Bukan hanya ‘bertugas’ menjadi wakil Allah di muka Bumi, manusia juga didesain Allah untuk memperoleh kebahagiaan dan mereguk berbagai kenikmatan yang dihamparkan di sekitarnya. Allah menciptakan segala sumber kenikmatan yang bisa diperoleh manusia kapan saja, dan dimana saja di muka Bumi ini. Hal ini, dideklarasikan olehNya dalam Al-Qur’an.
QS. Al Baqarah (2): 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
QS. Ali Imran (3): 14
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah ternpat kembali yang baik.
Allah katakan, bahwa segala yang diciptakan di muka Bumi adalah untuk kesenangan dan kebahagiaan manusia. Seluruhnya. Dan di ayat berikutnya, di atas, Allah kemudian merinci berbagai kenikmatan itu. Bahwa Allah menjadikan keindahan dan ketertarikan pada wanita-wanita, anak-anak, berbagai jenis perhiasan, kendaraan, bisnis, dan berbagai kekayaan harta benda. Itulah kesenangan duniawi.
Ya, Allah yang Maha Pemurah menciptakan segalanya ini untuk kebahagiaan manusia. Kita merasakan kesenangan dan kenikmatan ketika memiliki semua itu. Semakin banyak semakin senang dan nikmat.
Akan tetapi Allah mengingatkan bahwa yang lebih baik dan lebih nikmat adalah ketika kita mengaitkannya dengan Allah. Dikembalikan kepada Allah. Dimengerti bahwa semua itu berasal dari Allah, milik Allah, dan bakal kembali kepada Allah. Jika suatu ketika, semua dimintaNya kembali, maka kita pun mengikhlaskannya.
QS. Ar Ra'd (13): 26
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).
Ya, Allahlah yang memiliki semuanya. Dia pula yang meluaskan atau menyempitkan rezeki seseorang. Karena itu jangan sampai kita lalai dan terpedaya.
Kenikmatan duniawi, meskipun itu disediakan Allah untuk kebahagiaan kita, seringkali bisa menyebabkan penderitaan. Hanya orang-orang yang bijak saja yang tahu dan bisa mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada kehidupan duniawi secara berlebihan.
Hal ini pun pernah menimpa nabi Sulaiman. Kesenangannya pada kuda, telah menyebabkannya lalai mengingat Allah. Maka, beliau pun mengorbankan kuda-kuda itu sebagai bukti ketaatan dan keikhlasannya kepada Allah yang bakal mengantarkannya kepada kenikmatan dan kebahagiaan yang lebih besar.
QS. Shaad (38): 32
Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda-kuda pilihan) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan".
Pada dasarnya manusia memang memiliki rasa kenikmatan duniawi sebagai anugerah dan fitrah dari Allah. Ini sangat manusiawi. Artinya, adalah manusiawi dan fitri jika kita suka kepada harta benda, rumah, kendaraan, istri, suami, anak-anak, dan berbagai perhiasan duniawi. Itu adalah salah satu bentuk kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita. Allah menjadikan semua itu indah dan menyenangkan bagi manusia.
Bahkan, sampai di surga nanti pun, ukuran dan parameter kebahagiaan yang digambarkan Allah adalah itu-itu juga. Di antaranya adalah harta benda dunia seperti emas, perak, sutera. Atau makanan minuman lezat seperti buah-buahan, susu, madu dan sebagainya. Atau, kepuasan hubungan antar manusia, seperti istri, suami, orang tua, anak-anak, dan para sahabat serta handai taulan. Begitulah memang fitrah kita.
Sebagian dari nikmat itu bisa kita dapatkan di dunia. Dan di akhirat nanti, kita akan memperoleh dengan kualitas yang jauh lebih membahagiakan.
Maka kehidupan dunia pun adalah kehidupan yang berisi kebahagiaan dan kenikmatan. Karena itu, janganlah kita abaikan atau lupakan. Malahan, kita diperintahkan Allah untuk mencarinya. Agar kita bahagia di dunia. Hanya saja, kita harus ingat bahwa dunia hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sesungguhnya adalah nanti di fase akhirat. Karena itu Allah selalu mengingatkan agar kita lebih proporsional dalam menyikapi dunia.
QS. Al Hadiid (57): 20
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(firliana Putri)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
"Hanya orang-orang yang bijak saja yang tahu dan bisa mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada kehidupan duniawi secara berlebihan.">>>>siiip..ini betul sekali...
Posting Komentar