(Persembahan Untuk Para Sahabat)
Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu...Ikhwan and akhwat...moga hati kita dipertautkan karena-Nya
Terimakasih Telah Menjadi Sahabat Dalam Hidup kami

rss

Jumat, 30 November 2007

DIMANAKAH DIA BERADA ?


Ya, dimanakah Tuhan berada? Di langit, di Bumi, Di surga, atau kah di hati setiap manusia? Kapan dan dimanakah kita bisa bertemu dan berinteraksi denganNya? Ini sungguh sebuah pertanyaan yang mendasar.

Setiap hamba selalu ingin bisa berinteraksi dengan Tuhannya. Karena pertemuan itu akan memberikan kekuatan dan keyakinan lebih jauh, bahwa Tuhan yang disembahnya itu memang ada. Bahwa Tuhan yang dijadikan tempat bergantung itu memang bisa memberikan pertolongan ketika dibutuhkan. Bahwa Tuhan yang dipuja-pujanya itu bisa memberikan ketentraman dan kebahagiaan saat ia gelisah menghadapi berbagai persoalan kehidupannya.

Ada dua hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu sebelum kita membahas keberadaan Allah. Yang pertama: apakah Allah menempati ruang, sehingga bisa disebutkan lokasi keberadaanNya. Dan yang kedua: Bagaimana kita bisa berinteraksi dengan Dzat Yang Maha Sempurna itu.

Pertanyaan tentang dimana Allah memang mengarahkan kita untuk berpikir bahwa Allah itu berada di dalam ruang alam semesta. Sebuah kesan spontan yang muncul, ketika kita ditodong dengan pertanyaan : 'Dimana'

Pertanyaan 'Dimana' sebenarnya hanya cocok diajukan kepada sesuatu yang berpindah-pindah tempat. Sekali waktu ada di sana , sekali waktu ada di sini. Di saat tertentu berada di atas, di waktu yang lain berada di bawah. Kadang di kanan, kadang di kiri, muka belakang. Dan seterusnya. Maka, lantas kita menanyakan: di mana dia? Dan jawabnya bisa berubah-ubah: di sana , di sini, di situ, dan seterusnya.

Sekarang bayangkan ada 'Sesuatu' yang Dia tidak berubah tempat dan sekaligus ada di mana-mana. Kemana pun kita menghadap di situ ada Dia! Dimana pun kita berada, di situ ada Dia! Ke atas, ke bawah, kanan, kiri, depan, belakang, di langit dan di bumi, selalu ada Dia dalam waktu yang bersamaan. Saat itu juga!

Bagaimana kita bisa bertanya: dimanakah Dia? Lho, apakah tidak boleh bertanya demikian untuk menegaskan keberadaanNya? Oh, tentu saja boleh. Tetapi pertanyaan itu adalah pertanyaan yang 'keliru alamat' dan ‘tidak bermakna’. Karena kita sedang bertanya tentang 'Sesuatu' yang 'posisiNya' tidak pernah berubah. Dulu, sekarang, dan nanti, ya tetap saja ‘posisiNya’. Untuk apa kita bertanya Dia ada dimana?

Apalagi, jika 'Sesuatu' itu tidak menempati 'tempat’ melainkan, justru 'ditempati' oleh tempat alias ruang. Artinya seluruh tempat dan ruang itu justru berada di dalam Dzat itu. Kenapa demikian? Karena Sesuatu itu adalah Dzat yang Maha Besar sehingga 'ruang' dan 'tempat' tidak cukup 'mewadahi' DzatNya. Justru 'Ruang' dan 'tempat' itulah yang berada di dalam DzatNya! Itulah Dzat Allah Azza wajalla, Tuhan yang Maha Agung.

Ruang alam semesta ini 'terlalu kecil' untuk mewadahi eksistensi Dzat Allah Yang Maha Besar! Padahal, alam semesta ini luar biasa besarnya. Yang ilmu astronomi mutakhir pun tidak bisa mengetahui dimana batasnya.

Itulah konsep ‘Allahu Akbar’ di dalam Al Qur’an yang mengajarkan kepada kita, bahwa tidak ada yang lebih besar dari pada Dzat Allah. Sehingga kalau kita membayangkan Allah berada di dalam ruang alam semesta, maka berarti alam semesta ini jauh lebih besar dari Dzat Allah. Ini kekeliruan yang sangat mendasar!

Ada memang, suatu kitab suci agama lain yang menginformasikan bahwa 'Ruh Tuhan' melayang-layang di angkasa sebelum menciptakan benda-benda langit seperti galaksi, bintang, dan planet-planet. Saya kira ini sebuah kekeliruan yang sangat fatal, karena mempersepsi Tuhan demikian kecilnya. Jauh lebih kecil dari ruang alam semesta.

Yang benar, Tuhan Allah adalah Dzat yang Maha Besar. Paling Besar. DzatNya tidak berada di dalam jagad raya semesta, melainkan jagad raya itulah yang berada di dalam Kebesaran Dzat Allah. Bahkan, jagad raya yang berisi triliunan benda langit itu, sebenarnya hanyalah setitik debu dari kebesaran Allah, Sang Maha Besar dan Maha Perkasa!

Maka, ketika kita bertanya: Dimanakah Dia berada? Kita bakal kebingungan menjawabnya. Bukan karena kita tidak tahu dimana Allah berada, melainkan karena kita sangat tahu bahwa Allah Demikian Besarnya, sehingga kemana pun kita menunjuk dan menghadapkan wajah kita, di situlah Allah berada! Ini persis dengan statement Allah di dalam Al Qur’an, berikut ini.

QS. Al Baqarah (2) : 115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.

Setidak-tidaknya, ada dua informasi yang terkandung di dalamnya ayat tersebut. Yang pertama, Allah mengatakan bahwa Allah meliputi Timur dan Barat, sehingga kemana pun kita menghadap, kita sedang menghadapi 'Wajah' Allah.

Hal ini menunjukkan betapa Luas dan Besarnya Tuhan yang menamakan Dirinya Allah itu. Apalagi, di bagian akhir ayat itu Allah menegaskan lagi dengan kalimat innallaha waasi’un 'aliim Sesungguhnya DIA Maha Luas lagi Maha Mengetahui.

Yang kedua, ayat tersebut juga menginformasikan tentang sifat Dzat Allah. Maksud saya, selama ini ada sementara kalangan yang sering mengemukakan pendapat bahwa kita tidak boleh dan tidak bisa memikirkan tentang Allah. Yang boleh adalah sekadar berpikir tentang ciptaanNya.

Tapi, kalau kita mau mencermati berbagai ayat di dalam Al Qur’an, Allah justru banyak memperkenalkan DiriNya kepada kita secara langsung maupun tidak langsung. Ratusan ayat yang memberikan informasi tentang Dzat Allah secara langsung. Dan ratusan lainnya lagi memberikan informasi tidak langsung lewat tanda-tanda, CiptaanNya, di sekitar kita. Maka, bagi saya, justru itu mendorong agar kita memahami apa dan bagaimanakah sebenarnya Allah Tuhan kita. Lebih jauh kita akan terus membahas di bagian-bagian berikutnya secara berkelanjutan.

Tapi di bagian ini, saya ingin memberikan kesimpulan sementara agar pembahasan kita bisa menemukan pijakan yang sama. Bahwa, Allah adalah Dzat yang Luar Biasa Besar Tidak Terbatas, sehingga alam semesta pun tidak mampu mewadahi EksistensiNya.

Karena itu, tidak perlu bingung-bingung mencari Allah berada di mana, karena kemana pun kita menghadapkan wajah, disanalah kita sedang berhadapan dengan ‘Wajah’ Allah... (Dahlia Putri)

MENUNGGU KEMATIAN


Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan menghidupkan bumi sesudah matinya.
Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kuburmu).
QS. Ar Ruum : 19

Bumi kita ini sebenarnya sudah sangat tua. Usianya sudah hampir 5 miliar tahun. Penelitian para pakar Geologi dengan menggunakan metode radiosotop menunjukkan hal itu. Maka, tidak heran Bumi mulai memperlihatkan gejala-gejala ketuaannya. Ibarat manusia, semakin renta dan digerogoti oleh penyakit degeneratif. Tulang-tulangnya mulai rapuh, kulitnya mengeriput, otot-ototnya mengeras dan kaku, pikirannya mulai pikun...

Selama 5 miliar tahun itu, bumi telah mengalami berbagai macam peristiwa. Mulai dari kelahiran dirinya sendiri, sampai gilirannya melahirkan berbagai macam makhluk di dalamnya.

Bumi terlahir sebagai anak matahari. Ia dulu bagian dari matahari, ketika masih berbentuk awan panas alias nebula. Awan panas itu berpusar-pusar, dengan bagian tengah yang paling panas. Semakin ke pinggir semakin dingin.

Maka bagian terpinggir pun bertambah dingin, dan mengarah, pada terbentuknya padatan. Menjadi cikal bakal planet. Begitulah, berangsur-angsur terbentuk planet-planet di sekitar matahari. Termasuk planet ke tiga, yang dinamakan Bumi. Seluruh planet di tata surya kita, yang sudah diketahui, ada 8 buah. Yaitu, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Sedangkan Pluto dan Xena, kini bukan kategori planet lagi.

Bumi terlahir berupa magma pijar berbentuk bola berputar. Tidak ada kehidupan apa pun pada awalnya. Karena suhunya ribuan derajat. Maka bebatuan pun leleh karenanya. Allah berfirman di dalam Al Qur’an bahwa Allah menciptakan bumi dari awan panas yang masih berupa asap.

QS. Fush shilat (41) : 11
Kemudian Dia mengarah kepada langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

Di ayat yang lain Allah menginformasikan bahwa langit dan Bumi itu memang dulunya satu. Kemudian dipisahkan antara keduanya. Dalam konteks ini adalah terbentuknya tatasurya.

Ayat berikut ini bisa bermakna universal menunjuk kepada cikal bakat alam semesta, atau bersifat parsial menunjuk kepada cikal bakal tatasurya. Keduanya memiliki proses yang kurang lebih sama. Bahwa benda-benda langit berasal dari kumpulan benda langit lainnya yang lebih besar.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dalam berbagai ayat, Allah bercerita bahwa penciptaan Bumi itu terjadi dalam 2 fase. Penciptaan atmosfernya dalam 2 fase. Dan menciptakan segala isinya dalam 4 fase.

QS. Fush shilat (41) : 9-10
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? Demikian itulah Tuhan semesta alam".

Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Ini adalah penjelasan) bagi orang-orang yang bertanya.

Ayat di atas menggambarkan bahwa Bumi diciptakan Allah dalam dua fase. Yang pertama adalah fase pembentukan habitat dan kawasannya, berupa daratan, gunung-gunung, lautan, dan berbagai fasilitas dasar. Dan yang ke dua adalah fase menciptakan berbagai makhluk hidup seperti tumbuhan, binatang dan manusia. Fase penetapan mekanisme rantai makanan bagi makhluk hidup.

Fase ke dua ini, oleh Allah dibagi lagi menjadi empat fase. Yang pertama, adalah fase ketika Allah menyiapkan komponen dasar kehidupan berupa munculnya unsur-unsur biokimiawi seperti hidrogen, oksigen, karbon dan sebagainya.

Unsur-unsur ini terbentuk di daratan maupun di udara. Di dalam Al Qur’an, Allah menyebut fase itu sebagai fase dimana makhluk manusia belum bisa disebut.

QS. Al Insaan (76) : 1
Bukankah telah datang atas manusia satu fase dari waktu, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Fase ke dua, adalah fase terbentuknya molekul-molekul biokimiawi, terutama air. Maka terbentuklah lautan dan mekanisme hujan. Zat utama yang bertanggungjawab atas munculnya kehidupan di muka bumi. Allah menegaskan bahwa semua makhluk hidup diciptakanNya dari air. Ada yang memahami ini secara harfiah dari molekul air. Ada juga yang memahaminya sebagai dimulai dari wilayah perairan.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Bagi yang memahami segala makhluk hidup diciptakan dari air, mereka menunjuk komposisi cikal bakal makhluk hidup memang didominasi oleh air. Manusia misalnya. Manusia dewasa badannya terdiri dari 70% air. Pada anak-anak lebih besar, yaitu sekitar 80%. Sedangkan pada sel telur dan sperma, komposisinya adalah 96% air. Jadi komposisi air semakin besar ketika kita mengarah ke sumber asal-usulnya.

Sedangkan pemahaman yang ke dua, mengacu kepada munculnya kehidupan di muka bumi untuk pertama kalinya diperkirakan dari wilayah perairan. Kemudian menyebar ke daratan. Hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Namun demikian, kita bisa mengambil kesimpulan secara simultan, bahwa makhluk hidup diciptakan dari air dan sekaligus muncul dari wilayah perairan.

Kenapa demikian? Karena lautan yang terbentuk di permukaan bumi untuk pertama kalinya itulah tempat paling ideal untuk memulai kehidupan. Seluruh zat yang diperlukan sebagai penyusun makhluk hidup ada di dalam lautan.

Air lautan, kita tahu berasal dari berbagai wilayah di permukaan bumi. Mata airnya berasal dari berbagai pegunungan di seantero daratan. la mengalir sebagai air sungai, dan melarutkan berbagai macam mineral dari seluruh wilayah bumi. Semuanya dibawa menuju lautan. Berkumpul di air samudera. Maka, seluruh zat penyusun tubuh makhluk hidup tersedia di sini.

QS. An Nuur (24) : 45
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. Al Baqoroh (2) : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

Air adalah komposisi utama makhluk hidup. Karena itu munculnya kehidupan di suatu planet mesti didahului oleh munculnya mekanisme sirkulasi air yang sempurna terlebih dahulu. Sehingga di ayat tersebut di atas Allah memberikan gambaran, setelah menjadikan bumi sebagai hamparan, Allah menurunkan hujan dari langit. Muncul mekanisme sirkulasi air: air hujan menyirami bumi, menghasilkan mata air, muncul sungai dan danau, lantas menuju ke lautan, dan akhirnya menguap kembali menjadi awan. Awan menghasilkan hujan yang menyebar di seluruh wilayah daratan. Mekanisme seperti ini memungkinkan munculnya kehidupan di muka bumi. Semua wilayah mendapat suplai air, dalam kadar yang berbeda-beda.

QS. Al An'aam (6) : 99
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (keberadaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Itulah fase ke dua dan ke tiga dalam penciptaan makhluk hidup, munculnya mekanisme air, yang kemudian diikuti oleh munculnya tumbuhan dan binatang dalam proses rantai makanan. Allah menetapkan kadar makanan untuk kelangsungan hidup di muka bumi, demikian Dia berfirman.

Sedangkan fase yang ke empat adalah munculnya makhluk berderajat paling tinggi di muka Bumi, yaitu manusia. Masuknya manusia adalah pada fase terakhir, ketika semua fasilitas kehidupan di muka bumi telah tersedia dalam mekanisme yang sempurna. Dalam keseimbangan berkelanjutan.

Sehingga, Allah menyebut segala yang ada ini diciptakan untuk manusia. Semuanya. Baik itu berupa habitat, tumbuh-tumbuhan, maupun binatang. Tetapi celakanya, meski manusia menjadi raja atas semua fasilitas itu, kelak terbukti, manusia pula yang lantas menghancurkan segala keseimbangan di bumi. Yang kemudian mencelakakan dirinya sendiri.

QS. Al Baqoroh (2) : 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

QS. Al Baqoroh (2) : 205
Dan ketika ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

Begitulah Allah menciptakan Bumi sebagai habitat manusia. Planet istimewa ini telah berusia lanjut, hampir 5 miliar tahun. Meskipun kehidupan manusia modern diperkirakan baru berlangsung sekitar puluhan ribu tahun saja.

Kita semua memang hidup di fase-fase terakhir dari penciptaan Bumi. Fase dimana Bumi justru sedang mendekati ajalnya. Menjelang kematiannya.

Ya, Bumi semakin tua. Kini sedang menunggu datangnya maut. Entah kapan. Yang jelas kondisinya semakin lama semakin memburuk. Para 'dokter' mulai khawatir, Bumi sedang memasuki sekarat. Jika, 'pengobatan' yang diberikan tidak tepat dan segera, maka Bumi tidak akan tertolong lagi.

Celakanya, beban Bumi bukan sedang bertambah ringan. Melainkan semakin berat. Jumlah penduduknya berlipat 400% dalam waktu 100 tahun terakhir. Dari 1,5 miliar manusia di tahun 1900-an menjadi 6 miliar dewasa ini.

Konsekuensinya, Bumi dipaksa untuk menyediakan segala kebutuhan dasar kehidupan manusia seperti makanan, air bersih, energi, dan lain sebagainya secara cepat. Maka bumi pun goyah dan kelimpungan. Hilang keseimbangan. Apalagi, manusia melakukan eksploitasinya secara brutal. Tak mempertimbangkan kondisi Bumi yang sudah melemah. Bumi benar-benar memasuki fase-fase sekarat..!!

QS. Az Zalzalah (99) : 2
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?"...(Firliana Putri)

KIAMAT SUDAH DEKAT


Telah dekat kepada manusia
hari perhitungan segala amalan mereka,
sedang mereka berada dalam kelalaian
lagi tak menghiraukannya
QS. Al Anbiyaa' : 1

Kiamat sudah dekat! Begitulah kata Allah di dalam Al Qur’an. Itulah hari hancurnya segala kehidupan di muka bumi. Maka, Hari Berbangkit pun bakal terjadi tidak lama lagi. Yaitu ketika manusia dibangkitkan dari kematiannya. Dari dalam kuburnya. Dan, karena itu, Hari Perhitungan pun sudah hampir datang. Saat manusia dihitung segala amal perbuatannya. Antara perbuatan buruk dan amalan baiknya, kemudian dibalasiNya...

Benarkan semua itu sudah dekat dan bakal terjadi tidak lama lagi? Ya begitulah. Ada dua penjelasan tentang dekatnya hari Kiamat, hari Berbangkit dan hari Perhitungan itu.

Pertama, Hari Kiamat bakal terjadi tidak lama lagi dihitung dari saat-saat terjadinya kematian kita. Kenapa demikian? Karena saat berada di dalam Kubur, kita tidak akan merasakan waktu yang lama. Terasa singkat. Seperti satu hari atau setengah hari. Sebagaimana dikemukakan Allah di dalam FirmanNya.

QS. Al Israa' (17) : 52
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.

Di ayat lain lebih tegas, bahwa waktu di alam kubur itu memang terasa demikian singkat. Satu hari atau setengah hari saja. Bahkan, kehidupan di Bumi pun ketika dibandingkan dengan kehidupan akhirat menjadi sangat singkat. Juga, seperti satu hari atau setengah hari. Semua itu, disebabkan adanya relativitas waktu antara Dunia dan Akhirat.

QS. Al Mukminuun (23) : 112-113
Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."

Secara umum Allah mengatakan bahwa masa penantian di alam Barzakh itu memang berlangsung sangat cepat. Bagaikan waktu satu hari, atau lebih cepat tagi. Berarti, jika seseorang meninggal pada hari Minggu, sehari kemudian, yaitu hari Senin dia sudah akan dibangkitkan dari dalam kuburnya.

Anda mungkin masih merasa aneh dengan penjelasan ini. Akan lebih gamblang jika saya contohkan dengan orang tidur. Ya, kematian adalah ibarat orang tidur lelap. Tak merasakan apa-apa. Ketika terbangun, dia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Jika anda tanyai: hei berapa lama kamu tidur? dia pasti akan geleng-geleng kepala sambil mengatakan: entahlah, mungkin satu atau dua jam. Padahal ia telah tertidur selama 6-7 jam.

Ya, orang yang terbangun dari tidur lelapnya tidak akan pernah tahu berapa lama ia tertidur. Ia baru akan tahu lama tidurnya, jika ia melihat ke jam tangannya: 'Oh, ternyata saya tertidur selama 6-7 jam. Lama juga, ya...'

Begitulah yang digambarkan oleh Allah dalam Al Qur'an terhadap orang-orang yang dibangkitkan dari dalam kuburnya. Ia merasa seperti bangun dari tidur saja.

QS. Yaa Siin (36) : 52
Mereka berkata: "Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya).

Maka kembali kepada hari Kebangkitan, Allah menegaskan bahwa saat-saat itu akan datang dengan cepat. Tak lama lagi. 'Sehari' sesudah kematian datang menjemput kita. Padahal, datangnya kematian itu pun tidak pernah kita ketahui. Yakinkah anda bahwa anda bakal masih hidup di tahun depan? Atau bulan depan? Minggu depan? Besok pagi? Satu jam lagi? Tidak, bukan?
Nah, inilah misteri kehidupan paling besar dalam kehidupan manusia: 'kematian', dan seluruh peristiwa yang bakal terjadi sesudah kematian. Yang jelas saat-saat itu bakal datang kepada setiap orang. Semakin mendekati kita semua...

Penjelasan yang ke dua tentang sudah dekatnya kiamat itu muncul dari prediksi astronomi. Bahwa Bumi ini bakal mengalami 'kecelakaan' dan bertabrakan dengan segerombolan benda langit di kabut Oort.

Itulah saat-saat hancurnya planet bumi, dengan kerusakan yang sangat fatal. Bumi bakal dibombardir oleh jutaan bebatuan dari angkasa luar, sehingga muncul angin badai, gempa bumi, gunung meletus dan bencana tsunami di mana-mana.

Kapan itu terjadi? Para pakar Astronomi mulai melihat tanda-tandanya dan menduga-duga waktu terjadinya. Yang jelas, kehancuran kehidupan bumi itu sudah pernah melanda bumi beberapa kali secara periodik, setiap 150-200 juta tahun sekali. Yang terakhir adalah di jaman Dinosaurus, sekitar 200 juta tahun yang lalu. Waktu itu, kehidupan makhluk raksasa itu mengalami kehancuran dan musnah.

Jika itu terjadi secara periodik, berarti peristiwa berikutnya akan terjadi tidak lama lagi? Ya, begitulah. Sekaranglah waktunya, planet bumi bakal didatangi lagi oleh segerombolan batuan dari angkasa luar dalam jumlah besar. Dan kemudian mengalami kehancurannya. Kapan persisnya? Allah mengatakan bahwa Dia masih merahasiakannya...

QS. Thaahaa (20) : 15
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri dibalas dengan apa yang ia usahakan.

QS. Al Ahzab (33) : 63
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.


TANDA-TANDA KIAMAT


Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu
kecuali hari kiamat (yang) datangnya kepada
mereka secara tiba-tiba, karena sesungguhnya
telah datang tanda-tandanya...
QS. Muhammad (47) : 18

Kalau kiamat sudah dekat, maka adakah tanda-tandanya? Ternyata Allah telah menginformasikannya di dalam Al Qur’an. Bahwa tanda-tanda kiamat itu sudah kelihatan. Akan tetapi, Allah tidak merincinya lebih lanjut. Sehingga kita harus mencari dari sumber lainnya. Yang pertama, info itu muncul dari penjelasan Rasulullah saw. Dan yang ke dua dari pengamatan ilmiah tentang memburuknya kondisi bumi dan kehidupan di dalamnya.

Dalam ayat berikut ini Allah menjelaskan kepada kita bahwa tanda-tanda kiamat itu sudah kelihatan. Namun, kepastian datangnya kiamat ternyata berada di luar kuasa manusia. Bahkan, soal waktu datangnya pun sulit ditentukan.

QS. Muhammad (47) : 18
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?

Kenapa demikian? Karena gerombolan batu yang bakal datang menghancurkan Bumi itu berada di luar jangkauan manusia. Lintasannya belum bisa diamati. Yang diketahui hanyalah, bumi dulu pernah mengalami kejadian serupa beberapa kali. Nah, kini saatnya sudah dekat. Cuma itu informasinya.

Allah sengaja merahasiakannya agar manusia tidak bisa menghindari bencana dahsyat itu. Dia hanya memberikan tanda-tandanya. Di antaranya, Allah sudah menyebut nabi Muhammad sebagai Rasul penutup jaman. Rasul terakhir.
Berarti, tidak ada lagi rasul-rasul sesudah beliau. Atau dengan kata lain, beliau adalah rasul untuk jaman akhir. Jaman yang sudah dekat dengan peristiwa kiamat.

QS. Al Ahzab (33) : 40
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dan dalam sebuah hadits (Bukhari-Muslim), Rasulullah saw membenarkan hal itu, sebagaimana diceritakan oleh Anas r.a.
Anas r.a. berkata, Nabi saw bersabda: aku diutus oleh Allah pada saat yang sangat dekat dengan hari kiamat bagaikan kedua jari (yang bersebelahan).

Maka, dalam berbagai hadits lain, Rasulullah menceritakan tentang tanda-tanda datangnya hari kehancuran itu. Di antaranya, Rasulullah bersabda sebagaimana diceritakan dalam Shahih BukhariMuslim berikut ini.
Anas r.a. berkata, Nabi Bersabda bahwa sungguh di antara tanda-tanda datangnya kiamat itu adalah hilangnya ilmu (agama), dipertahankannya kebodohan (dalam beragama), dan tersebar luasnya minuman keras, serta pelacuran.

Apakah tanda-tanda itu sudah terlihat kini? Oh ya, sangat jelas. Kita melihat betapa manusia semakin meninggalkan petunjuk Al Qur’an. Meskipun kebenaran Al Qur’an itu sendiri semakin terbukti. Tetapi manusia cuek dengan kebenaran itu dan lebih suka mengikuti keinginan hawa nafsunya.

Selain itu, pembelajaran ilmu agama semakin terpinggirkan. Kita lebih suka belajar agama hanya kulit luarnya saja. Hanya tata caranya saja. Jauh dari makna yang terkandung di dalamnya. Bahkan kita lebih suka menjalankan ritual-ritual agama tanpa paham maknanya. Karena itu, ibadah yang kita jalankan ini seringkali tidak memberikan dampak positif.

Itulah yang disebut Al Qur’an, dalam surat Al Maa'uun: banyak orang shalat tapi tetap celaka (masuk neraka), karena mereka lalai terhadap shalatnya, dan sekadar pamer alias riya' dalam beribadah.

Tanda-tanda kiamat lainnya menurut hadits di atas adalah, banyak manusia yang lebih suka mempertahankan kebodohan di dalam beragama. Banyak orang beragama tidak lagi menggunakan akal, melainkan sekadar ikut-ikutan. Padahal, jelas-jelas Allah melarang kita untuk ikut-ikutan di dalam beragama. Orang yang beragama tanpa menggunakan akalnya, bakal mengalami masalah. Bahkan bisa tersesat.

QS. Al Israa' (17) : 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

QS. Yunus (10) : 100
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

QS. Adz Dzaariyaat (51) : 11
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai.

Begitulah kalau beragama hanya sekadar ikut-ikutan, dan tidak mempergunakan akal, yang terjadi adalah kerusakan. Atau, setidak-tidaknya tidak bermanfaat. Bahkan, seringkali diakali oleh orang-orang yang punya kepentingan di dalamnya. Sehingga, Allah 'murka' kepada orang-orang yang tidak menggunakan akal.

Jika cara demikian ini diterus-teruskan, bukan rahmatan lil alamiin yang akan kita peroleh, melainkan kehancuran. Kiamat! Beragama harus dilakukan dengan kepahaman yang baik. Dan dijalankan dengan penuh pengertian akan maksudnya. Tujuannya. Kepentingannya.

Tanda-tanda datangnya kiamat juga terlihat dari semakin banyaknya peredaran khamr dan pelacuran. Khamr adalah sesuatu yang memabukkan seperti minuman keras dan narkoba. Yang menyebabkan hilangnya akal sehat.

Kita semua tahu, hal-hal semacam ini kalau dibiarkan merajalela bakal menghancurkan suatu masyarakat ataupun bangsa. lni adalah perbuatan yang merusak generasi masa depan. Islam sangat melarang perilaku yang seperti ini. Jika, diterus-teruskan pastilah yang akan terjadi adalah kiamat bagi masyarakat itu.

Kita lihat saja, bangsa-bangsa yang melakukan praktek demikian akan mengalami penurunan kualitasnya. Dan sedang menuju kehancurannya.

Kalau kita lihat di sekitar kita, banyak bangsa yang telah terjebak dalam kondisi itu. Apakah mereka juga bakal mengalami kehancuran? Tentu saja. Kapankah itu terjadi? Bergantung kondisinya. Yang jelas Allah mengatakan: Tidak lama lagi, tinggal menghitung hari.

QS. Maryam (19) : 84
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.

Maka, tanda-tanda terjadinya kiamat itu sebenarnya adalah sesuatu yang logis dalam kehidupan kita. Jika kondisi seperti itu sudah meluas di seluruh permukaan bumi, semua bangsa, maka bumi ini bakal mengalami kehancurannya.

Nah, apakah kita telah melihat tanda-tanda itu dalam kehidupan modern? Ya, telah terjadi dimana-mana. Kejahatan dan 'kebodohan agama' telah meruyak dimana-mana. Merata di berbagai bangsa.

Maka bergantung kita. Apakah hal ini akan kita teruskan ataukah kita surutkan. Jika kita surutkan, Insya Allah kiamat tidak akan segera terjadi. Allah menunda kehancuran itu sampai kejahatan dan kebodohan terjadi dalam kadar yang sangat fatal.

Di suatu hadits dikatakan, jika masih ada manusia yang beribadah kepadaNya, Allah masih belum akan menghancurkan kehidupan di muka bumi. Atau dalam kalimat yang berbeda dikatakan bahwa sejahat-jahatnya manusia adalah orang yang masih hidup saat datangnya kiamat...

Tanda-tanda akhir jaman lainnya adalah terjadinya pembunuhan dimana-mana. Nyawa manusia seperti tidak ada harganya. Entah karena rebutan kekuasaan politik, ekonomi, harga diri, atau apa pun, begitu gampangnya manusia membunuh sesamanya...

Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw bersabda: saatnya semakin dekat, amal kebaikan makin berkurang, dan kebakhilan makin merata, fitnah merajalela, serta banyak haraj. Sahabat bertanya: apakah haraj itu? Jawab Nabi saw: pembunuhan, pembunuhan.
[HR. Bukhari-Muslim](Firliana Putri)

Rabu, 28 November 2007

Suka Duka Buah Zaitun. Tua, Muda, Warna Beda, Peran Tetap Sama


Buah zaitun sering di jumpai pada slad. Jika dilihat sepintas, bentuknya mirip melinjo. namun warnanya tidak beragam seperti melinjo, hanya ada dua, hitam dab hijau. Keduanya mempunyai ukuran serta rasa yang sama, masam dan asin. Bedanya zaitun hijau merupakan buah yang masih muda. "Buah zaitun selain digunakan untuk salad, juga berperan sebagai garnish," Jelas Mudji, excecutive sour chef mercure grand mirama hotel surabay.

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa buah zaitun tergolong makanan yang bagus. sebab, buah tersebut mengandung kalsium, zat besi, dan fosfat. Zaitun juga mengandung vitamin A dan B.

Selain dapat di konsumsi, buah zaitun juga dapat mengeluarkan minyak. Dan hal ini sering disebut dengan minyak zaitun. Sebagaimana buahnya, minyak zaitun juga mempunyai banyak manfaat. diantaranya, minyak daribuah ini sangat bermanfaat bagi sistem pencernaan dan peredaran darah.

Minyak zaitun digunakan pula sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik serta sabun mandi. Apalagi, hal itu ditunjang oleh keunggulan minyak zaitun yang mampu menghaluskan kulit. (Diolah dari Jawa Pos)

BERSHALAT DALAM MAKNA

Kebanyakan kita shalat secara hafalan. Sangat jarang yang melakukan shalat dengan memahami maknanya Padahal kunci kekhusyukan shalat adalah kefahaman tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan. Maka, mau tidak mau kita harus menggunakan akal untuk memahami makna shalat kita.

Jika tidak, maka hal yang menimpa laki-laki yang pernah disuruh Rasul mengulangi shalatnya sampai 3 kali bakal menimpa kita. Artinya, shalat kita ternyata tidak memiliki makna apa-apa. Dan dianggap belum melaksanakan shalat. Tentu, shalat yang demikian, bukanlah seperti yang diharapkan Rasulullah saw. Apalagi, kalau kita ingin ketemu Allah, tentu sangatlah jauh. Karena itu, marilah kita mulai berusaha untuk memaknai setiap shalat kita.

Secara umum, makna shalat kita ada 2, yaitu 'berdzikir' dan 'berdo'a'. Maka, sebelum kita memulai shalat, kita harus sudah membangun suasana hati, bahwa shalat itu bertujuan untuk 'berdzikir' dan 'berdo'a'.

1. Shalat sebagai Dzikir kepada Allah

Untuk apakah berdzikir? Fungsinya adalah agar kita ‘ingat’ terus dengan Allah. Untuk apa 'ingat' sama Allah? Agar setiap 'langkah kehidupan' kita bermakna laa ilaaha illaallaah. Kenapa mesti laa ilaaha illallah? Disinilah proses keimanan berperan penting! Orang yang tidak menggunakan akalnya tidak akan bisa menemukan jawabnya.

Proses keimanan yang baik adalah seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim. Beliau beriman kepada Allah bukan karena memperoleh warisan dari orang tuanya, atau gurunya. beliau memperolehnya dengan cara 'bereksperimen': mencari ‘SESUATU’ yang layak dianggap sebagai Tuhan.

Maka, Allah mengabadikan catatan sejarah 'pencarian' Ibrahim itu di dalam al Qur'an. Dan kita semua umat muhammad disuruhNya untuk meneladani beliau. Dan bahkan, kemudian menjadikan do'a Ibrahim itu sebagai salah satu do'a yang kita baca di dalam shalat kita setiap hari.

(Baca rentetan ayat berikut ini. Dan, perhatikan bagian terakhir, yaitu di ayat 79. Do’a tersebut diabadikan sebagai do'a iftitah dalam shalat yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita.)

QS. Al An'aam (6): 74 - 79
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar. "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".

"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan Bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. "

"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".

"Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”

"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan Bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."

Dari pencariannya itulah Ibrahim akhirnya memperoleh kesimpulan yang sangat mendasar, bahwa kehidupan kita ini harus berorientasi kepada satu tujuan saja, yaitu Allah. Kenapa demikian? Karena ternyata segala sesuatu yang selain DIA hanya semu belaka. Semuanya akan musnah dan binasa kecuali Allah saja.

QS. Qashaash (28): 88
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada Nyalah kamu dikembalikan."

Kesimpulan itulah yang merasuk ke dalam jiwa Nabi Ibrahim, sehingga beliau memiliki keteguhan iman yang luar biasa. Tidak bisa digoyahkan, meskipun diperintahkan untuk mengorbankan anak yang dicintainya, Ismail. Maka, Allah lantas memerintahkan kepada kita semua untuk mengikuti cara-cara Ibrahim di dalam beragama, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.

QS. An Nisaa'(4): 125
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya."

Segala yang kita miliki dan kita bangga-banggakan bakal lenyap. Harta yang bertumpuk, kekuasaan, penampilan diri, dan berbagai kecintaan pada Dunia bakal berakhir seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi Allah tidak. Itulah sebagian dari makna laa ilaaha illallah.

Karena itu, semua tujuan hidup mesti kita arahkan kepada Allah saja. Dialah yang memiliki segala kebahagiaan Dunia dan kebahagiaan Akhirat. Maka, jika Dia berkehendak, segalanya bisa terjadi untuk kebahagiaan kita di Dunia dan Akhirat nanti.

Inilah yang dimaksudkan dengan berdzikir kepada Allah. Bukan sekedar ingat Allah, dengan tidak jelas jluntrungannya, melainkan ingat dalam arti laa ilaaha illallah. Ingat bahwa seluruh eksistensi ini hanya milik Allah belaka.

Bahwa Allah lah yang layak mengisi ingatan kita setiap saat setiap waktu. (Secara lebih detil akan saya uraikan pada pembahasan secara terpisah). Itulah yang kita rasakan dalam shalat. Dan itu pula yang kita lakukan setelah shalat, sebagaimana DIA ajarkan pada ayat-ayat berikut ini.

QS. Thahaa (20): 14
'Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."

QS. An Nisaa'(4): 103
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

Secara umum, dengan selalu ingat kepada Allah kita akan memetik banyak manfaat, diantaranya adalah:

1. Hati kita akan selalu tenang dan tentram, jauh dari rasa was-was. Sebagaimana difirmankan Allah berikut ini.
QS. Ar Ra'd (13): 28
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tenteram.

2. Menjadi orang yang 'tahan banting' alias sabar dan tegar, karena kita merasa selalu dekat dengan Allah.
QS. Al Baqarah (2): 153
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

3. Menjadi orang yang ikhlas dan rendah hati, karena kita tahu bahwa kita ini memang sebenarnya kecil. Hanya Allah yang Maha Besar.
QS. Al Furqaan (25): 63 - 64
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas Bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. " "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka."

4. Terhindar dari perbuatan yang kotor (keji) dan merugikan (mungkar) orang lain.
QS. Al Ankabut (29): 45
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

5. Menjadi orang yang 'Berhati kaya', alias tidak 'Serakah' dan suka menolong orang lain, karena kita merasa dekat dengan Dzat Yang Maha Kaya lagi Menyayangi.
QS. Ali lmran (3):134
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan masih ratusan manfaat lagi yang bisa kita petik dari kedekatan kita kepada Allah. Secara umum Allah mengatakan bahwa orang yang dekat kepada Allah akan terjauhkan dari rasa sedih dan bakal bergembira terus di Dunia maupun di Akhirat. Sebagaimana Dia firmankan berikut ini.
QS. Yunus (10): 62 - 64
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bettakwa."
"Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di Dunia dan (dalam kehidupan) di Akhirat. Tdak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.”

2. Shalat adalah Berdo'a.

Seringkali, shalat kita tidak bermakna sebagai do'a (permintaan tolong kepada Allah). Shalat adalah sebuah kewajiban belaka. Sedangkan untuk berdoa, kebanyakan kita melakukannya di luar shalat. Misalnya, setelah shalat. Atau, waktu-waktu lain yang dianggap mustajab.

Padahal, coba perhatikan ayat-ayat berikut ini. Allah memerintahkan agar kita minta tolong (berdo'a) kepadaNya dengan cara shalat. Mereka adalah orang-orang, yang istilah Allah ‘lambungnya jauh dari tempat tidumya’. Artinya, mereka banyak melakukan shalat malam untuk berdo'a kepada Allah dengan penuh harap.

QS. Al Baqarah (2): 45
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat Dan sesungguhnya yang demikian itu. sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'

QS. Al Badarah (2): 153
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

QS. As Sajdah (32): 15 - 16
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri,

Lambung mereka jauh dari tempat tidumya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Nah, dengan demikian, mestinya kita mulai merubah cara minta tolong kita kepada Allah. Cara berdo'a yang paling baik yang dianjurkan Allah adalah dengan melakukan shalat. Di dalam shalat itulah kita berdo'a dan memohon pertolongan atas berbagai permasalahan yang kita hadapi. Dan setelah itu, tunggulah 'hasilnya' dengan penuh kesabaran.

Namun demikian, berdo'a memang tidak dibatasi hanya dalam shalat. Allah 'menerima' do'a kita kapan saja kita butuh. Akan tetapi, shalat adalah tatacara yang secara 'formal' diajarkan oleh Allah. Insya Allah, jika kita mengikuti petunjuk tersebut do'a kita lebih mustajab.

Pada dasarnya, tatacara dan ucapan-ucapan di dalam shalat telah ditentukan oleh Rasulullah saw. Akan tetapi, kita bisa memaknai ucapan-ucapan itu dengan hal-hal yang sedang menjadi permasalahan dalam kehidupan kita. Sehingga do'a kita di dalam shalat itu tidaklah hambar, melainkan 'ngematch' alias nyambung dengan problem kehidupan sehari-hari.

Selain memberikan makna kepada do'a standar dalam shalat, ada saat-saat yang kita diperbolehkan berdoa secara 'lebih bebas' di dalam shalat kita. Di antaranya adalah pada saat i'tidal, yaitu seusai membaca do'a i'tidal (contohnya: ada yang membaca do'a Qunut ada yang tidak).

Saat-saat yang lain, adalah ketika duduk di antara dua sujud, dimana kita selalu mengucapkan do'a memohon kesehatan, rezeki, permohonan ampun dan permintaan maaf, dan lain sebagainya. Juga di dalam sujud, dimana kita sedang dalam 'kondisi terdekat' kita dengan Allah. Dan akhirnya, pada saat menjelang salam, setelah membaca tasyahud akhir dan shalawat Nabi.

Begitulah, sangat banyak kesempatan yang diberikan kepada kita untuk berdo'a di dalam shalat. Intinya, agar shalat kita tidak terasa hambar. Tetapi memiliki 'muatan' kebutuhan hidup dan permintaan tolong kepada Allah atas segala problem kehidupan kita.
Dan yang paling penting dari proses berdo'a kita itu adalah sikap hati. Janganlah kita ragu di dalam berdo'a. Yakinlah, Allah pasti menjawab do'a kita, asalkan kita memang bersungguh-sungguh di dalam berdo'a. Hal itu telah Dia janjikan dalam firmanNya. Nggak usah ragu. Sekali lagi jangan sampai ragu, karena Allah akan mengabulkan do'a kita sesuai dengan prasangka hati kita. Kalau yakin, hasilnya ya meyakinkan. Kalau ragu, hasilnya ya meragukan.

QS. Al Baqarah (2): 186
"Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. "

Sebelum lebih jauh kita membahas makna do'a-do'a shalat, maka cermatilah firman-firman Allah berikut ini agar do'a kita di dalam shalat lebih 'diperhatikan' Allah. Dan mudah-mudahan dikabulkanNya.

QS. Yunus (10): 22
"... dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada Nya semata-mata... "

QS. As Sajdah (32): 16
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

QS. Al Qalam (68): 48
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).

QS. Al Israa' (17): 11
Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat torgesa-gesa.

QS. Al A'raaf (7): 55
Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang, yang melampaui batas.

Lewat ayat-ayat tersebut Allah mengajarkan kepada kita bahwa do'a yang baik adalah mengikuti kondisi-kondisi tersebut. Di antaranya adalah :
1. Berdo'alah dengan penuh keikhlasan, hanya semata mata, kepada Allah saja. Bahkan, kalimat yang digunakan adalah, mukhlisiina lahuddiin, yaitu mengikhlaskan diri dalam beragama. Bukan hanya ketika berdo'a, melainkan dalam seluruh peribadatan yang kita jalankan, kita ikhlas hanya untuk Allah saja.
2. Dengan rasa takut dan penuh harap. Artinya, janganlah kita berdo'a dengan tidak serius. Misalnya, dengan perasaan 'cuek' dikabulkan syukur, nggak dikabulkan ya sudah. Berdo'a yang seperti ini tidaklah serius. Berdo'a adalah memohon pertolongan kepada Allah, maka tentu dilakukan dengan sepenuh hati dan 'harap-harap cemas'.
3. Jangan berdo'a dalam keadaan marah atau penuh kebencian atas perbuatan seseorang kepada kita. Bertawakallah kepada Allah dengan penuh kesabaran, Insya Allah Dia akan memberikan yang tebaik buat kita.
4. Jangan berdo'a untuk kejahatan. Ikutilah jalan yang lurus yang diajarkan Allah dan RasulNya kepada kita. Meskipun kita sedang terjepit, usahakan agar kita tidak melakukan kejahatan. Sekali lagi bertawakallah kepada Allah, maka Dia akan memberikan yang terbaik buat kita.
5. Ucapkanlah do'a kita dengan suara yang lembut dan berendah diri kepada Allah. Jangan berdo'a dengan suara yang keras, karena Allah sebenarnya begitu dekat dengan kita. Dia lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita (QS.50:16). Dia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hati kita. Jadi kenapa kita mesti berteriak-teriak dalam berdo'a. Orang-orang yang berdo'a dengan suara keras, cenderung memiliki hati yang riya' atau pamer kepada orang lain. Do'a yang demikian menjadi tidak ikhlas adanya.


BERWUDLU DALAM MAKNA

Apakah sebenarnya makna wudlu? Apakah ia berfungsi membersihkan ataukah mensucikan? Ternyata, berwudlu lebih memiliki makna untuk mensucikan diri. Bukan sekedar membersihkan.

Membersihkan dalam istilah agama disebut sebagai istinja'. Misalnya, setelah kita buang air kecil atau besar. Maka kita diwajibkan membersihkan diri dengan air atau batu atau cara-cara yang telah diajarkan.

Namun berwudlu lebih kepada mensucikan. Dan ini lebih bermakna batiniah daripada lahiriah. Memang berwudlu mesti bersih dulu lewat istinja', tetapi berwudlu sendiri tidak harus bersifat membersihkan. Memang, berwudlu juga harus mengusap anggota badan dengan air atau debu. Tapi coba perhatikan, anggota badan yang diusap tidak terkait secara langsung dengan hadats yang terjadi. Apalagi dengan najisnya, sama sekali tidak. Karena itu, jika kita tidak menemukan air, maka kita oleh bertayamum dengan menggunakan 'debu yang bersih'.

Tentu kita segera paham, bahwa debu (sebersih apa pun) ya tetaplah debu. Ia tidak akan bisa membersihkan badan kita yang kotor (malah semakin 'berdebu'), sebagaimana air membersihkan badan kita. Jadi makna bertayamum (sebagai pengganti wudlu) bukanlah membersihkan melainkan mensucikan. Demikian pula berwudlu, adalah mensucikan. Bukan badan tetapi batin.

Jadi berwudlu bukanlah membersihkan najis, melainkan menghilangkan hadats kecil, karena buang air besar dan buang air kecil. Sedangkan hadats besar, yang disebabkan oleh 'hubungan suami istri' dihilangkan dengan cara mandi. Coba perhatikan ini : 'hadats kecil' dihilangkan dengan cara membasuh sebagian anggota tubuh kita dengan
cara berwudlu, sedangkan hadats besar dihilangkan dengan cara membasuh seluruh badan kita dengan air, alias mandi besar. Jika tidak menemukan, maka lakukan dengan debu yang bersih. Baik wudlu maupun mandi besar bisa digantikan dengan tayamum. Ini, sekali lagi menunjukkan kepada kita, bahwa yang disucikan bukanlah badan. Tapi, batin.

Namun demikian, dalam aktivitas berwudlu, sebenarnya Allah juga menghendaki agar kita selalu menjaga kebersihan. Karena itu, sebelum berwudlu kita mesti beristinja' terlebih dahulu. Hilangkan najis dulu, baru kemudian mensucikan diri. Sebagaimana difirmankan Allah berikut ini.

QS. Al Maidah (5): 6
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."

Berwudlu memang membasuh anggota-anggota badan, mulai dari muka sampai ke kaki. Akan tetapi yang membatakan wudlu bukanlah kotoran yang mengotori badan kita, melainkan 'pikiran kotor' yang menghinggapi hati kita.

Coba cermati filosofi wudlu ini. Jika kita sudah berwudlu, maka aktivitas makan dan minum tidaklah membatakannya. Demikian pula jika badan kita kena najis. Untuk mengatasi kedua hal tersebut, cukup membersihkannya saja. Tidak perlu mengulangi berwudlu. Jika anda. makan minum ketika masih mempunyai wudlu, maka untuk melakukan shalat, anda cukup berkumur saja. Demikian pula jika anda terkena najis atau kotoran pada anggota badan, anda cukup mencuci dan membersihkannya saja.
Kalau begitu apakah yang membatakan wudlu? Wudlu dibatakan oleh 'kotoran-kotoran' atau gangguan yang bersifat kejiwaan. Misalnya, menyentuh kemaluan dan menyentuh perempuan yang mengarah kepada syahwat. Atau, ketiduran dan pingsan yang menyebabkan hilangnya akal. Atau kentut, kencing dan buang air besar, yang memang ditetapkan oleh Allah sebagai pembatal wudlu dalam arti melatih kemampuan kita dalam mengendalikan diri.

Khusus tentang kentut, buang air kecil dan buang air besar, ada yang menganggap bahwa pembatalan wudlu itu bersifat jasmani. Bagi saya tidak demikian. Bukan 'gas' kentut, air seni dan faeces itu sebenarnya yang membatakan. Melainkan ketidak mampuan kita mengendalikan ketiga hal itulah yang oleh Allah dijadikan pembatal wudlu.

Buktinya, jika kita terkena 'gas' kentut, atau terkena air kencing, atau terkena faeces orang lain, hal itu tidak membatakan wudlu kita. Cukup dengan membersihkan saja. Ini membuktikan bahwa yang membatakan wudlu kita bukanlah bendanya, melainkan prosesnya.

Nah, dengan menetapkan ketiga hal tersebut sebagai pembatal wudlu, sebenarnya Allah menginginkan kita hidup bersih dan teratur. Selain itu, juga mampu mengendalikan diri untuk tidak berlaku sembarangan. Hidup bersih dan teratur akan membuat hidup kita sehat.

Dengan demikian, seorang muslim harus selalu menjaga kesehatan 'perutnya', berkait dengan shalat 5 waktu yang dijalaninya. Apalagi kesehatan perut ini sangatlah vital. Lebih dari 80 persen penyakit modern dewasa ini berasal dari tidak terjaganya 'perut'. Makan sembarang makan, dengan pola yang jelek bakal menyebabkan problem kesehatan.

(Cermatilah berbagai macam penyakit modern dewasa ini berasal dari perut. Misalnya, darah tinggi, asam urat, diabetes, liver, typhus, jantung, dan obesitas (kegemukan) dengan berbagai macam komplikasinya.. Pengaturan pola makan yang baik dan hidup yang teratur akan sangat mengurangi berbagai resiko penyakit tersebut.


Jadi, filosofi wudlu adalah filosofi mensucikan hati dan pengendalian diri secara kejiwaan. Kesucian hati dan pengendalian diri itu akan semakin sempurna, ketika seseorang bisa menata hatinya untuk berserah diri penuh keikhlasan, karena Allah semata.

Orang yang kurang ikhlas dalam wudlu biasanya malah akan memperoleh 'godaan' yang bersifat membatakan wudlunya. Di antaranya adalah kecenderungan untuk kentut yang berlebihan. Jika, anda menemui hal semacam itu, maka relakan sajalah. Artinya, kalau memang Allah menghendaki kita tidak bisa menahan diri untuk tidak kentut, ya buang saja gas itu. Dan kita relakan untuk berwudlu kembali.

Ketakutan untuk 'kentut' seringkali malah membuat kita merasa was-was, 'wudlu kita sudah batal atau belum'. Sekali lagi ini adalah latihan untuk mengendalikan diri dan keikhlasan kita kepada Allah. Bagi orang yang ikhlas, semuanya akan terasa menjadi mudah saja. Dan Keikhlasan itulah yan menjadi salah satu kunci bagi kekhusyukan shalat kita. Termasuk bagi kemustajaban do'a kita di dalam shalat.

Dengan demikian, sejak dari niat melakukan wudlu, kita harus sudah mengkondisilkan hati bahwa wudlu kita ini adalah untuk mensucikan hati dalam menyongsong ibadah shalat. Sehingga seluruh tatacara wudlu itu mesti kita barengi dengan do'a untuk mensucikan anggota-anggota badan yang kita wudlukan.

Kalau kita mengacu pada ayat tersebut di atas, maka berwudlu memiliki 4 gerakan utama, yaitu mengusap wajah, mengusap tangan, mengusap kepala, dan mengusap kaki. Keempat anggota badan itu adalah anggota vital yang sering kita gunakan dalam interaksi kehidupan kita sehari-hari.

Wajah adalah representasi dari kepribadian dan diri seseorang. Dalam shalat, wajah kita inilah yang dihadapkan kepada Allah sebagaimana kita ucapkan dalam do'a iftitah (inni wajahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawati wal ardhi sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dzat Yang Menciptakan Langit dan Bumi).

QS. Ar Ruum (30): 30
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tdak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Maka dengan mengusap wajah, kita meniatkan untuk mensucikan seluruh diri kita, lahir dan batin. Kita ingin menghadapkan 'wajah' dan diri kepada Allah dalam keadaan terbaik yang kita miliki.

Di wajah itu pula terdapat mata, mulut, hidung, dan telinga yang juga mesti kita sucikan dari berbagai 'kekotoran' perbuatan kita selama ini. Mudah-mudahan dengan mengusapkan air wudlu ke wajah kita, berbagai indera kita itu ikut tersucikan. Tidak lagi makan, minum, berkata, melihat, mendengar dan mencium sembarangan yang bisa menyebabkan berbagai persoalan dalam kehidupan kita, pribadi maupun masyarakat.

Sebaliknya, dengan mensucikannya kita berharap memunculkan manfaat yang positip dari indera-indera yang kita gunakan untuk kebaikan. Dan dari wajah yang sering terkena air wudlu itu, mudah-mudahan memancar cahaya jernih yang menggambarkan aura positip dari orang-orang yang saleh.

Selain wajah, Allah mengajarkan agar kita juga mensucikan kedua tangan. Tangan adalah representasi dari perbuatan dan karya-karya kita. Maka mensucikan kedua belah tangan adalah bermakna menjauhkan seluruh perbuatan dan berbagai hasil karya kita dari hal-hal yang kotor.

Betapa banyaknya orang berbuat kerusakan di muka Bumi dengan tangan-tangan mereka. Daratan dan lautan mengalami kerusakan yang sangat parah yang justru menyebabkan turunnya kualitas kehidupan manusia itu sendiri. Banjir dan kerusakan lingkungan serta rusaknya atmosfer memunculkan problem yang serius buat kehidupan generasi-generasi mendatang. Maka, kita harus mengendalikan tangan-tangan kita, agar tidak semakin memperparah keadaan. Nah komitmen itulah yang kita tegaskan lewat aktivitas wudlu'.

QS. Ar Ruum (30): 41
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Yang ketiga, adalah mengusap kepala. Inilah anggota badan yang paling penting dalam kehidupan kita. Kepala adalah anggota badan yang mengendalikan seluruh kemauan untuk melakukan sesuatu dan kemudian membuat keputusan. Di otak itulah kehendak kita berada. Karena itu, Allah memerintahkan kepada kita untuk mensucikannya.

Mensucikan kepala adalah mensucikan berbagai kehendak yang 'tersembunyi' di dalam otak. Betapa menyenangkannya dunia ini, kalau isi kepala setiap kita adalah hal-hal yang positip. Hal-hal yang memberikan manfaat untuk kehidupan kita, kini maupun nanti.

Maka, disinilah Allah mengajarkan kepada kita untuk membangun komitmen : mari kita sucikan kehendak dan segala keinginan kita menjadi kehendak dan keinginan yang suci yang memberikan manfaat besar buat siapa saja. Diri kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, masyarakat bangsa dan negara, serta umat manusia seluruhnya.

Dan yang terakhir, kita mengusap kaki dalam berwudlu. Kita semua berharap agar seluruh langkah kehidupan kita mencerminkan 'wajah-wajah' yang suci, 'tangan-tangan' yang suci, dan 'isi kepala' yang suci.

Inilah makna wudlu kita. Wudlu adalah sebuah komitmen suci untuk mengendalikan diri agar menjadi orang yang bertaubat dari segala kesalahan kemanusiaan kita, bersih dari keinginan yang keji dan merugikan orang lain, serta komitmen untuk selalu berbuat dan menghasilkan karya yang bermanfaat untuk generasi sekarang maupun yang akan datang. Karena itu, seusai wudlu kita diajari untuk membaca do'a:

Asyhadu anlaa ilaaha illailaahu wahdahu laa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluhu laa Nabiyya ba'dahu Allahummaj’alni minattawwabin waj’alni minal mutathaahiriin waj'alni minal 'ibaadihash shaalihiin

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada serikat bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, tidak ada Nabi sesudahnya. Ya Allah jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang mensucikan diri, dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hambaMu yang saleh."

Do'a sesudah wudlu di atas memberikan penegasan kepada kita bahwa berwudlu itu untuk memperoleh tiga hal yang terkandung dalam do'a di atas. Yaitu, bertaubat atas segala hal yang selama ini 'kurang bagus'. Karena itu lantas mohon menjadi orang yang 'disucikan' dari berbagai 'kekurangan' tersebut. Dan akhirnya, memohon untuk dijadikan sebagai orang-orang yang banyak 'berbuat kebaikan' atau orang-orang yang beribadah dalam keihklasan, alias orang-orang yang saleh.

Jadi, wudlu adalah sebuah proses untuk membangun komitmen menjadi lebih berkualitas. Menyiapkan diri untuk menapaki langkah-langkah berikutnya. Siap menghadapi proses yang lebih berat lagi ke depan.

Dengan demikian, diharapkan shalatnya akan lebih khusyuk. Lebih bermakna. Bermakna dalam dzikirnya. dan bermakna dalam do'anya. Ya, bukankah shalat kita memiliki makna untuk berdzikir dan berdo'a? (Firliana Putri)

MENIKMATI JIWA SOSIAL


Kenikmatan individu bukanlah segala-galanya bagi seseorang. Banyak orang yang telah memperoleh segala macam kenikmatan secara individu, tetapi justru merasa kesepian dan gelisah. Entah, ia tidak tahu sebabnya.

Hartanya berlimpah. Rumahnya besar dan mewah. Mobilnya banyak, berjejer-jejer. Perusahaannya pun ada di mana-mana. Segalanya telah dia punya. Bahkan tiap hari kerjanya adalah berpesta pora. Namun, ia tidak mengerti, kenapa di lubuk hatinya yang paling dalam ia tetap saja merasakan sebuah kegelisahan.

Ia telah menyalahi sebagian fitrahnya. Selain sebagai makhluk individual yang mengejar segala kenikmatan untuk diri sendiri, sebenarnyalah manusia memiliki fitrah yang lebih tinggi, yaitu sebagai makhluk sosial.

Ia akan merasakan lebih bahagia, ketika hidup di dalam suatu komunitas tertentu. Dan, akan lebih bahagia lagi jika ia bisa berinteraksi, saling memberi manfaat di dalamnya. Ia akan merasa hidupnya berguna. Dan kemudian, akan semakin berbahagia ketika memperoleh penghargaan dari komunitasnya...

Manusia butuh berekspresi kepada lingkungan sekitarnya. lni adalah fitrah. Seseorang yang tidak bisa mengekpresikan dirinya, ia bakal merasa gelisah dan tertekan. Hidupnya hampa. Tak berguna. Meskipun ia kaya raya.

Agar bisa berekspresi, seseorang butuh orang lain untuk mengapresiasi ekspresinya. la butuh respons. Bahkan pujian dan penghargaan. Itulah fitrah sosial seorang manusia.

Karena itu, kenapa seseorang butuh untuk hidup berpasang-pasangan, hidup berkeluarga, dan berketurunan, serta bermasyarakat. Karena sesungguhnyalah salah satu bentuk kebahagiaannya ada pada kehidupan sosial itu.

Cobalah perhatikan, mungkin ada kawan atau saudara kita yang kaya raya, tetapi ia tidak punya keluarga, saudara, atau siapa-siapa sebagai sahabat, maka sungguh hidupnya bakal kesepian, gelisah dan menderita. Kekayaannya yang berlimpah ruah tidak akan berarti buatnya. Suatu ketika, ia akan mencapai puncak kejenuhannya. Dan kemudian merasa hampa dan tak berguna...

Fitrah sosial adalah fitrah yang bakal mengantarkan seseorang untuk mencapai kebahagiaan yang lebih tinggi. Lebih luas. Dan lebih banyak.

Sebagai ilustrasi, katakanlah soal kenikmatan makan. Bagi orang yang hidup secara individual, kenikmatan makan adalah ketika dia bisa makan enak sampai kenyang.

Akan tetapi seberapa banyak perut kita bisa menampung makanan? Jika kenyang sudah terlampaui, maka makanan itu pun sudah tidak terasa enak lagi. Ia pasti ingin berbagi kenikmatan makan itu dengan orang lain. Misalnya dengan cara menceritakan makanan enak itu kepada orang lain. Entah keluarganya. Entah saudaranya, atau sahabatnya.

Kebahagiaannya akan bertambah ketika orang-orang di sekitarnya ikut merasakan enaknya makanan tersebut, bukan hanya dikasih cerita. Kalau tadinya yang disebut nikmat adalah makan enak dan kenyang untuk diri sendiri, maka kini ia menjadi nikmat ketika bisa melihat orang lain makan enak dan kenyang seperti dirinya. Semakin banyak ia melihat orang lain senang karenanya, semakin senanglah ia. Semakin bahagialah dia.

Di sini kita melihat perbedaan yang sangat mendasar. Ternyata, kenikmatan individual itu demikian terbatas. Dalam contoh di atas - soal makanan - hanya sebatas isi perut. Begitu sudah terpenuhi, maka selesailah kenikmatannya.
Mencoba mengejar lagi, mencari makanan yang lain, hasilnya sama saja. Ukurannya adalah kapasitas perut, dan barangkali rasa di lidah. Jika perut sudah penuh, dan lidah sudah berulangkali merasakannya, semuanya bakal selesai. Dan menjadi membosankan.

Contoh ini bisa kita perluas kepada berbagai parameter kenikmatan duniawi. Misalnya, pakaian, perhiasan, rumah, mobil, bahkan hubungan seks. Semua itu, ketika hanya diukur untuk kepentingan individu, kenikmatannya menjadi demikian terbatas.

Pakaian dan perhiasan misalnya. Beberapa lama kita pakai dan kita miliki, sudah bakal membosankan. Pingin ganti yang baru lagi. Namun, begitu kita punya yang baru pun, persoalannya bakal terulang lagi, kita pingin yang baru lagi. Demikian seterusnya.

Ini sama saja dengan rumah dan kendaraan. Awalnya sangatlah senang memiliki rumah yang bagus, atau kendaraan yang mewah. Akan tetapi itu tidak akan bertahan lama. Beberapa bulan atau tahun, semua itu sudah biasa lagi.

Begitulah manusia. Milik orang lain selalu lebih menggiurkan. Karena itu, kita selalu menginginkan apa saja yang belum kita miliki. Dan seringkali segera bosan dengan segala sesuatu yang telah berulangkali kita nikmati. Termasuk dalam urusan seksualitas.

Karena itu, kita harus memahami fenomena ini. Jangan sampai kita terjebak dalam lingkaran setan. Dan kemudian berputus asa dengan sendirinya. Kebahagiaan yang lebih tinggi adalah kebahagiaan yang bersifat sosial. Sumbernya lebih banyak, kualitas kenikmatannya lebih tinggi. Karena, bersumber pada orang lain dan distimulasi oleh faktor-faktor yang bersifat psikis. Sedangkan pada kebahagiaan individual, sumbernya adalah diri sendiri, dan bersifat materialistik.

Kebahagiaan sosial ini akan semakin tinggi nilainya ketika diniatkan untuk menolong. Didorong oleh perasaan empati dan rasa kasihan kepada penderitaan orang lain.

Sebagai contoh, dalam hal makan. Jika kita memiliki kepedulian alias empati yang dalam kepada penderitaan orang lain, maka kita akan memiliki sumber kebahagiaan yang jauh lebih tinggi nilainya, sekaligus banyak sumbernya.

Kita akan merasa sangat bahagia ketika bisa menolong orang lain yang sedang kelaparan, misalnya. Semakin banyak memberi makan, maka semakin puas rasanya. Semakin bahagialah kita.
Dalam hal berpakaian demikian pula, semakin banyak memberi pakaian kepada orang lain sehingga orang itu merasa bahagia, maka semakin bahagia pulalah kita.

Aneh juga ya rasanya. Kebahagiaan kita semakin besar bukan karena menyenangkan diri sendiri, melainkan justru ketika melihat orang lain bahagia karena pertolongan kita. Semakin banyak yang bahagia, semakin bahagia pula kita.

Begitulah memang kebahagiaan sosial terjadi. lni adalah anugerah yang sangat besar dan bernilai tinggi yang diberikan Allah kepada manusia. Karena fitrah yang seperti inilah maka kelangsungan hidup manusia bisa terjaga dengan baik.

Bayangkan, jika manusia sama sekali tidak memiliki fitrah sosial, maka kehidupan manusia bakal musnah lebih cepat dari sekarang, karena nafsu saling menghancurkan. Semuanya berebut untuk kebahagiaan individualnya. Tak ada yang berpikir untuk kebahagiaan bersama. Apa jadinya?

Untungnya Allah memberikan kenikmatan di dalam jiwa sosial kita. Sebagaimana Allah juga menjadikan kenikmatan di dalam jiwa individual. Tinggal, bisakah kita melihat, memahami dan kemudian melakukan aktivitas sosial itu sehingga memberikan kebahagiaan yang lebih tinggi dalam kehidupan. Sekaligus menciptakan kebahagiaan kolektif dalam keseimbangan...(firliana Putri)

Selasa, 27 November 2007

BENUA ATLANTIS YG HILANG ITU BERNAMA... INDONESIA!


Oleh : Aulia Agus Iswar (www.dudung.net)

Pren, pada pernah denger cerita ttg Atlantis khan? Itu tuh, yang katanya negeri besar yang sangat megah dan jaya. Jadul (jaman dulu) Atlantis itu menjadi pusat peradaban dunia, tepatnya puluhan ribu tahun yang lalu. Walaah, kita masih di alam arwah, belum lahir ya, kepikiran aja belum kali. Kata Plato (427 - 347 SM) puluhan ribu tahun yang lalu itu gunung berapi meletus bareng-bareng, menimbulkan gempa, es mencair, dan banjir gede. Akibatnya nih, sebagian permukaan bumi tenggelam alias hilang. Nah, salah satu yang hilang itu adalah Negeri, lebih tepatnya, Benua Atlantis. Yap, mangkanye nih kita sering denger "Atlantis yang Hilang".

Tapi tau ga, Pren? Sekarang Benua Atlantis itu dah ketemu, maksudnya dah diketemuin. Mana? Koq ga keliatan? Ya Allah, segede gini ga keliatan? Nih, simak hasil penelitian Aryso Santos (2005). Menurut dia Benua Atlantis itu ternyata adalah bumi yang sekarang kita injak-injak, ih..kasar banget sich, maksudnya bumi yang kita menginjakkan kaki di atasnya ini. Ah, yang bener nih? Gimana caranya coba? Jadi Mas Santos ini ngebandingin 33 hal (termasuk luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani) antara kondisi fisik Benua Atlantis sama kondisi fisik Indonesia sekarang. Ternyata sama tuh. Luas wilayah Atlantis jadul terbentang dari Selatan India, terus Sabang sampe Merauke (kayak lagu aja..). Ribuan pulau di Indonesia sekarang, jadul-nya menyatu. Mungkin karena penghuninya telah lupa padaNya, bergelimang dosa dan berhura-hura, azab Allah pun turun. Dan terjadilah bencana besar itu, gunung berapi meletus bareng-bareng. Dahsyat, Maan! Sebagian daratan tenggelam dan jadi lautan. Sebagiannya lagi bakal jadi pulau-pulau kayak sekarang.

Nah, Pren. Coba renungin nih! Indonesia katanya sarang koruptor, sarang teroris, tukang bikin dosa, terbelakang, utangnya bejibun, makannya banyak, males, ngantukan, telatan, tukang nyontek; waduh! Bener ga sich? Emang bener sich, tapi moga-moga yang ngebaca nih tulisan ga kayak gitu yak. Itu kondisi sekarang. Tapi jadul Indonesia, yang kata Mas Santos tadi adalah Atlantis, pernah menjadi pusat peradaban dunia, Cing! Berarti nih Indonesia jadul dihuni oleh orang-orang yang hebat dan maju. So, para sesepuh kita keren-keren donk?

Jadi sekarang gimana, Pren? Bangga donk kita kalo gitu. Tapi apa cukup bangga doank? Nggak khan? So, kita kudu berubah (saatnya berubah!). Kita kudu semangat, disiplin, kerja keras, belajar yang banyak, ta'at beribadah, jauhi perbuatan dosa. Intinya kita harus menjadi mu'min yang sejati gituu.. Spiritnya donk spiriiittt! Biar kejayaan Atlantis terulang kembali di Indonesia ini. Dan yang lebih penting lagi, karena jumlah muslim terbesar dunia ada di sini, peradaban muslim Indonesia bakalan maju dan jaya.

OK, Pren. Jadul aja bisa, kenapa sekarang enggak!? Tul khan? (a2i)

TAHUKAH KAMU?

Jalannya (Pergeseran) Benua

Allah Berfirman : "Dan apakah kamu kira gunung-gunung itu diam di tempat? Padahal gunung-gunung itu berjalan seperti jalannya awan..." (Q.S. an Naml : 88).

Gunung-gunung itu menempel di bumi, dalam hal ini benua. Jadi, benua pun berjalan atau bergeser. Ini kata Allah. Gimana kata ilmuwan? Sudah dibuktikan secara ilmiah, lempeng benua itu berjalan (bergeser) tiap tahun sejauh 10-15 cm. Klop khan? Subhanallah...

Teka-teki Kehidupan Sang Maharaja


Di zaman yang tak bisa disebutkan kapannya, ada Maharaja Yang Sangat Kaya Raya. Saking kaya rayanya, si Maharaja menjadi gundah gulana dengan semua kekayaannya. Baginya, semua kekayaan itu nampak menjadi tidak berharga. Kadang-kadang, ia malah mencium bau tak enak dari semua bentuk kekayaannya itu. Mulai dari bau ee, bau amis ikan, bau minyak si nyong-nyong, sampai bau-bauan yang nggak jelas juntrungannya.

Iapun akhirnya menjadi nampak bete sekali. Dalam kebeteannya itulah ia tiba-tiba mempunyai gagasan yang nyleneh untuk membuat suatu teka teki (TKTQ) Tentang kehidupan. TKTQ itu ia buat sedemikian rupa sehingga bagi yang akan mampu memecahkannya akan menemukan Nama Keseratus dari Nama Yang Maha Tinggi yang hanya bisa diucapkan dengan kesucimurnian dari akal pikiran dan hati dari yang memecahkan teka teki itu.

Dengan Nama Yang Maha Tinggi itu maka siapapun yang menyebutkan NamaNya dengan benar akan memperoleh baroqah yang nilainya setara dengan Harta Kekayaan Sang Maharaja.

Selain itu, bagi siapapun yang mampu memecahkan TKTQ itu maka ia secara otomatis akan melompat ke alam yang tak terbayangkan, alam dimensi 11 yang sampai hari inipun masih dicari-cari oleh orang-orang pandai di seluruh penjuru jagat raya dengan harapan bisa masuk kesana. Tanpa pikir panjang, dengan Pena Ajaibnya yang diberi gelar “Light Sabre”, Sang Maharaja pun menuliskan TKTQ nya yang diberinya Judul “Teka Teki Kehidupan”. Begini teka tekinya:

Sebuah rumah mempunyai empat buah kamar dengan sepuluh pintu. Empat pintu menghubungkan bagian dalam ruang di dalam rumah, enam pintu menghubungkan bagian luar rumah dengan bagian dalamnya.

Bagaimanakah cara membuat denah rumah itu dengan jumlah kamar ada empat dan jumlah pintu ada sepuluh buah?
Bagaimanakah caranya seseorang dapat melalui kesepuluh pintu itu dengan hanya melalui satu kali untuk setiap pintu yang ada dalam sekali jalan, mulai dari pintu masuk sampai pintu keluar?
Berapa sebenarnya jalan yang bisa dilalui oleh seseorang untuk melewati ke sepuluh pintu itu dengan hanya sekali jalan saja untuk setiap pintu?
Sebutkan urutan nomor pintu yang harus dilalui mulai dari pintu masuk sampai pintu keluar?
Berapa banyak jalan yang mungkin dilalui selain jalan yang disebutkan dari pertanyaan kedua?
Sebenarnya berapakah jumlah pintunya?
Dimanakah sebenarnya lokasi rumah itu?
Apa nama rumah itu?
Lantas, siapakah pemilik rumah itu?
Dan terakhir, siapakah penghuninya?

Selama beribu-ribu tahun, TKTQ Sang Maharaja mendapatkan berbagai tanggapan dari berbagai makhluk yang ada di kerajaan Si Maharaja. Peserta TKTQ pun bermacam-macam mulai dari makhluk berjenis cahaya, api, air, tanah, udara, gas berbau maupun yang tidak berbau, maupun makhluk campuran yang asal muasalnya dari tanah liat yang digarang oleh api. Dari yang mulai dinamai sebagai malaikat, iblis, setan, wewe gombel, kolong wewe, merkayangan, kadal, naga, komodo, ular, laba-laba, lebah, laler ijo, babi, anjing, kecoa, kutu busuk, kutu buku, dan berbagai binatang lainnya sampai manusia dengan berbagai rupa warna kulit dan bentuk tubuh mulai dari phytecanthrpus erectus, manusia neanderthal, hominid, manusia flores, manusia mdoern, baik yang kaya, miskin, lelaki, wanita, anak-anak, dewasa, kakek kakek, nenek-nenek, bencong, homoseks, lesbian, filsuf, kaum arifin, ilmuwan, sastrawan, prajurit, pahlawan, dukun, tukang sihir, tukang tenung, tukang tipu, pendongeng, koruptor, maling, copet, bajak laut, petani, nelayan, pedagang, ahli bangunan, nakoda kapal, budak, tuan, majikan, pembantu, yang biasa saja, yang indigo, yang cerdas, yang jenius, dan berbagai rupa manusia lainnya dari berbagai latar belakang karakter, profesi maupun bangsa. Bahkan, tidak jarang hanya karena ngotot mencari jawaban teka teki itu, berbagai makhluk telah melakukan perdamaian, percintaan, peperangan, penipuan, penyalahgunaan wewenang, dan tingkah polah terpuji maupun tercela lainnya, yang korbannya kalau dikalkulasikan di masa kini benar-benar sangat buanyakk sekali. Meskipun dampaknya nampak mengerikan bagi manusia, bagi Si Maharaja semua itu tidak ada harganya. Lha, wong yang jadi peserta adalah para penghuni kerajaannya sendiri, yang berhutang semua kepadanya. Baginya, semuanya hanya test case untuk melihat Kemahaagungan dan Kemahaindahannya Sendiri. Sifat dan karakter Si Maharaja memang misterius. Sama misteriusnya dengan semua penghuni kerajaannya yang luasnya tak terhitung itu.

Namun, sepanjang sejarah yang telah dikenal oleh penghuni kerajaan Si Maharaja, baru dua makhluk saja yang dapat menjawab TKTQ Maharaja dengan mendekati kebenaran.

Makhluk pertama berasal dari kalangan manusia. Namanya pun sangat aneh yaitu TABIBA JUHA (TABIB IDIOT), seseorang yang sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang muncul di kalangan kaumnya. Namun, lama kelamaan, karena karakter si Tabib yang rada aneh, namanya pun seringkali membuat orang keliru menilai dirinya karena dikiranya ia Tabib yang Idiot, padahal ia Tabib yang mengobati orang-orang idiot. Begitulah, namanya juga nama-nama dan kata-kata yang suka diucapkan dengan lidah tak bertulang, orang pun seringkali salah menyebutkan namanya maupun salah mengartikan dirinya, apalagi memahami karakternya yang eksentrik.

Makhluk kedua berasal dari kelompok binatang yang mempunyai ketangguhan untuk menempuh perjalanan panjang di kawasan yang panas terik dan berpasir, namanya UNTA. Akan tetapi, kedua tokoh yang pernah mendekati kebenaran menjawab TKTQ Maharaja ini malah tidak mau ketika ditawarkan kepadanya untuk menyebutkan Nama Yang Maha Tinggi yang bisa membuat si Tabib dan Si Unta ini Kayaraya, bahkan dibolehkan untuk memiliki Kerajaan Si Maharaja sebagai hadiah.

Entah kenapa, si Tabib lebih memilih cara hidupnya sendiri dan si Unta juga demikian. Walhasil, karena Kemahapemurahan Sang Maharaja, maka kedua tokoh inipun akhirnya dipindahkan ke wilayah dalam. Selain itu, kedua tokoh itu bebas keluar masuk seluruh wilayah kerajaan tanpa perlu pemeriksaan lagi, termasuk memasuki Wilayah Terlarang yaitu alam dimensi 11 yang misterius.

Nah, tugas Anda, para pembaca yang tertarik dengan TKTQ diatas adalah menjawab pertanyaan TKTQ Kehidupan dari Si Maharaja yang masih menggantung sampai hari ini. Hadiah dari Si maharaja sampai hari ini masih berlaku. Siapapun yang bisa menjawab sepuluh pertanyaan diatas dengan mendekati kebenaran, baik teknis maupun maknanya, logika maupun ungkapannya akan bisa menyebutkan Nama Yang Maha Tinggi, yang sejauh ini masih terlarang untuk diucapkan oleh orang yang bukan penjawab Teka-teki Kehidupan diatas.

Siapapun yang bisa menyebutkan Nama Yang Maha Tinggi itu dengan benar sebenar-benarnya maka secara otomatis si penyebut akan mewarisi Harta Kekayaan Si Maharaja, ia akan mampu menguasai seluruh mahluk dan mengetahui semua rahasianya, selain itu otomatis si pemenang akan dipindahkan langsung ke alam dimensi 11 dan diberi keistimewaan untuk keluar masuk ke dalam Kerajaan Maharaja sesuka hatinya. Dan siapapun yang maksa menyebutkan Nama Yang Maha Tinggi itu dengan sembarangan dan tanpa bukti serta fakta akan dikutuk Sang Maharaja menjadi penghuni penjara neraka selamanya.

Teka Teki ini berlaku untuk semua makhluk, semua umur, semua jender, dari kaum apa saja, dari ras apa saja, dari negara apa saja, baik beragama maupun tidak, baik yang meyakini adanya Tuhan maupun Tidak, dan berlaku selama masih merasa hidup. Peserta tidak dipungut pembayaran apapun karena tidak ada pendaftaran resmi, jawab saja langsung kalau berminat, kalau ngak ya cuekin aja.

PERINGATAN : Penulis Teka-teki Kehidupan Maharaja tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin muncul akibat berusaha menjawab teka teki di atas. Untuk mengurangi kecurangan, tidak ada surat menyurat antara penulis dan para peserta teka-teki, tapi para peserta teka teki dibolehkan untuk saling berdiskusi dengan media apa saja baik yang natural, spiritual, yang fisik maupun yang non fisik, yang logis maupun yang tidak logis. (Adelia Ramadhani)

BAGAIKAN ORGANISASI


Rumah tangga adalah salah satu lembaga dimana laki-laki dan perempuan bertemu, untuk melakukan aktivitas bersama. Lembaga ini adalah perwujudan hak dan kewajiban seseorang.

Artinya, kita berhak untuk berumah tangga, karena di sanalah kita akan memperoleh kebahagiaan kita. Tapi, kita juga berkewajiban untuk berumah tangga, karena di dalamnya terdapat visi dan misi mulia yang diberikan Allah kepada kita untuk melestarikan kehidupan manusia di muka Bumi

Siapa saja yang bisa menyelami makna berumah tangga ini dengan pas, mereka bakal menemukan kebahagiaan yang luar biasa di dalamnya. Sehingga Rasulullah saw pernah mengatakan: baiti jannati - rumahku adalah surgaku. Sayangnya, banyak di antara kita justru merasakan: baiti naari - rumahku adalah nerakaku.

Bagaimanakah yang seharusnya kita lakukan dalam berumah tangga, sehingga kita bisa memperoleh surga di dalamnya? Kuncinya adalah: pahami fitrah kita, pahami misi rumah tangga, dan jalani sesuai petunjuk Allah dan rasulNya.

Dari segi fitrah, kita sudah membahasnya, bahwa lelaki dan perempuan memiliki fitrah yang berbeda. Karena itu kita harus berperilaku dan memperlakukan secara berbeda. Berperilaku dan memperlakukan mereka secara sama, hanya akan memunculkan masalah. Bukan kebahagiaan.

Saya mengatakan bahwa rumah tangga bagaikan sebuah organisasi. Ya, ketika ada lebih dari satu orang berkumpul dan beraktivitas bersama, maka kelompok ini harus diorganisir. Jika tidak, maka orang-orang yang berada di dalamnya bakal mengalami tabrakan kepentingan. Sebab, pada dasarnya setiap orang berbeda. Dan karenanya, memiliki kepentingan yang juga berbeda. Segala perbedaan itu harus dimanajemeni untuk mencapai tujuan yang sama. Yang memberi kebahagiaan pada semua.

Karena rumah tangga adalah organisasi, maka ia harus memiliki hirarki di antara anggotanya. Sekaligus aturan main dalam berorganisasi. Dan begitulah Islam memberikan petunjuknya.

Ini sangat berbeda dengan rumah tangga non muslim. Katakanlah yang diadopsi dari budaya barat, yang individual dan liberal. Mereka tidak memperlakukan rumah tangga sebagai organisasi secara tegas. Tidak sedetil Islam dalam mengaturnya. Mereka lebih menganggap rumah tangga sebagai ‘tempat bertemunya dua individu’ yang merdeka, sambil tetap mempertahankan kebebasan masing-masing.

Tak ada kepala rumah tangga. Tak ada ibu rumah tangga. Keduanya sederajat. Diatur dalam kesepakatan, sesuai dengan kebutuhan. Hak maupun kewajibannya. Dalam mengasuh anak, dalam menafkahi keluarga, dalam interaksi biologisnya, dan segala aktivitasnya. Penekanannya lebih pada 'hak individu'. Kebebasan dan hak azasi setiap anggota.

Sedangkan pada rumah tangga Islam, lebih ditekankan pada ‘kebersamaan’ antar anggota-anggotanya. Hirarki dan kewenangan yang jelas antar anggota-anggota. Hak dan kewajiban yang seimbang, sesuai dengan norma-norma agama dan kepatutan budaya. Hal ini dijelaskan Allah dalam berbagai ayat Al-Qur’an secara simultan dan komprehensif.

QS. An Nisaa' (4): 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

QS. Al Baqarah (2): 228
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dua ayat di atas memberikan guidance kepada laki-laki dan perempuan dalam mengelola rumah tangga mereka. Diantaranya adalah mengenai posisi, hak, serta kewajiban suami istri.

Seorang lelaki ditetapkan sebagai pemimpin di dalam rumah tangga. Karena, secara fisik mereka memiliki syarat untuk melindungi anggota keluarganya. Dalam waktu yang sama, lelaki diwajibkan untuk mencari nafkah dan menafkahi keluarganya. Dan karena itu, ia menjadi layak sebagai pemimpin rumah tangga.

Ya, kuncinya adalah memberikan perlindungan dan nafkah pada keluarga. Memberikan jaminan agar organisasi rumah tangga itu bisa berjalan dengan aman, tentram, sejahtera dan bahagia. Agar sang ibu memiliki kesempatan untuk mengelola rumah tangga serta mendidik anak-anak sebaik-baiknya.

Menurut saya, rumah tangga harus diatur seperti sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi, hirarki dan kewenangannya harus jelas. Jika tidak, organisasi itu bakal kacau dalam mekanismenya.
Dalam sebuah organisasi, tak mungkin ada dua ketua umum. Jika ada, maka organisasi itu pasti bakal kacau. Yang baik adalah diatur dalam hirarki dengan kewenangan tertentu. Ketua, dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Boleh saja masing-masing diberi wakil, agar kalau berhalangan ada penggantinya.

Maka dalam rumah tangga pun idealnya harus diatur dan disepakati, siapa yang menjadi ketua, menjadi sekretaris, dan menjadi bendahara. Saya katakan, lelaki sangat ideal untuk menjadi ketua, sedangkan sang istri menjadi sekretaris sekaligus bendahara. Alasannya, sudah kita bahas di depan, bahwa lelaki memiliki fitrah untuk melindungi dan menafkahi.

Tidak ada pelanggaran HAM di sini. Ini hanya soal kesepakatan saja. Agar roda organisasi bisa berjalan dengan baik. Coba bayangkan, bukankah rumah tangga ini adalah hak dan kewajiban bersama. Tapi, kalau yang mencari nafkah istri, yang mengandung istri, yang melahirkan istri, yang menyusui juga istri, dan mendidik anak dengan dekapan penuh kasih sayang juga membutuhkan sang istri. Lantas, suaminya ‘ngapain aja’ kerjaannya...?!

Apa rumah tangga seperti ini yang dianggap adil dalam HAM? Adil dalam hak dan kewajiban? Emansipasi? Hei, apakah kita sedang ‘sadar’? Atau lagi pingsan? Bagi saya, ini malah runyam. Apa yang sebenarnya kita cari dalam berumah tangga?

Menang-menangan? Gagah-gagahan? Ataukah bekerjasama untuk menuju kebahagiaan bersama? Jika butuh kebahagiaan bersama, maka kita harus memiliki kesepakatan untuk berbagi kewenangan dalam sebuah proses manajemen.

Di sinilah alasan Islam memberikan aturan main kepada sebuah rumah tangga muslim. Kalau mau mencapai kebahagiaan bersama, maka jalankanlah rumah tangga itu dengan manajemen yang sesuai dengan fitrah laki-laki dan perempuan. Jangan memaksakan emansipasi yang tidak jelas jluntrungannya.

Bukan berarti wanita tidak boleh berkarya di luar rumah. Akan tetapi harus tetap berada di dalam koridor manajemen rumah tangga itu. Harus disepakati oleh ‘ketua umum’. Dan dengan catatan, tugas istri sebagai ‘sekretaris & bendahara’ rumah tangga telah ditunaikan dengan baik.

Apalagi jika suami istri itu telah dikaruniai anak-anak. Fungsi istri sebagai ibu rumah tangga menjadi demikian sentral posisinya. Sang ayah dan sang ibu yang baik pasti menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berhasil di masa depannya.

Siapakah yang paling bertanggungjawab? Tentu saja kedua orang tuanya. Bagaimana cara memanajemeninya? Terserah pada kesepakatan orang tuanya. Asal tidak keluar dari tujuan berumah tangga dan fitrah masing-masing anggotanya. Yang jelas, tidak mungkin anak-anak bisa bertumbuh dan berkembang sendiri. Mereka butuh orang yang selalu mendampingi mereka agar terbentuk akhlak yang baik, kecerdasan, dan ketrampilan yang terarah.

Tidak mungkin pula kedua orang tuanya mendampingi berdua, terus menerus. Kecuali mereka keluarga kaya raya yang sudah tidak butuh mencari nafkah. Sang ayah dan sang ibu mesti berbagi: siapa mencari nafkah, dan siapa yang menjaga serta mendidik buah hati. Begitulah idealnya.

Kalau keduanya sibuk mencari nafkah, maka sungguh malang nasib sang buah hati. Dibesarkan dalam suasana jauh dari kasih sayang orang tua. Maka, jangan heran mereka bakal menjadi anak yang bermasalah, kelak di kemudian hari.(Firliana Putri)

Senin, 26 November 2007

SebeRaPa PiNTaRkaH aNda????!!!!


Maaf tapi sebelumnya jangan tersinggung ya...

Dibawah ini Ada empat ( 4 ) pertanyaan Dan satu pertanyaan bonus.
Jawablah semua tanpa banyak pikir. ..
Cuma boleh berpikir sedetik, jawab segera. OK?

Ayo cari tahu, seberapa pintar anda... .
Siap? GO!!! (gulung layar)


Pertanyaan pertama:
Anda ikut berlomba. Anda menyalip orang di posisi nomor dua. Sekarang posisi anda nomor berapa?




Jawaban: Jika anda menjawab Nomor Satu, anda SALAH BESAR! Jika anda menyalip orang nomor dua, sekarang andalah yang Ada di posisi nomor dua!
Jangan ngaco lagi, ya?.


Sekarang jawab pertanyaan kedua,
Tapi jangan berpikir lebih banyak daripada ketika menjawab pertanyaan pertama tadi, OK ?
Pertanyaan Kedua:
Jika anda menyalip orang di posisi terakhir, sekarang anda di posisiĆ¢€¦?
(gulung layar)





Jawaban: Jika anda menjawab anda orang kedua dari terakhir, anda SALAH LAGIĆ¢€¦ Coba, bagaimana caranya menyalip orang TERAKHIR?
Anda sebetulnya tidak terlalu pintar, ' kan?

Pertanyaan ketiga:
Hitung-hitungan yang pelik! Catatan: kerjakan di pikiran anda saja.
JANGAN gunakan kertas atau pensil atau kalkulator. Cobalah.
Ambil 1000 Dan tambahkan 40 padanya. Sekarang tambahkan 1000 lagi. Sekarang tambahkan 30 . !
Tambahkan 1000 lagi<> . Sekarang tambahkan 20. Sekarang tambahkan 1000
Sekarang tambahkan 10 . Berapa totalnya?
Gulung layar.....






Apakah hasilnya 5000 ?
Jawaban yang benar adalah 4100.
Kalau tidak percaya, cek dengan kalkulator!
Hari apes, ' kan ?
Mungkin di pertanyaan terakhir anda bisa benar...
....Mungkin.



Pertanyaan keempat:
Ayah Mary punya lima andak: 1. Nana, 2. Nene, 3. Nini,
4. Nono. Siapa nama anak kelima?




Apa anda menjawab Nunu?
BUKAN! Tentu saja bukan.
Anak kelima namanya Mary. Baca lagi pertanyaannya!

Okay, sekarang ronde bonus:
SEORANG bisu pergi ke toko Dan ingin membeli sikat gigi. Dengan menirukan orang menggosok gigi, IA berhasil menyampaikan keinginannya pada penjaga toko Dan IA berhasil membeli sikat gigi...
Berikutnya, seorang buta masuk ke toko itu Dan ingin membeli kacamata hitam, bagaimana DIA menunjukkan keinginannya?





Tinggal bilang saja, kan dia nggak bisu.
http://rhiezimutz.blogspot.com/2007/07/seberapa-pintarkah-anda.html
 
Terimakasih Atas kunjungan Anda, Semoga Semuanya Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua