(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Sabtu, 15 Maret 2008

PERKAWINAN IBADAH

Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, siapakah orang yang paling taat dan takwa kepada Allah? Maka, satu per satu mereka memberikan jawaban.

Ada yang berkata bahwa orang yang paling taat dan takwa kepada Allah adalah orang yang selalu berpuasa setiap hari. Rasulullah menggelengkan kepala. "Aku adalah Rasul Allah, tetapi aku tidak berpuasa setiap hari", begitu tepis beliau.

Sahabat yang lain memberikan jawaban berbeda. Menurutnya, orang yang paling taat dan takwa kepada Allah adalah orang yang melakukan shalat terus sampai tak sempat tidur. Rasulullah mengelengkan kepala, sambil berkata: Aku adalah Rasul Allah. Aku menjalankan shalat, tapi juga menyempatkan untuk tidur.

Orang yang ke tiga menjawab berbeda lagi, menurutnya, orang yang taat dan takwa kepada Allah itu adalah orang yang tidak kawin, agar ibadahnya kepada Allah tidak terganggu. Tapi lagi-lagi Rasulullah menggelengkan kepala. "Aku Rasul Allah. Aku beribadah, tapi aku juga tetap melakukan perkawinan"

Ah, pembaca, begitu banyak orang yang berlebihan dalam beribadah. Sehingga ada yang sampai tidak kawin atas nama ibadah. Maka Rasulullah mengkritik secara halus orang-orang yang berlaku demikian.

Ibadah adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Upaya untuk mendekatkan diri kepadaNya. Tetapi jangan sampai keliru sehingga terjebak kepada perilaku melampaui batas. Sebagaimana yang Allah tujukan kepada para rahib Nasrani yang tidak melakukan perkawinan dengan alasan ibadah. Padahal perkawinan itu sendiri adalah bentuk ibadah seorang manusia kepada Allah.

QS. Al Maidah (5): 77
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."

Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda, barangsiapa tidak kawin, padahal ia mampu, maka ia bukanlah termasuk umat beliau. Begitulah, perkawinan bukan hanya bersifat lahiriah dan sesaat, serta bertujuan jangka pendek, melainkan lebih jauh dari itu. Untuk memberikan berbagai macam kemudahan dan kebahagiaan kepada kita.

Allah tidak menghendaki kesulitan atas hamba-hambaNya. Justru sebaliknya, Allah menghendaki kemudahan dan kebahagiaan buat kita semua. Dan perkawinan adalah salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan. Ketentraman dan kasih sayang.

QS. Ar Ruum (30): 21
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Kalau kita cermati ayat di atas, kita memperoleh kesimpulan bahwa tujuan perkawinan itu setidak-tidaknya ada 3 hal. Yang pertama, untuk menunjukkan kekuasaan Allah. Ke dua, agar tercipta ketentraman. Dan yang ke tiga, untuk membangun kasih sayang.

Inilah salah satu cara Allah membahagiakan hamba-hambaNya. Lewat perkawinan. Karena itu Rasulullah pernah menyampaikan bahwa rumah tangga beliau itu bagaikan surga bagi beliau. Baiti jannati - rumahku adalah surgaku.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Sementara kita melihat demikian banyaknya rumah tangga yang justru menjadi neraka bagi penghuninya. Pertengkaran terjadi setiap hari. Suami jarang pulang. Istri pun membalas menginap di rumah teman. Anak-anak telantar, entah siapa yang mengurusi keperluannya.

Ketika perkawinan tidak dilandasi niat ibadah, biasanya yang muncul adalah keretakan rumah tangga. Bermunculannya segala masalah.

Begitulah keterkaitannya. Ketika kita meniatkan ibadah kepada Allah lewat perkawinan, maka DIA pun menjadikan rumah tangga kita sebagai surga. Di situlah bakal muncul ketentraman. Disitu pula bakal muncul kasih sayang. Dan di situ bakal tercipta surga dunia. Bagaimana bisa? Karena Allah sendiri yang bakal menjaga rumah tangga kita dengan kekuasaanNya.

Di ayat lain Allah juga memberikan gambaran bahwa perkawinan bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang salih dan salihah sehingga melengkapi kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan bersama istri dan suami tercinta, tetapi bersama anak-anak sang buah hati. Sang buah cinta.

QS. Al Furqaan (25): 74
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi, kunci kebahagiaan rumah tangga sebenarnya berada pada niatan kita untuk melakukan pernikahan tersebut. Jika kita hanya berniat untuk bersenang-senang secara biologis, maka kita pun hanya akan memperoleh kesenangan sesaat. Karena yang namanya kesenangan biologis itu hanya sementara dan dangkal sifatnya.

Sangat terkait dengan waktu. Boleh jadi, satu-dua tahun kemudian kita sudah merasa bosan. Karena ternyata ya hanya ‘gitu-gitu aja’. Mulailah melirik kiri-kanan, mencari variasi dan alternatif.

Pada saat itu, bahaya mulai mengintai. Betapa banyaknya perkawinan selebritis yang bubar, dan hanya bertahan ‘seumur jagung’. Karena mereka hanya berorientasi kepada hal-hal yang bersifat fisik. Sekadar karena kecantikan dan ketampanan.

Padahal kata orang bijak, Beauty is just skindeep - kecantikan hanyalah setipis kulit. Begitu kulitnya mengeriput sudah tidak cantik lagi. Apalagi kalau kulitnya mengelupas, kecantikan itu pun menjadi hilang. Bahkan mungkin mengerikan.

Jangan. Jangan mengorientasikan perkawinan hanya karena alasan biologis. Meskipun kita sadar, bahwa kecantikan dan ketampanan merupakan salah satu alasan seseorang menyukai pasangannya.

Nabi pun sangat senang menjaga penampilannya. Beliau selalu menjaga kebersihannya. Rambut selalu tersisir rapi. Kesehatan mulutnya sangat terjaga. Bajunya selalu bersih. Bahkan suka menggunakan pewangi. Karena beliau sangat menyadari bahwa penampilan yang buruk dan amburadul bakal mengganggu orang-orang di sekitarnya. Termasuk pasangannya...

Jangan pula meniatkan sebuah perkawinan hanya karena harta benda dan kekuasaan. Karena seperti kecantikan dan ketampanan, harta kekayaan tidak berumur panjang. Dan sering menjebak pada persoalan.

Tak sedikit orang yang kawin karena kekayaan pasangannya. Sehingga selama perkawinannya itu yang menjadi sorotan hanya soal harta benda. Begitu tidak sesuai dengan yang dibayangkan, maka bertengkarlah mereka. Dan akhirnya, sidang perceraian hanya berkisar pada rebutan harta gonogini. Sungguh memalukan. Bahkan beberapa waktu yang lalu, kita membaca di media massa seorang suami tega membunuh istrinya seusai persidangan, karena kalah dalam hal pembagian gono-gini. Bahkan hakimnya pun ikut terbunuh.
Bukan. Perkawinan bukan hanya berorientasi pada kekayaan harta benda. Meskipun kekayaan menjadi salah satu daya tarik seseorang untuk melakukan perkawinan.

Perkawinan juga bukan sekadar berorientasi pada kekuasaan. Meskipun kita melihat tidak sedikit orang-orang yang melakukan perkawinan politik. Tapi, begitu kepentingan politik itu sudah selesai, yang muncul adalah masalah.

Dan perkawinan pun bukan sekadar untuk tujuan-tujuan duniawi lainnya. Karena semua itu ternyata bakal menjebak pelakunya menemui masalah-masalah yang ruwet tentang keduniawiannya.

Allah menawarkan solusi tentang kebahagiaan perkawinan lewat sebuah konsep ibadah. Bahwa perkawinan akan menjadi surga ketika kita memformatnya sebagai sebuah pengabdian yang tulus kepada Allah. Beribadah kepadaNya. Sebab fitrah manusia memang adalah makhluk ibadah. Siapa yang tidak beribadah bakal gelisah dan bertemu dengan masalah.

Karena itu, perkawinan akan mencapai kebahagiaannya ketika dikembalikan ke fitrahnya. Bahwa perkawinan adalah perintahNya. Bahwa perkawinan adalah ladang untuk berbuat amal kebajikan. Dengan cara membahagiakan istri dan suami. Dan kemudian memperoleh keturunan anak-anak yang salih dan salihah...

QS. Adz Dzaariyaat (51): 56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.

Barangsiapa tidak beribadah dalam setiap aktivitasnya, maka ia akan menemui masalah. Termasuk di dalam kehidupan rumah tangganya.(Firliana Putri)

0 komentar:

 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua