Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.(QS. Thaha 132)
Tugas utama.
Ayat diatas mengingatkan kepada para kepala keluarga atau seorang suami, bahwa kewajiban utama mereka dalam rumah tangga adalah mendidik isteri dan anak anak mereka agar mendirikan shalat.
Mendidik keluarga agar mendirikan shalat sekaligus mendidik mereka untuk belajar agama Islam. Bagaimana mereka akan shalat kalau mereka tidak pandai membaca al-Quran. Bagaimana mereka akan mendirikan shalat kalau pengetahuan agama mereka tidak memadai..
Mendidik anak untuk shalat artinya juga mendidik mereka agar menjadi anak yang saleh yang mengerti dan memahami tanggung jawab mereka pada agama, bakti mereka pada orang tua, nusa dan bangsa.
Mendidik anak untuk shalat artinya juga mendidik anak agar menjadi anak yang saleh, ta'aat beribadat dan berakhlaq mulia. Semuanya itu adalah tanggung jawab orang tua dihadapan Allah swt.
Ayat diatas mengingatkan para orang tua bahwa mereka tidak akan ditanya Allah tentang rezeki, makan dan minum serta pakaian anak, karena semua itu sudah dijamin Allah. Yang akan ditanya dan diminta Allah pertanggung jawaban yang utama adalah mengenai shalat anak dan isteri. Apakah sang suami sudah menjaga shalat isterinya, apakah sang suami isteri telah memelihara shalat anak-anaknya? Inilah tanggung jawab utama diakhirat kelak.
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw juga mengingatkan; "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (islam), ibu bapanyalah yang harus bertanggung jawab dihadapan Allah nantik jika anaknya itu menjadi orang Yahudi, Nasrani atau orang Majusi"(HR.Bukhari Muslim)
Rasulullah saw. Juga mengingatkan para orang tua mengenai tanggung jawab shalat anak mereka: "Suruhlah anakmu shalat jika dia sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah anakmu jika sudah berumur sepuluh tahun belum juga mengerjakan shalat"(HR.Bukhari Muslim)
Selanjutnya Allah mengingatkan "Akibat baik" atau kebahagiaan orang tua adalah bila anaknya menjadi seorang yang bertaqwa., kebahagiaan seorang suami ialah bila isterinya seorang yang bertaqwa.
Realita masyarakat kita.
Realita masyarakat kita bertolak belakang dengan pesan ayat diatas. Para orang tua merasakan bahwa tanggung jawab utama mereka hanyalah memberikan makan, minum dan pakaian anak, sedangkan mendidik anak untuk shalat atau beragama mereka anggap hanyalah pelengkap saja, bahkan ada yang menganggap itu bukan tugas mereka, tapi tugas para ustadz dan ulama.
Orang tua merasakan bahwa tugas mereka adalah untuk mendidik anak mereka dengan ilmu yang memenuhi kepala mereka, sedangkan mendidik anak dengan agama yang mengisi dada mereka bukanlah tugas mereka yang utama.
Para orang orang tua sangat merisaukan apa yang akan dimakan anaknya kelak kalau dia tidak sempat mewariskan harta yang banyak sebanyak bekal anak sepeninggal mereka; sebaliknya mereka tidak sedikitpun merasa risau kalau meninggalkan anaknya dalam kedaaan tidak pandai atau tidak pernah shalat, padahal shalat itulah yang akan dipertanggung jawabkan kelak. Jika orang tua meninggal anaknya tanpa bekal yang akan dimakan, percayalah sianak akan pandai mencari makan untuk dirinya dengan berbagai macam cara; akan tetapi bila ditinggalkan anak tidak tahu cara shalat, jangan diharapkan sepeninggal orang tuanya akan pandai pula mencari tempat belajar shalat.
Karena itu tidak heran banyak anak-anak generasi sekarang yang tidak pandai membaca Al-Quran. Bukan hanya anak-anak, tapi juga tidak sedikit para mahasiswa yang tidak pandai membaca al-Quran, tidak shalat, tidak tahu menahu dengan agama sama sekali karena memang mereka tidak pernah mengecam pendidikan agama dalam rumah tangga orang tuanya. Dan orang tuanya juga tidak punya minat untuk mengirim anaknya belajar dilembaga pendidikan agama swasta, sementara porsi pelajaran (bukan pendidikan) agama disekolah sekolah negeri sangat minim, rata rata hanya sekali dalam satu mingu. Orang tua betul betul hampir tidak punya kepedulian pada pendidikan agama anaknya, bahkan tidak sedikit orang tua yang mencabut anaknya dari madrasah atau taman pendidikan al-Quran karena anaknya akan masuk les sempoa atau les bahasa inggris atau les-les lainnya untuk mengejar pretesi akademik anak dengan mengorbankan pendidikan agama anaknya.. Karena itulah akhirnya kepala anak mereka penuh dengan ilmu sedangkan dada mereka kosong dari agama dan moral , sementara disekitar mereka godaan dan tantangan yang akan menjerumuskan aqidah dan akhlaq merka, seperti halnya tontonan tv. Vcd. Dvd. Tempat-tempat hiburan dan tempat maksiat yang bertebaran dimana mana betul dahsyat dan sangat mengerikan.
Kenakalan dan kemaksiatan remaja, tumbangnya korban-korban narkoba di lingkungan anak-anak dan remaja kita, pada umumnya adalah akibat orang tua yang sudah tidak punya kepedulian lagi pada pendidikan agama anaknya, tidak peduli lagi anaknya shalat atau tidak, yang selalu dikontrol hanyalah pe er (pekerjaan rumah) anak, sedangkan shalat dan bacaan al-Quran anak tidak pernah mereka kontrol.
Dalam hal inilah Allah swt. memperingatkan para orang tua agar menyelematkan diri dan keluarga mereka dari bahaya neraka yang mengancam mereka, baik neraka di dunia apalagi neraka akhirat:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.At-Tahrim 66:4)
Cikarang 18 Rajab 1428. (Calon Akhwat)
Browse » Home » » SHALAT & PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA
Jumat, 25 April 2008
SHALAT & PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar