Selasa, 30 Oktober 2007
DICIPTAKAN DARI TANAH
Kesimpulan bahwa sejak awal manusia ini diciptakan di Bumi semakin menemukan pijakannya, ketika kita membahas tentang asal-usul munculnya manusia. Khususnya membahas bahan dasar penyusun tubuhnya.
Ayat-ayat yang bercerita tentang pembentukan tubuh manusia sangatlah banyak di dalam Al Qur’an. Berpuluh ayat. Sehingga kalau tidak jeli kita akan merasa bingung sendiri. Karena itu, saya ajak anda untuk membaca ayat-ayat yang terkait sebanyak-banyaknya.
Bahan dasar pembentuk tubuh manusia digambarkan dengan sangat beragam oleh Al Quran. Suatu ketika Allah bercerita bahwa manusia dibentuk dari tanah. Di kali yang lain Allah bercerita bahwa manusia diciptakan dari air. Di kali yang lain lagi, Allah menginformasikan bahwa manusia diciptakan dari bertemunya sperma dan ovum. Di kali yang berbeda lagi, Allah menyebut segumpal darah. Bahkan di ayat yang berbeda lagi, Allah mengatakan menciptakan manusia dengan cara menumbuhkannya dari Bumi. Manakah yang benar?
Dalam bab ini kita akan membahasnya secara lebih khusus dan terinci. Untuk itu, terlebih dahulu marilah kita kaji ayat-ayat yang menceritakan bahwa manusia ini dibuat oleh Allah dari tanah.
Ada berbagai macam tanah yang disebut di dalam Al Qur’an. Ada tanah gembur & berdebu, ada tanah liat kering, ada lumpur hitam berbau, dan sebagainya. Inilah beberapa ayat di antaranya. Yang pertama adalah cerita bahwa manusia diciptakan dari tanah yang disebut ath thiin, sebagaimana ayat berikut ini.
QS. Shaad (38): 72
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah (thiin)".
Di dalam Al Qur’an kata thiin yang terkait dengan penciptaan Adam atau manusia secara umum, digunakan sebanyak 8 kali. Di bawah ini potongan ayatnya. Sengaja tidak saya kutip secara utuh, untuk meringkas pembahasan. Tapi anda bisa membacanya lebih detil dari Al Qur’an.
1. QS. Al An'aam (6): 2
‘menciptakan kalian (manusia) dari tanah’
2. QS. Al A'raaf (7): 12
‘dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah’
3. QS. Al Israa' (17): 61
‘orang (Adam) yang Kau ciptakan dari tanah
4. QS. Al Mu'minuun (23): 12
‘menciptakan manusia dari saripati tanah’
5. QS. As Sajdah (32): 7
‘memulai penciptaan manusia dari tanah’.
6. QS. Ash Shaaffaat (37): 11
‘menciptakan mereka dari tanah keras yang melunak (tanah liat).
7. QS. Shaad (38): 71
‘Aku akan menciptakan manusia dari tanah’
8. QS. Shaad (38): 76
‘dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah".
Namun, sebenarnya ada 2 ayat lagi yang menggunakan kata thiin yang tidak bercerita tentang penciptaan manusia. Yang pertama, bercerita tentang azab yang diturunkan Allah kepada orang kafir - kaum Luth - berupa batu-batuan yang berasal dari tanah keras, terdapat pada QS. Adz Dzaariyaat (51): 33. Sedangkan yang kedua bercerita tentang Fir'aun yang memerintahkan Haman untuk membangun menara dari tanah keras (thiin).
Tapi, justru dari kedua ayat inilah kita bisa memahami bahwa yang dimaksudkan dengan istilah thiin itu ternyata adalah tanah keras, seperti bebatuan.
QS. Adzaariyaat (51): 33
agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang keras (thiin)
QS. Al Qashash (28): 38
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah (ath thiin) kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".
Jadi manusia dan Adam, ternyata diciptakan Allah berasal dari tanah keras yang diistilahkan ath thiin itu. Namun, barangkali muncul di benak anda sebuah pertanyaan: lho yang diciptakan dari thiin itu Adam ataukah manusia pada umumnya?
Jawabnya adalah: dua-duanya. Adam diciptakan dari tanah keras itu. Dan manusia secara umum juga diciptakan dari tanah keras itu. Karena ayatnya memang berbunyi demikian.
Tapi kok aneh. Bukankah manusia seperti kita ini tidak diciptakan dari tanah. Kita tahu bahwa kita diciptakan oleh Allah lewat bapak dan ibu kita dari sperma dan ovum yang dipertemukan di dalam rahim ibu kita. Bukan dari tanah. Kalau nabi Adam sih, kabarnya begitu. Beliau diciptakan Allah dari tanah secara langsung.
Akan tetapi, tentu saja kita tidak bisa membantah informasi Qur'an ini, bahwa ternyata manusia - secara kolektif - juga diciptakan Allah dari tanah keras yang diistilahkan dengan thiin. Dimanakah salah pengertian ini terjadi? Sebelum saya jawab itu, saya ingin mengajak anda melihat salah satu ayat yang terkait dengan thiin tersebut, berikut ini.
QS. Al Mu'minuun (23): 12
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari suatu saripati (berasal) dari tanah (thiin).
Allah memberikan gambaran lanjutan tentang penciptaan Adam atau manusia secara kolektif, bahwa kita tidak diciptakan secara langsung dari thiin, melainkan dibuat ‘saripatinya’ terlebih dahulu. Yang kemudian diistilahkan sebagai sulaalatin min thiin.
Dan menariknya, sebelum disaripatikan, tanah keras itu ternyata mengalami pelapukan terlebih dahulu secara geologis menjadi tanah liat. Catatan geologis memberikan landasan yang sesuai dengan hal itu. Bahwa batuan beku gunung berapi bisa mengalami berbagai perubahan akibat suhu, tekanan, atau pun proses kimiawi yang terus menerus sehingga menjadi endapan lempung alias tanah liat.
QS. Ash Shaaffaat (37): 11
Maka tanyakanlah kepada mereka: "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat (hasil pelapukan - min thiini Ilazib)
Bukan hanya dari tanah keras yang disebut thiin yang sudah disaripatikan itu manusia dan Adam diciptakan. Allah juga menyebut-nyebut istilah lain untuk jenis tanah penyusun tubuh kita. Di antaranya adalah shalshaal, yaitu tanah liat kering. Dan ada penjelasan lanjutannya bahwa tanah liat kering itu berasal dari lumpur hitam. Atau ada juga yang terbakar seperti tembikar. Ada 3 ayat yang bercerita tentang hal itu. Diantaranya adalah berikut ini.
QS. Al Hijr (15): 26
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Ayat lainnya, dengan redaksi yang sama difirmankan Allah dalam QS. Al Hijr (15): 28 dan QS. Al Hijr (15): 33. Sedangkan tanah liat (shalshaal) dalam kalimat yang berbeda difirmankan Allah dalam ayat berikut.
QS. Ar Rahman (55): 14
Dia menciptakan manusia dari tanah kering (shalshaal) seperti tembikar.
Juga bukan hanya shalshaal yang disebut sebagai bahan penyusun, Allah menyebut jenis tanah yang berbeda lagi sebagai penyusun tubuh kita yaitu turab. Ada tujuh ayat yang menggunakan kata turab yang bisa memberikan penjelasan kepada kita tentang maknanya.
1. QS. Al Baqarah (2): 264
‘seperti batu licin yang di atasnya ada tanah'
(turab - tanah gembur)
2. QS. Ali Imran (3): 59
‘Allah menciptakan Adam dari tanah (turab)’
3. QS. Al Kahfi (18): 37
‘menciptakan kamu dari tanah (turab) kemudian dari setetes air mani’
4. QS. Al Hajj (22): 5
Kami telah menjadikan kalian dari tanah (turab), kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
5. QS. Ar Ruum (30): 20
Dia menciptakan kalian dari tanah (turab), kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
6. QS. Faathir (35): 11
Dan Allah menciptakan kalian dari tanah (turab), kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kalian berpasangan-laki-laki perempuan
7. QS. Al Mu'min (40): 67
Dia-lah yang menciptakan kalian dari tanah (turab) kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak
Secara umum kita memperoleh makna turab adalah tanah gembur di bagian permukaan Bumi. Dalam istilah geologi disebut sebagai topsoil. Inilah tanah paling subur yang sangat kaya dengan unsur-unsur biokimia yang diperlukan makhluk hidup. Termasuk manusia.
Lahan-lahan yang subur di muka Bumi adalah ketika lahan itu memiliki lapisan topsoil yang tebal. Sebaliknya, kawasan yang tandus adalah kawasan di mana permukaan tanahnya sudah kehilangan topsoil-nya.
Dari berbagai ayat itu, kita mulai bisa merasakan bahwa agaknya Allah memproses berbagai jenis tanah untuk menyiapkan bahan baku tubuh manusia. Kalau kita urutkan, tanah yang paling tua adalah ath thiin alias tanah keras.
Inilah batuan beku yang banyak terdapat di pegunungan. Batuan beku ini oleh Allah dilunakkan lewat proses-proses alamiah seperti perubahan suhu, perubahan tekanan, gerusan air dan angin, gesekan dengan batu-batuan lainnya, proses kimiawi, dan lain sebagainya. Maka, batuan beku itupun bertransformasi menjadi berbagai jenis tanah.
Di antaranya adalah tanah liat yang terbentuk dari endapan lumpur hitam. Tanah kering seperti tembikar yang terbentuk akibat perubahan suhu yang ekstrim. Dan akhirnya menjadi tanah gembur yang subur yang disebut Al Qur’an sebagai turab.
Proses geologis yang terjadi itu dimaksudkan untuk memperkaya kandungan zat-zat biokimiawi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai manusia. Di antaranya adalah Karbon yang terdapat di dalam batu-batuan. Hidrogen dan oksigen yang terdapat di dalam air. Nitrogen dalam udara. Belerang yang dimuntahkan oleh lava gunung berapi. Dan berbagai mineral yang terdapat dalam berbagai jenis bebatuan lainnya.
Jadi, tanah yang paling siap untuk menjadi bahan baku membentuk tubuh manusia adalah turab alias topsoil. Karena itu, kita lantas bisa mengerti ketika Allah mengatakan bahwa Dia memulai penciptaan manusia dari thiin. Karena ternyata thiin alias tanah keras itu masih membutuhkan proses lanjutan untuk menjadi bahan baku tubuh manusia.
QS. As Sajdah (32): 7-9
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah keras (thiin).
QS. Shaad (38): 71-72
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia (semuanya) dari tanah (thiin)".
Maka bila telah Kusempurnakan kejadian-nya dan Kutiupkan kepadanya ruhKu; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
Coba cermati ayat terakhir sebelum ini, Allah menegaskan bahwa dari tanah keras itu Allah melakukan proses penyempurnaan. Dan jika sudah sempurna kejadiannya, barulah Allah meniupkan ruh-Nya. Maka jadilah ia manusia.
Kembali kepada pertanyaan semula: Adam ataukah manusia, yang diciptakan dari tanah keras itu? Jawabnya tetap saja: dua-duanya. Ya Adam, ya manusia pada umumnya. Termasuk kita. Wah, benarkah kita diciptakan Allah dari tanah? Jawabnya adalah: benar.
Kalimat yang digunakan adalah khaliqun basyara min thiin - menciptakan manusia pada umumnya (basyar) dari tanah keras. Namun, sekali lagi ada proses lanjutannya yang harus kita pahami lebih jauh...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar