atau memiliki penyimpangan seksual. Atau mungkin selingkuh. Ini adalah refleksi kegagalan seseorang dalam membina rumah tangganya.

Rumah tangga, sekali lagi, adalah tempat atau lembaga dimana seseorang seharusnya bisa memenuhi dan memuaskan semua kebutuhan yang paling mendasar dalam hidupnya.

Janganlah menjadikan rumah tangga kita hanya sekadar kewajiban. Sungguh rumah tangga kita hanya akan menjadi beban hidup saja. Kecuali bagi orang-orang yang sudah bisa mengubah sudut pandangnya bahwa yang wajib itu sesungguhnya adalah hak kita yang paling azasi...(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua