KHAWATIR akan kehilangan lahan pekerjaannya, menjadi prinsip dasar yang diugemi (dianut) komunitas adat Sedulur Sikep di Sukolilo, Pati dalam merespons rencana pendirian pabrik semen. Meskipun dianggap oleh sebagian kalangan sebagai masyarakat terbelakang dan tak ingin maju, justru wong Samin itu kokoh dengan pendiriannya.
Tidak hanya disuarakan melalui partisipasi kampanye lingkungan yang digelar Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), mereka juga menyampaikan hal tersebut secara langsung dengan Komisaris Utama PT Semen Gresik Tbk Dr Rizal Ramli, Rabu (2/4).
Pro dan kontra pabrik semen yang belakangan ini berkembang di masyarakat Sukolilo, menggugah bekas mantan Menteri Keuangan itu, menyambangi Sedulur Sikep. Kebetulan saat itu, dia tengah berkunjung ke Pati menjadi pembicara dalam dialog publik bertema "Revitalisasi Peran Industri dan UKM dalam Perekonomian Nasional" yang digelar Silaturahmi Mahasiswa Pati Jakarta (Simpati).
"Nek miturut tata carane Sedulur Sikep kanggo nyukupi sandang pangan kuwi nganggo cara tani. Ngenani anane pabrik semen, sedulur-sedulur khawatir pada nyalahi tradisi sing wis kelakon, ninggalno tani. Amangka dagang ikut nyalahi tata cara sedulur sikep," ujar perwakilan Sedulur Sikep Gunritno di hadapan Rizal Ramli.
Dengan suasana kekeluargaan, Rizal dijamu sederhana di pendapa di sebelah kediaman Gunritno di Dukuh Bombong, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo. Pria berkacamata yang baru dua tahun menjabat Komisaris Utama PT Semen Gresik itu pun tak canggung dengan sambutan ala kadarnya.
Bahkan, dia terlihat mengapresiasi betul keberadaan komunitas adat tersebut. "Jangan dianggap Sedulur Sikep ini terbelakang. Justru mereka pelestari tradisi yang harus dilindungi," ujar Ramli yang selalu mencatat setiap keluhan yang disampaikan wong Samin dengan bahasa Jawa di buku kecilnya.
Pemikiran untuk tetap mewariskan tata cara Sedulur Sikep tampaknya tak bisa ditawar lagi. "Misale gunung dikepras lan sawah padha dinggo pabrik semen, anak putu mengko nasibe piye?" tanya Sedulur Sikep lainnya, Gunarti.
Dalam pengertian lebih luas, masyarakat yang identik dengan pakaian hitam itu beranggapan, tidak hanya lahan sawah yang terancam hilang dengan adanya pabrik semen. Sumber air yang menjadi penopang kehidupan masyarakat Sukolilo secara luas pun dikhawatirkan musnah.
Secara tidak langsung, Sedulur Sikep juga "menggugat" ketidakadilan informasi tentang rencana investasi itu. Kalangan ini merasa bingung untuk mengadukan keresahan mereka. Karena sudah dua kali meminta informasi kepada sekda dan DPRD, jauh sebelum pro dan kontra meruncing, namun tak ada kepastian jawaban.
Sejauh ini, dari catatan JMPPK terdapat sekitar 47 mata air yang berada di Pegunungan Kendeng Sukolilo. Lokasinya menyebar di enam desa, yakni Kedumulyo, Gadudero, Sukolilo, Tompegunung, Sumbersoko, serta Baleadi.
Menanggapi hal tersebut, Rizal berjanji mempertimbangkan aspirasi masyarakat pelestari budaya tersebut.
"Meski laporan yang saya terima banyak yang menerima (pembangunan pabrik semen), namun saya tetap akan mencarikan solusi terbaik bagi yang kontra. Jangan sampai niat baik ini dijalankan dengan proses yang tidak baik seperti yang saat pembebasan lahan untuk Waduk Kedungombo," tandasnya. (M Noor Efendi-54)
Browse » Home »
Kabupaten Pati
» Saat Sedulur Sikep Mengadu ke Rizal Ramli, Tak Ingin Tradisi Bertani Hilang
Jumat, 04 April 2008
Saat Sedulur Sikep Mengadu ke Rizal Ramli, Tak Ingin Tradisi Bertani Hilang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar