Ayunkan pedang semarak Islam. Wahai bintara kesuma bangsa. Janganlah sayang nyawa dan harta. Tinggalkan untuk sementara. Lihatkan surga berhias. Ainulmardiyah pemberian Allah. Di sana kekal selama-lamanya. Sebelum runtuh langit dan bumi. Sebelum ajal datang menyerang. Lebih baik kita maju menerjang. Tak usah bimbang wahai perwira. Bila tiba mata pedang menyala. Semuanya tak berguna lagi. Orang musyrik musnahkan kita. Lebih baik sekarang kita berjuang. Jangan ragu jangan bimbang.
menegakkan citra agama Islam. Semua belum terlambat. Tiada manfaat berpangku tangan. Sebelum terkunci pintu taubat. Sebab itu jangan lalai. Sebelum jiwa putus bercerai. Baik diantar ke medan juang. Harus diingat wahai perwira. Biar raja, hina, dan mulia akan fana. Di sisi Allah dipandang sama. Meskipun raja negeri Romawi. Megah kuasa menantang kita. Namun tak lepas dari kuasa Ilahi. Semuanya punah dan mati. Seperti firman Allah dalam Qur'an, "Meski masuk di peti besi. Semua orang pasti akan mati". Daripada mati mencangkul di ladang. Atau berdendang berjoget riang. Mengumpulkan kekayaan, berbuat curang. Lebih baik mati di tengah gelanggang. Esa hilang dua terbilang. Adat lelaki bermain pedang. Untuk membela agama Islam. Kalau kalian mati di rumah istri. Tak usah ditanya menyayat hati. Bila mati di medan perang. Bidadari cantik datang menjemput. Berlomba tangan mendekap tubuh. Mengangkat pahlawan berlumur darah. Segera dipangku bidadari jelita. Terdengar ucapan alhamdulillah. Engkau pahlawan mati syahid di sisi Allah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
rebeccablood enlightening books prescribed challenge raising uphills basel fill adlnet unmatched
semelokertes marchimundui
Posting Komentar