(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Sabtu, 15 Maret 2008

MENERUSKAN GENERASI

Salah satu kebahagiaan dalam berumah tangga adalah ketika punya keturunan. Sebaliknya akan membuat sedih dan menderita ketika tidak memiliki keturunan.

Fitrah manusia adalah ingin hidup langgeng. Tapi karena umur terbatas, maka kita ingin melanggengkan eksistensi kita lewat keturunan. Bukan hanya meneruskan keturunan, melainkan juga memunculkan kebahagiaan. Rasanya, kita seperti melihat diri kita terlahir kembali ke dunia dalam bentuk yang lebih kecil. Dan, lantas takjub dibuatnya.

Maka, ayah dan ibunya seringkali berebut menyebut persamaan si anak dengan dirinya. "Wah, hidungnya kayak hidungku," kata si ayah. "Ya, tapi matanya kayak mataku," kata ibunya tidak mau kalah. Keduanya lantas tertawa lebar. Bahagia menyambut kehadiran sang buah hati.

Memperoleh keturunan adalah kebahagiaan yang tiada terkira dalam rumah tangga. Allah membalas susah payah orang tua dalam ‘membuat anak’ tersebut dengan rasa bahagia yang luar biasa. Anda yang belum punya anak, pasti tak akan bisa memahami betapa bahagianya memiliki anak.

QS. Ali lmran (3): 39
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh."

QS. Huud (11): 71
Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq, dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya'qub.

Begitulah, ayat-ayat Qur'an pun bercerita tentang kegembiraan dan kebahagiaan mereka yang memperoleh anak setelah sekian lama belum memperolehnya.

Anak-anak itulah yang bakal meneruskan kehidupan orang tuanya. Karena itu Allah memerintahkan kepada setiap orang tua agar menjaga, merawat dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya, supaya menjadi generasi yang salih dan salihah. Anak-anak yang pandai, berakhlak mulia, sejahtera, dan memberi manfaat sebesar-besarnya.
QS. An Nisaa' (4): 9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Nah, untuk menghasilkan generasi kuat semacam itu kuncinya ada pada kualitas lembaga rumah tangga yang dibangun oleh orang tuanya. Jika rumah tangga itu Islami, tenteram, bahagia, dan tertata dengan baik, Insya Allah akan menghasilkan anak-anak yang baik di masa depan. Sebaliknya, jika rumah tangga tersebut amburadul, maka ia pun akan menghasilkan anak-anak yang ‘amburadul’.

Rasulullah pernah mengatakan, bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih. Orang tuanyalah yang menjadikannya seorang muslim, nasrani, yahudi atau majusi.

Hal ini menunjukkan betapa sentralnya peranan orang tua bagi kualitas anak-anaknya di masa depan. Jika orang tuanya suka bertengkar, maka anak-anaknya pun akan memiliki sifat-sifat suka bertengkar. Jika orang tuanya suka berlaku kasar, maka anak-anaknya pun bakal senang berlaku kasar. Namun, jika orang tuanya memberikan contoh kasih sayang dan kelembutan dalam keluarga, maka anak-anak mereka pun bakal menyukai budaya kasih sayang dan kelembutan dalam hidupnya.

Pendidikan di sekolah dan luar sekolah masih kalah oleh pendidikan dalam keluarga. Sejak kecil anak melihat contoh yang paling dekat dengannya. Dan itu ada pada orang tua mereka.

Memang ada masa-masa si anak mencoba meniru contoh-contoh yang ada di luar keluarganya, akan tetapi terbukti kemudian, mereka akan kembali pada apa yang telah terbiasa dan dibiasakan oleh orang tuanya sejak kecil kepadanya.

Karena itu, sering kita dengar pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Artinya, seorang anak tidak akan jauh dari akhlak dan didikan orang tuanya. Selain karena faktor genetik yang diturunkan, hal itu juga bersumber dari kebiasaan yang ditanamkan selama bertahun-tahun.

Maka, betapa idealnya kalau anak-anak kita itu, selain memiliki kualitas orang tuanya, juga berkembang dengan kualitas dirinya sendiri yang sesuai dengan jamannya.

Janganlah berharap untuk menjadikan anak-anak itu sama persis seperti kita. Karena jaman mereka akan sangat berbeda dengan jaman orang tuanya. Kesuksesan orang tua adalah ketika anak-anaknya tumbuh berkembang melebihi dirinya...(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua